Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Parasit yang Sering Menginfeksi Manusia, Bisa Sebabkan Kematian!

cacing filaria (commons.wikimedia.org/Dr Graham Beards)
cacing filaria (commons.wikimedia.org/Dr Graham Beards)

Berbagai penyakit yang menjangkiti manusia tidak hanya disebabkan karena faktor tertentu, namun juga dapat disebabkan oleh parasit. Ada berbagai macam parasit jahat yang bisa menginfeksi, dan mereka tidak bisa hidup tanpa inang manusia. Meskipun cukup banyak parasit lain yang bersifat oportunis: mereka hidup di dalam tubuh hewan, namun juga bisa hidup dalam tubuh manusia.

Selain itu, beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit tertentu belum ada vaksin yang dapat membantu. Namun kamu dapat mencegahnya—salah satunya dengan terlebih dahulu mempelajari vektor (pembawa parasit) dan gejalanya melalui ulasan berikut ini.

1. Plasmodium

Plasmodium malariae (commons.wikimedia.org/Michael Wunderli)
Plasmodium malariae (commons.wikimedia.org/Michael Wunderli)

Plasmodium merupakan parasit dari genus protozoa yang dibawa oleh nyamuk anopheles. Parasit inilah yang sering kali menyebabkan penyakit malaria pada manusia maupun hewan. Sebagaimana dilansir ThoughtCo, ketika nyamuk betina menggigit kulit manusia—jantan tidak menggigit—beberapa plasmodium masuk ke dalam tubuh melalui air liur nyamuk. Lalu, organisme bersel tunggal ini menyerang dan berkembang biak di dalam sel darah merah, yang pada akhirnya menyebabkan sel tersebut kaku dan tidak elastis.

Akibatnya, sel darah merah tersebut tidak bisa masuk melalui kapiler, yaitu pembuluh darah kecil. Hingga akhirnya, sirkulasi dari organ utama seperti otak dan ginjal dapat tersumbat. Jika tidak segera diobati, kondisi ini akan menyebabkan kematian karena kegagalan fungsi organ. Meskipun ada pengobatan untuk mengurangi risikonya, namun vaksinnya belum ditemukan.

2. Cacing pita

cacing pita (commons.wikimedia.org/Mogana Das Murtey dan Patchamuthu Ramasamy)
cacing pita (commons.wikimedia.org/Mogana Das Murtey dan Patchamuthu Ramasamy)

Ada banyak jenis cacing pita dengan inang yang berbeda bagi setiap parasit ini. Cacing pita bisa hidup dalam tubuh manusia disebabkan karena makanan tertentu. Dijelaskan laman American Family Physician, infeksi cacing pita pada manusia terjadi ketika kista T. Solium tertelan—yang disebabkan karena memakan—misalnya daging babi yang kurang matang.

Larva cacing pita menempel pada usus manusia dan tumbuh menjadi cacing pita dewasa. Cacing pita dewasa kemudian melepaskan proglotid (kumpulan telur cacing pita) ke dalam kotoran manusia yang dapat mencemari persediaan makanan babi. Telur yang tertelan oleh babi berkembang menjadi tahap larva, berjalan melalui dinding usus, memasuki aliran darah, menempel di berbagai jaringan babi, dan berkembang menjadi kista—jika kondisinya tidak tepat bagi larva untuk menjadi dewasa.

Kista menyebabkan penyakit yang disebut sistiserkosis (infeksi cacing pita). Sistiserkosis merupakan penyakit parasit yang paling umum di seluruh dunia, dengan perkiraan prevalensi lebih dari 50 juta orang yang terinfeksi. Penyakit ini menjadi endemik di Meksiko, Amerika Tengah dan Selatan, serta sebagian Afrika, Asia, dan India, demikian menurut American Family Physician.

3. Cacing filaria

cacing filaria (commons.wikimedia.org/Dr Graham Beards)
cacing filaria (commons.wikimedia.org/Dr Graham Beards)

Cacing filaria dapat menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai “Penyakit Kaki Gajah”. Nama penyakit tersebut mengacu pada pembengkakan parah dan kelainan bentuk jaringan yang terjadi saat cairan limfatik tidak dapat mengalir dengan baik. Akan tetapi, kebanyakan orang yang terinfeksi cacing filaria hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda infeksi.

Sebagian besar infeksi cacing filaria terjadi di negara atau wilayah tropis dan subtropis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melaporkan bahwa ada lebih dari 120 juta orang terinfeksi cacing filaria, sejenis cacing gelang.

