Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Ikan Kakatua dari Genus Chlorurus yang Menghuni Perairan Indonesia

ilustrasi ikan kakatua (commons.wikimedia.org/Richard Ling)

Memiliki kurang lebih 13.466 pulau, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Luas perairannya 3.257.483 kilometer persegi, sedangkan luas daratannya hanya 1.922.570 kilometer persegi. Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati laut yang tinggi, sekitar 37 persen spesies ikan terumbu karang dapat ditemukan di Indonesia.

Salah satu ikan yang menghuni perairan Indonesia adalah ikan kakatua alias parrotfish. Dinamai demikian karena tubuhnya berwarna-warni dan giginya menyerupai paruh burung kakatua. Yuk kenalan dengan beberapa ikan kakatua dari genus Chlorurus yang hidup di negeri kita tercinta!

1. Chlorurus bowersi

ilustrasi Chlorurus bowersi (commons.wikimedia.org/Rickard Zerpe)

Daftar ini dibuka dengan Chlorurus bowersi atau Bower’s parrotfish, yang pertama kali dideskripsikan oleh John Otterbein Snyder pada tahun 1909. Ia merupakan seorang ichthyologist (ahli ikan) berkebangsaan Amerika Serikat (AS). Kamu bisa menemukannya di perairan Filipina, Indonesia (sekitar Pulau Jawa), Jepang (spesifiknya di Kepulauan Ryukyu), dan Palau (salah satu negara Mikronesia), pada kedalaman 2–20 meter.

Bagaimana cara membedakan ikan jantan dan betina? Ikan jantan mempunyai bercak berwarna oranye terang, sementara ikan betina tidak memilikinya. Namun, ikan yang dapat tumbuh sepanjang 40 sentimeter ini berstatus hampir terancam punah (near threatened).

2. Chlorurus capistratoides

ilustrasi Chlorurus capistratoides (commons.wikimedia.org/Donald Davesne)

Berikutnya adalah Chlorurus capistratoides, yang juga dikenal sebagai Indian parrotfish. Ichthyologist pertama yang mendeskripsikannya berdarah Belanda, yaitu Pieter Bleeker. Selain di Indonesia bagian barat dan tengah, mereka dilaporkan terlihat di Maladewa.

Suhu yang ideal bagi mereka berkisar antara 27,5–29,3 derajat Celsius dan berenang pada kedalaman 5–15 meter. Sama seperti ikan pada umumnya, mereka berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). Chlorurus capistratoides dikategorikan sebagai spesies berisiko rendah (least concern).

3. Chlorurus microrhinos

ilustrasi Chlorurus microrhinos (commons.wikimedia.org/Diego Delso)

Beralih ke Chlorurus microrhinos yang memiliki beberapa julukan, seperti steephead parrotfish dan blunt-head parrotfish. Di Indonesia, kamu bisa menjumpainya di sekitar Pulau Bali. Mereka juga tersebar hingga Filipina, Pitcairn (salah satu negara Polinesia), Jepang, Kepulauan Line (sebagian milik Kiribati dan sisanya milik AS), Australia (tepatnya di Pulau Rottnest dan Pulau Lord Howe), serta Pulau Rapa (bagian dari Polinesia Prancis).

Penghuni kedalaman 0–50 meter ini bisa tumbuh sepanjang 70 sentimeter dengan berat 5,4 kilogram. Saat masih muda, pemakan alga bentik ini berwarna hitam dengan garis-garis putih, kemudian berubah menjadi biru kehijauan seiring bertambahnya usia. Chlorurus microrhinos sebaiknya tidak dikonsumsi karena bisa menyebabkan keracunan ciguatera. Ini umum terjadi setelah melahap ikan karang yang mengandung ciguatoxin (sejenis racun).

4. Chlorurus strongylocephalus

ilustrasi Chlorurus strongylocephalus (commons.wikimedia.org/MDC Seamarc Maldives)

Chlorurus strongylocephalus juga disebut sebagai Indian Ocean steephead parrotfish. Wilayah persebarannya cukup luas, dari Afrika Timur, Laut Andaman (berada di sebelah barat Thailand dan selatan Myanmar), hingga barat daya Indonesia. Mereka menyukai suhu 25,7–31 derajat Celsius dan kerap terlihat pada kedalaman 2–35 meter.

Panjang maksimalnya sama seperti spesies sebelumnya, yaitu 70 sentimeter. Begitu pula status konservasinya, di mana keduanya ditetapkan sebagai spesies yang paling tidak mengkhawatirkan (least concern). Mereka hidup seorang diri saat masih muda dan akan membentuk kawanan ketika beranjak dewasa.

5. Chlorurus troschelii

ilustrasi Chlorurus troschelii (commons.wikimedia.org/BEDO-Thailand)

Last one, mari berkenalan dengan Chlorurus troschelii alias Troschel’s parrotfish. Sama seperti Chlorurus capistratoides, spesies ini juga dideskripsikan oleh Pieter Bleeker. Mereka mendiami Kepulauan Seribu (Indonesia), Kepulauan Similan (Thailand), serta Kepulauan Cocos Keeling (Australia).

Ikan yang panjang maksimalnya 34,6 sentimeter ini tidak menyelam terlalu dalam, mentok 25 meter saja. Laut dangkal yang jernih dan dikelilingi terumbu karang adalah rumahnya. Sebagai hermafrodit protogini, mereka bisa mengganti kelamin dari betina menjadi jantan.

Tanpa ikan kakatua, tidak akan ada pasir putih nan halus di pantai. Maka dari itu, menjaga mereka adalah tanggung jawab kita bersama!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us