Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Plover Mesir (commons.m.wikimedia.org/sussexbirder)

Intinya sih...

  • Burung Plover Mesir berani masuk mulut buaya untuk cari makan, menurut catatan sejarah Mesir dan Yunani kuno.

  • Burung ini memiliki penampilan yang unik dengan kombinasi warna hitam-putih, punggung biru keabu-abuan, dan bagian bawah oranye salmon.

  • Habitat utama burung ini adalah di tepi sungai seperti Sungai Nil dan daerah rawa-rawa di Afrika Sub-Sahara, serta memiliki teknik menginkubasi telur yang unik.

Burung Plover Mesir atau Pluvianus aegyptius merupakan hewan yang termasuk genus pluvianus. Burung ini berbadan kecil dan memiliki kaki yang panjang. Tapi kalau kamu pikir semua burung kecil itu penakut, kamu belum kenal sama yang satu ini. Burung Plover Mesir mungkin ukurannya mungil, tapi aksi nekatnya bikin banyak orang tercengang. Gimana nggak? Burung ini disebut-sebut berani masuk ke dalam mulut buaya cuma demi cari makan. Beneran gak sih? Simak faktanya di bawah ini!

1. Berani Masuk Mulut Buaya untuk Cari Makan

Plover Mesir (commons.m.wikimedia.org/sussexbirder)

Burung Plover Mesir sudah disebut sejak ribuan tahun lalu dalam catatan sejarah Mesir dan Yunani kuno. Sejarawan Herodotus mencatat bahwa burung ini punya hubungan unik dengan buaya Sungai Nil. Ia menyebutkan bahwa buaya mengizinkan sang burung untuk masuk kedalam mulutnya untuk membersihkan sisa makanan yang menempel di sela-sela giginya. Walau sampai saat ini belum ada dokumentasi ilmiah yang dapat membuktikan interaksi ini secara langsung, tetapi cerita ini tetap hidup hingga sekarang.

2. Memiliki Penampilan yang Sangat Unik

Plover Mesir (commons.m.wikimedia.org/sussexbirder)

Yang unik dari burung ini adalah terdapat pada kombinasi warna pada bulunya yaitu hitam dan putih yang sangat mencolok di kepala dan dadanya, serta punggung biru keabu-abuan dan bagian bawah berwarna orange salmon. Ukuran badannya sekitar 19-21 cm. Burung ini juga memiliki kaki yang panjang dibandingkan dengan burung lain pada genusnya, yaitu genus Pluvianus.

3. Hidup di Sekitar Sungai dan Rawa

Dua ekor Plover Mesir berada di tepi sungai (commons.m.wikimedia.org/Martemmedia)

Habitat utama burung Plover Mesir ada di tepi sungai seperti Sungai Nil dan daerah rawa-rawa di Afrika Sub-Sahara. Mereka senang berada di area terbuka berpasir, terutama yang dekat dengan air karena tempat ini juga dapat menjadi habitat buaya. Burung ini jarang ditemukan sendirian. Mereka cenderung hidup berpasangan atau berkelompok kecil, dan memiliki suara yang melengking tajam sebagai bentuk komunikasi atau tanda bahaya. Maka dari itu banyak orang yang percaya bahwa burung ini benar-benar burung yang dimaksud Herodotus.

4. Teknik Menginkubasi Telur yang Bikin Kagum

Plover Mesir (commons.m.wikimedia.org/sussexbirder)

Fakta unik lainnya adalah Plover Mesir tidak membuat sarang di pohon atau rumput tinggi seperti kebanyakan burung. Mereka malah bertelur langsung di atas pasir yang panas di siang hari. Terus bagaimana cara mereka menjaga telurnya agar gak "matang" di bawah terik matahari? Jawabannya adalah induknya akan membasahi bulu dadanya dengan air, lalu duduk di atas telur. Air itu akan menguap perlahan, membantu mendinginkan telur dari suhu ekstrem. Ini contoh nyata adaptasi luar biasa dari alam.

5. Statusnya Aman, Tapi Tetap Harus Dijaga

Plover Mesir (commons.m.wikimedia.org/stuart Burns)

Berbeda dari banyak burung eksotis lain yang masuk daftar terancam punah, Plover Mesir tergolong berstatus Least Concern menurut IUCN. Artinya, populasinya masih stabil untuk saat ini. Tapi perubahan iklim dan pembangunan di sepanjang sungai bisa mengganggu habitatnya. Karena burung ini sangat bergantung pada zona pesisir sungai yang bersih dan sepi, penting untuk tetap menjaga ekosistem tersebut agar si burung “dokter gigi” ini tetap bisa bertahan.

Meskipun legenda tentang Plover Mesir dan buaya mungkin cuma mitos, burung ini tetap punya banyak sisi menarik yang bikin takjub. Dari warna bulunya yang mencolok, cara bertelur yang unik, sampai habitat spesifiknya—semua menunjukkan betapa kerennya keanekaragaman hayati Afrika.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team