Infeksi cacing filaria disebabkan oleh spesies cacing gelang tertentu, dan masing-masing spesies mempengaruhi bagian tubuh yang berbeda. Terkait bagaimana penularan infeksi cacing filaria ini, MSD Manuals telah menjelaskannya secara demikian. Lalat yang terinfeksi (seperti lalat kuda atau lalat rusa) atau nyamuk menggigit seseorang dan menyimpan larva cacing di kulit. Larva berkembang menjadi cacing dewasa di bawah kulit atau di jaringan getah bening. Cacing dewasa menghasilkan keturunan yang disebut mikrofilaria, yang menyebar di aliran darah atau berada di kulit. Infeksi ini menyebar ketika orang yang terinfeksi digigit oleh lalat atau nyamuk yang memakan mikrofilaria. Di dalam serangga, mikrofilaria berkembang menjadi larva yang dapat menyebabkan infeksi. Serangga tersebut kemudian menularkan larva saat menggigit orang lain. Infeksi ini tidak menular secara langsung dari orang ke orang, namun ditularkan melalui serangga.

4. Tungau kudis

tungau kudis (commons.wikimedia.org/Michael Wunderli)
tungau kudis (commons.wikimedia.org/Michael Wunderli)

Memiliki nama ilmiah Sarcoptes scabie, tungau kudis adalah kerabatnya kutu, namun parasit ini kerap bersembunyi di dalam kulit daripada menggigit dari luar. Kotoran dari tungau ini dapat menyebabkan iritasi kulit, menghasilkan benjolan merah dan rasa gatal yang luar biasa, yang disebut kudis. Dilansir Siloam Hospitals, kudis adalah penyakit kulit yang menular, baik dari manusia ke manusia atau pun hewan ke manusia. Penularan kudis pun sangat mudah terjadi, mulai dari kontak langsung dengan kulit penderita hingga menggunakan barang-barang pribadi secara bersamaan, seperti sprei, bantal, dan sisir.

Kudis sering kali dikaitkan dengan kurap. Memang, keduanya ini sama-sama penyakit kulit yang menyebabkan rasa gatal yang hebat. Akan tetapi memiliki perbedaan, gejala kudis disebabkan oleh tungau, sedangkan kurap disebabkan karena infeksi jamur. Gejala kudis juga akan semakin parah jika penderitanya tergoda untuk menggaruk bagian kulit yang terinfeksi.

Orang dengan sistem kekebalan yang lemah dapat mengembangkan kondisi kudis yang disebut kudis berkerak. Ini yang membuat kulit penderita menjadi kaku dan berkerak akibat infeksi jutaan tungau. Bahkan meskipun infeksinya sembuh, bekas lukanya akan tetap ada. Jadi, rajin-rajinlah membersihkan barang-barang pribadi yang sudah disebutkan sebelumnya.

5. Lalat ulat sekrup

lalat ulat sekrup (commons.wikimedia.org/Entomology, CSIRO)
lalat ulat sekrup (commons.wikimedia.org/Entomology, CSIRO)

Lalat ulat sekrup memiliki nama ilmiah Cochliomyia hominivorax. Arti dari “hominivorax” adalah “pemakan manusia”. Lalat sekrup betina dapat menghasilkan telur sebanyak 100 butir. Hanya dalam sehari, telur-telurnya menetas menjadi belatung. Kemudian sekumpulan belatung ini berusaha menggali ke dalam daging—sambil memakannya. Mereka menggalinya melalui otot, pembuluh darah, dan saraf.

Diperkirakan, orang yang meninggal karena terinfeksi parasit ini hanya sekitar 8 persen saja. Yang lebih mengerikan adalah mereka menderita kesakitan karena digerogoti hidup-hidup oleh belatung itu. Bayangkan, bagaimana sensasinya! Ngeri! Penyakit yang disebabkan oleh larva lalat ini disebut “myiasis”.

Lalat ulat sekrup ini pertama kali ditemukan di Amerika Serikat. Namun sekarang sudah menyebar ke Amerika Tengah dan Selatan. Tapi apakah penyebaran lalat ini sudah sampai Asia?

Oleh karena itu, semua parasit ini sangat berbahaya, bahkan ada yang bisa menyebabkan kematian. Mungkin ada banyak parasit yang hanya menginfeksi hewan. Namun, beberapa dari mereka juga bisa menginfeksi manusia. Sebagai parasit, mereka membutuhkan inang—apakah tubuh hewan atau manusia—tergantung spesiesnya. Tetap berhati-hatilah dengan benda atau makanan yang berpotensi mengundang mereka!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ali Akbar Mhd
EditorAli Akbar Mhd
Follow Us