5 Negara yang Sedang Berjuang Mengatasi Bencana Kebakaran Hutan

Baru-baru ini Turki sedang dilanda bencana kebakaran hutan yang masif. Dilansir Daily Sabah, terdapat 12 titik kebakaran yang masih menyala dan 198 titik lainnya sudah berhasil ditangani pemerintah setempat. Tak tanggung-tanggung, kebakaran hutan tersebut setidaknya sudah berlangsung selama lebih dari 10 hari sejak 7 Agustus 2021. 

Menurut Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki, Bekir Pakdemirli, terdapat 2 titik kebakaran yang sangat besar dampaknya, yaitu titik kebakaran yang ada di distrik Manavgat and Gündoğmuş. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah setempat untuk memadamkan api secepat mungkin, mulai dari pesawat dan helikopter pembawa air hingga petugas pemadam kebakaran.

Angin yang cepat beserta gelombang panas menjadi pemicu utama kebakaran hutan yang melanda Turki. Tak hanya hutan dan bangunan yang terbakar, setidaknya kebakaran hutan tersebut juga menewaskan 8 orang di distrik Antalya dan Muğla.

Selain Turki, ada juga negara Yunani yang juga terdampak akibat angin kencang beserta gelombang panas dalam beberapa minggu terakhir. Alhasil, kebakaran hutan yang masif tak dapat dihindari di sana. Kebakaran hutan telah melanda hutan-hutan yang ada di Yunani dan bangunan-bangunan di sekitarnya.

Setidaknya terdapat 154 titik kebakaran yang sedang ditangani oleh Pemerintah Yunani belakangan ini. Kebakaran tersebut juga mengancam situs Olimpiade Kuno yang merupakan tempat digelarnya Olimpiade untuk pertama kalinya. Pemerintah Yunani diketahui juga telah mengevakuasi 650 penduduk Pulau Evia yang juga terdampak akibat kebakaran hutan akibat perubahan iklim tersebut.

Ada juga Rusia yang terkena dampak adanya gelombang panas dan angin kencang dalam beberapa hari sebelum kebakaran hutan melanda Rusia baru-baru ini. Dilansir The Moscow Times, kebakaran ini merupakan kebakaran hutan terhebat ketiga pada abad ini menurut Greenpeace Russia. Bagaimana tidak, kebakaran ini telah meluas di 0,6 juta hektar lahan yang ada di sekitar wilayah Sakha.

Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran tersebut pastinya sangat menganggu aktivitas yang ada di negara tersebut, khususnya di wilayah Siberia. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan tersebut diketahui telah seluas 5,4 kilometer persegi yang mana lebih luas dari wilayah negara-negara anggota Uni Eropa setengah dari wilayah Amerika Serikat. Asap dari kebakaran hutan tersebut pastinya sangat berbahaya bagi penduduk sipil ataupun hewan-hewan yang masih selamat.

Brasil merupakan salah satu negara yang memiliki persentase Hutan Amazon terbesar. Saat ini, Brasil sedang mulai menghadapi potensi kebakaran hutan yang serius jika dilihat dari beberapa titik kebakaran yang sudah muncul belakangan ini. Titik kebakaran hutan mulai naik pada bulan Juli lalu dan dipercaya akan melonjak pada September 2021 nanti, dilansir Global News. 

Meskipun begitu, titik-titik kebakaran yang melanda Brasil sebenarnya tak hanya disebabkan oleh dampak perubahan iklim, tetapi juga ulah warga setempat yang membuka lahan secara ilegal. Hal tersebut sendiri menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Brasil mengingat negara tersebut merupakan negara dengan hutan hujan tropis terluas di dunia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah setempat, termasuk melakukan pengawasan hutan melalui satelit.

Belakangan ini, Amerika Serikat juga sedang dilanda kebakaran hutan yang cukup masif, khsususnya di wilayah California. Bencana ini setidaknya sudah berlangsung selama lebih dari 3 minggu sejak 7 Agustus 2021. Bahkan, Sebanyak 15.000 penduduk di sana diminta untuk mengungsi demi keamanan mereka.

Kebakaran hutan tersebut diyakini disebabkan oleh meningkatnya suhu yang ada di sana dan diikuti angin yang kencang, dilansir The Guardian.  Dapat dikatakan bahwa kebakaran hutan ini merupakan yang terburuk di California. Pemerintah setempat sendiri sudah mengerahkan sekitar 20.000 pemadam kebakaran untuk segera memadamkan api yang masih berkobar di wilayah tersebut.

Perubahan iklim memang menjadi masalah serius bagi setiap negara. Dampak dari adanya perubahan iklim diyakini akan semakin memburuk ke depannya. Tak heran jika hampir seluruh negara sedang fokus terhadap cara meminimalkan dampak dari perubahan iklim itu sendiri.