Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pandangan Copernicus yang Menentang Gereja tapi Mengubah Sains

Nicolaus Copernicus (pexels.com/Krzysztof Jaworski-Fotografia)
Intinya sih...
  • Teori heliosentris bertentangan dengan pandangan Gereja Katolik yang menempatkan Bumi sebagai pusat alam semesta.
  • Pandangan bahwa Bumi bergerak menantang keyakinan religius dan ilmiah pada masanya, meskipun akhirnya terbukti benar.
  • Copernicus mempertanyakan keandalan indra manusia dalam pengamatan alam semesta, menginspirasi pendekatan ilmiah modern.

Nicolaus Copernicus adalah seorang ilmuwan dan astronom yang pemikirannya memicu salah satu perubahan paling radikal dalam sejarah sains. Di abad ke-16, ia memperkenalkan model baru alam semesta yang secara langsung bertentangan dengan pandangan yang telah dianut selama berabad-abad oleh Gereja Katolik.

Melalui teorinya, Copernicus menggugat posisi Bumi sebagai pusat semesta dan membuka jalan bagi pendekatan ilmiah yang lebih modern—berbasis observasi, perhitungan matematis, dan pemikiran rasional. Meski pada awalnya mendapat tentangan keras karena dianggap menyimpang dari ajaran kitab suci, pandangan Copernicus akhirnya terbukti menjadi pondasi penting bagi Revolusi Ilmiah.

Lima pemikirannya yang paling berani mematahkan dominasi dogma religius dan mengubah arah sejarah sains. Ulasan ini akan membahas kelima gagasan utama tersebut dan bagaimana semuanya berkontribusi pada perubahan besar dalam cara manusia memahami alam semesta.

1. Teori heliosentris

Nicolaus Copernicus (unsplash.com/Rafael Ishkhanyan)

Teori heliosentris adalah gagasan paling terkenal dari Copernicus yang secara langsung bertentangan dengan pandangan Gereja saat itu. Dalam model ini, Copernicus menyatakan bahwa Matahari—bukan Bumi—adalah pusat alam semesta, dan semua planet termasuk Bumi mengelilinginya.

Pandangan ini bertolak belakang dengan model geosentris yang menempatkan Bumi sebagai pusat, sebuah kepercayaan yang berakar dari kosmologi Aristoteles dan interpretasi literal Alkitab. Gereja Katolik menganggap ajaran ini sebagai kebenaran mutlak, sehingga ide Copernicus dianggap sesat.

Meski ditolak dan diabaikan pada awalnya, model heliosentris terbukti lebih akurat dan lebih logis dalam menjelaskan gerakan planet. Teori ini akhirnya menjadi pijakan utama bagi para ilmuwan besar seperti Kepler dan Galileo, yang memperkuat dan menyempurnakannya dengan data observasional, membawa sains ke era baru yang berbasis pada pembuktian empiris.

2. Bumi tidak diam, tapi bergerak

Nicolaus Copernicus (pixabay.com/No Author)

Salah satu gagasan Copernicus yang paling mengguncang adalah pandangan bahwa Bumi sebenarnya bergerak. Ia mengemukakan bahwa Bumi berputar pada porosnya setiap hari dan mengelilingi Matahari setahun sekali. Pandangan ini secara langsung menentang ajaran Gereja yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat yang tetap dan tidak bergerak.

Ide gerakan Bumi dianggap tidak masuk akal secara ilmiah dan bertentangan secara teologis, yang kemudian menyebabkan pelarangan penyebaran gagasan ini oleh Gereja pada tahun 1616. Meskipun menghadapi penolakan dan bahkan penganiayaan—seperti yang terjadi pada Galileo—gagasan ini tetap bertahan dan berkembang.

3. Mempertanyakan keandalan indra manusia

Nicolaus Copernicus (commons.wikimedia.org/Wellcome Collection)
Nicolaus Copernicus (commons.wikimedia.org/Wellcome Collection)

Copernicus juga menantang kepercayaan bahwa apa yang kita lihat dan rasakan selalu benar, terutama dalam hal pengamatan alam semesta. Masyarakat kala itu mempercayai bahwa Bumi diam karena memang demikian yang terasa oleh indra manusia. Namun, dengan menyatakan bahwa Bumi bergerak meskipun tidak terasa, Copernicus menunjukkan bahwa indra manusia bisa menipu dan tidak selalu dapat dipercaya dalam memahami realitas fisik.

Hal ini secara tidak langsung meruntuhkan kepercayaan terhadap pengamatan kasat mata sebagai dasar kebenaran ilmiah. Maka dari itu, pendekatan ilmiah mulai bergeser dari observasi indrawi ke penggunaan perhitungan matematis dan instrumen ilmiah yang lebih objektif. Pandangan ini menjadi fondasi penting dalam perkembangan metode ilmiah modern, di mana rasionalitas dan verifikasi empiris menjadi penentu kebenaran.

4. Tantangan bagi fiska Aristoteles

Nicolaus Copernicus (pixabay.com/AndNowProjekt)

Model heliosentris Copernicus tidak hanya menantang pandangan Gereja, tapi juga menggoyang dasar pemikiran fisika Aristoteles yang telah berabad-abad mendominasi. Aristoteles mengajarkan bahwa Bumi adalah pusat alam semesta dan bahwa benda-benda langit memiliki sifat dan aturan yang berbeda dari benda-benda di Bumi.

Copernicus tidak sepenuhnya meninggalkan ajaran Aristoteles; ia masih mempertahankan beberapa prinsip seperti gerak melingkar beraturan dan gagasan tentang pusat gravitasi. Namun, dengan menyatakan bahwa Bumi itu bergerak dan menyatukan gerak langit dan bumi dalam satu sistem yang sama, ia menolak pembedaan antara langit yang sempurna dan dunia sublunar yang berubah-ubah.

5. Menginspirasi revolusi ilmiah dan sains modern

Nicolaus Copernicus (pexels.com/Krzysztof Jaworski-Fotografia)

Pandangan-pandangan Copernicus menjadi pemicu utama bagi lahirnya Revolusi Ilmiah, sebuah masa ketika cara berpikir manusia tentang alam mengalami perubahan besar. Dengan menggantikan model geosentris yang lama dan menekankan bahwa kebenaran dapat ditemukan melalui perhitungan matematis dan observasi sistematis, Copernicus membuka jalan bagi pendekatan ilmiah yang modern.

Gereja awalnya menentang keras pandangannya karena dianggap bertentangan dengan ajaran suci, namun seiring waktu, bukti dan logika dari model heliosentris tidak bisa diabaikan. Ilmuwan seperti Kepler, Galileo, dan Newton kemudian melanjutkan warisan Copernicus dengan memperkuat teori tersebut melalui hukum dan eksperimen.

Lima pandangan Copernicus yang dibahas dalam artikel ini bukan hanya tantangan bagi Gereja, tapi juga titik balik dalam sejarah sains. Meskipun menghadapi penolakan keras dan dianggap sesat pada masanya, gagasannya justru membuka jalan bagi pendekatan ilmiah yang rasional, sistematis, dan berbasis bukti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us