5 Kampanye Brand Fashion Dunia Paling Kontroversial Sepanjang Masa

Para penggemar industri fashion tentu tidak asing dengan nama-nama brand mewah yang telah puluhan tahun menguasai industri mode dunia, seperti Dior, Balenciaga, Calvin Klein, hingga Gucci. Ada kebanggaan tersendiri jika mampu membeli atau memakai salah satu produk keluaran brand raksasa tersebut. Selain karena kualitasnya, tidak dipungkiri produk-produk fashion dari brand tersebut juga mampu mengangkat status sosial setiap penggunanya.
Namun, tahukah kamu bahwa hampir seluruh brand tersebut pernah membuat kampanye yang terbilang kontroversial dan dikecam oleh berbagai pihak? Yuk, simak lima kampanye paling kontroversial yang pernah dilakukan oleh brand fashion mewah sepanjang masa.
1. Balenciaga: Atribut BDSM dan anak kecil (2023)

Akhir tahun 2022 lalu, rumah mode Balenciaga mengeluarkan kampanye untuk koleksi Spring/Summer 2023 berjudul The Gift Shop. Kampanye ini awalnya terlihat layaknya kampanye fashion pada umumnya yang dilakukan oleh rumah mode untuk menyambut musim baru. Akan tetapi, kontroversi mulai muncul saat Balenciaga merilis sebuah foto yang menjadi iklan dari kampanye tersebut.
Dalam foto tersebut, terlihat seorang anak kecil yang tengah memegang sebuah tas beruang yang memakai body harness. Masalahnya, tas beruang yang dipegang sang anak terlihat menggunakan atribut bondage and discipline, dominance and submission, sadism and masochism (BDSM), yaitu harness. Selain itu, di sekeliling anak kecil tersebut, terdapat borgol, rantai, hingga kalung rantai anjing.
Foto tersebut menuai kecaman dari publik, karena seolah menyatukan anak di bawah umur dengan unsur yang berbau seksual. Buntut dari kampanye yang kontroversial ini adalah Balenciaga akhirnya menghapus foto iklan tersebut dan merilis pernyataan resmi sebagai bentuk permohonan maaf kepada publik.
2. Gucci: Jumper yang dianggap rasis (2019)

Pada tahun 2019, fashion brand kenamaan asal Italia, Gucci, merilis sebuah produk yang justru memicu kecaman publik hingga harus ditarik dari seluruh toko. Produk tersebut dikenal dengan nama balaclava jumper atau blackface jumper. Ini merupakan sweater berwarna hitam dengan fitur roll-up-cover yang menutupi wajah bagian bawah serta menampilkan potongan bibir lebar berwarna merah.
Sweater seharga 890 dolar AS (atau kini setara Rp13,6 juta) ini menuai banyak kritik dari masyarakat karena dianggap rasis dan offensive. Gucci dinilai mempromosikan isu blackface, serta terlibat dalam tradisi yang sangat mengganggu dan menjadi sejarah kelam ratusan tahun antara Amerika dan Afrika.
Akhirnya, rumah mode mewah ini memutuskan untuk meminta maaf kepada publik dan akan menjadikannya sebagai pembelajaran. Mereka kemudian menarik penjualan sweater tersebut dari pasaran.
3. Burberry: Isu bunuh diri (2019)

Rumah mode berikutnya yang pernah membuat kontroversi adalah Burberry. Pada tahun 2019, brand ini merilis seri hoodie dengan tali yang tidak biasa. Tak seperti tali hoodie yang biasanya hanya menggantung di kedua sisi bahu, tali hoodie keluaran Burberry ini justru dibuat menyerupai tambang yang biasanya digunakan seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini semakin memicu kemarahan publik karena koleksi tersebut ditampilkan dalam ajang London Fashion Week 2019.
Seorang model yang saat itu ikut hadir dalam ajang pameran mode megah tersebut, Elizabeth Kennedy, secara keras mengecam keputusan Burberry untuk merilis koleksi tersebut. "Bunuh diri bukanlah sebuah mode," tulis Kennedy di Instagram. "Jangan lupakan juga sejarah mengerikan dari hukuman mati", tambahnya.
Burberry akhirnya menanggapi kritik dari publik dengan menarik hoodie tersebut dari koleksinya. Mereka juga merilis permintaan maaf resmi atas kontroversi yang terjadi.
4. Marc Jacobs: Wig rambut gimbal (2016)

Selama Fashion Week tahun 2016, Marc Jacobs menghebohkan jagat media ketika para model yang mengenakan koleksi musim semi berjalan di atas panggung dengan rambut gimbal palsu. Banyak yang menganggapnya sebagai contoh terang-terangan dari perampasan budaya (cultural appropriation), dan jelas dianggap sebagai wujud rasisme.
Sayangnya, sang desainer hanya menambah keributan dengan membela keputusannya sendiri, dengan menulis di Instagram, "Saya menghormati dan terinspirasi oleh orang-orang dan penampilan mereka. Saya tidak melihat warna kulit atau ras, saya melihat manusia."
Marc Jacobs kemudian mundur dan meminta maaf, lalu ia kembali mengklarifikasi pernyataan sebelumnya. "Tentu saja saya 'melihat' warna kulit, tapi saya TIDAK mendiskriminasi", ucapnya.
5. Calvin Klein: Pornografi anak (1995 dan 1980)
Selanjutnya, ada kampanye iklan dari merek yang saat ini menggaet Jennie BLACKPINK dan Jungkook BTS sebagai ambassador, yaitu Calvin Klein. Pada tahun 1980, Brooke Shields yang masih berusia 15 tahun menjadi wajah Calvin Klein dan membintangi salah satu iklan yang paling banyak dibicarakan pada masa itu. Mengenakan celana jeans biru, model dan aktris ini mengucapkan kalimat yang kemudian menjadi kalimat ikonik: "Anda ingin tahu apa yang ada di antara saya dan Calvin saya? Tidak ada."
Ada banyak reaksi keras terhadap iklan tersebut, yang dilarang di beberapa jaringan karena dianggap menggauli seorang remaja. Bahkan Shields sendiri mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Vogue bahwa ia juga tidak luput dari hujatan publik. Shields mengatakan bahwa dia "naif" dan tidak melihat kalimat tersebut sebagai sebuah sindiran.
Tidak cukup sampai di situ, di tahun 1995, iklan mereka menampilkan model-model muda yang mengenakan celana jeans Calvin Klein sambil berpose menggoda di depan panel kayu. Melihat foto iklan tersebut, para kritikus menuduh perancang pakaian tersebut menyimulasikan pornografi anak, bahkan mantan Presiden AS Clinton ikut angkat suara dengan menyebutnya "keterlaluan".
Penghinaan semakin meningkat dari berbagai kalangan, hingga Departemen Kehakiman Amerika Serikat membuka penyelidikan terhadap kampanye tersebut. Hasilnya, penyelidikan mengungkapkan bahwa tidak ada satu pun model dalam iklan tersebut yang masih di bawah umur, dan perancangnya tidak dapat dituntut.
Kelima brand di atas menjadi bukti bahwa dunia fashion cukup rentan dan penuh tantangan sehingga publik akan terus memperhatikan perkembangannya. Mereka juga harus hati-hati dan mengedepankan hati nurani saat membuat kampanye agar tidak bertentangan dengan moral. Dari kelima peristiwa di atas, kontroversi mana yang baru kamu ketahui?