5 Penemuan Tak Terduga dari Misi Voyager yang Masih Berlaku Hari Ini

- Penemuan gunung berapi aktif di luar BumiPenemuan pertama aktivitas vulkanik di Io, bulan Jupiter, mengubah pemahaman ilmiah tentang aktivitas geologis di luar Bumi. Aktivitas vulkanik di Io masih menjadi fokus studi hingga kini.
- Adanya samudra di bawah permukaan Europa dan EceladusVoyager memberikan petunjuk tentang keberadaan samudra di bawah permukaan Europa dan Enceladus. Dugaan ini kemudian dikonfirmasi oleh misi Galileo dan Cassini.
- Atmosfer Titan yang tebalVoyager mengungkap bahwa atmosfer Titan terdiri dari nitrogen dan kabut asap hidrokarbon yang sangat tebal. Data ini membuka jalan bagi pemahaman baru tentang proses
Saat NASA meluncurkan misi Voyager 1 dan 2 pada akhir 1970-an, tujuan utamanya adalah menjelajahi planet-planet luar Tata Surya. Tapi siapa sangka, dua wahana kecil ini justru membuka jendela pengetahuan yang sangat luas dan bahkan masih memengaruhi riset ilmiah hingga saat ini. Banyak dari penemuan Voyager mengejutkan ilmuwan kala itu.
Voyager mengubah cara kita memandang bulan, cincin, atmosfer, dan bahkan potensi kehidupan di luar Bumi. Dari letusan gunung berapi di Io, samudra tersembunyi di bawah permukaan bulan es, hingga atmosfer pekat Titan yang menyimpan molekul organik—semua itu adalah warisan dari sebuah misi yang awalnya hanya dirancang untuk bertahan beberapa tahun.
1. Menemukan gunung berapi aktif di luar Bumi

Penemuan mengejutkan dari misi Voyager adalah ditemukannya gunung berapi aktif di Io, salah satu bulan Jupiter. Melansir ebsco, pengamatan oleh wahana antariksa tahun 1979 menandai penemuan pertama aktivitas vulkanik di luar Bumi. Ini menjadi lompatan besar dalam pemahaman ilmiah, karena sebelumnya tidak ada yang menduga bahwa bulan bisa memiliki aktivitas geologis semacam itu.
Penemuan ini mengarahkan perhatian ilmuwan pada mekanisme pemanasan pasang surut—proses di mana gravitasi Jupiter menyebabkan gesekan internal yang menghasilkan panas. Hingga kini, aktivitas vulkanik di Io masih menjadi fokus studi karena struktur internalnya yang unik. Misi-misi berikutnya seperti Galileo mengungkap bahwa Io memiliki samudra magma di bawah permukaannya.
2. Adanya samudra di bawah permukaan Europa dan Eceladus

Voyager memberikan petunjuk tentang keberadaan samudra di bawah permukaan dua bulan es, yaitu Europa milik Jupiter dan Enceladus milik Saturnus. Permukaan Europa yang retak-retak, serta struktur es yang kompleks, menunjukkan bahwa dunia ini tidak sepenuhnya beku. Begitu pula dengan Enceladus, yang memiliki permukaan cerah dan tampak seperti terus-menerus diperbarui.
Walaupun Voyager tidak memiliki instrumen untuk mendeteksi air secara langsung, citra-citra dan data permukaan ini menimbulkan dugaan kuat bahwa ada cairan—kemungkinan air—di bawah kerak es. Dugaan ini kemudian dikonfirmasi oleh misi Galileo dan Cassini yang menemukan medan magnet terinduksi serta semburan uap air dari kedalaman.
3. Atmosfer Titan yang tebal

Walaupun atmosfer Titan telah diketahui sejak lama, Voyager memberikan data yang mengubah cara kita memahami bulan terbesar Saturnus ini. Melalui instrumen pengamatan jarak jauh, Voyager mengungkap bahwa atmosfer Titan terdiri dari nitrogen dan kabut asap hidrokarbon. Yang mengejutkan, atmosfer ini ternyata sangat tebal dan berkabut, sehingga permukaan Titan tidak bisa dilihat secara langsung oleh kamera Voyager.
Penemuan lapisan kabut pekat ini membuka jalan bagi pemahaman baru tentang proses kimia kompleks yang terjadi di atmosfer dingin ini. Keberadaan molekul-molekul seperti asetilena dan etana menunjukkan bahwa reaksi fotokimia terjadi di lapisan atas atmosfer. Data ini sangat penting karena mengisyaratkan bahwa proses mirip dengan pembentukan senyawa awal kehidupan mungkin terjadi di tempat yang jauh dari Matahari.
4. Mendeteksi geiser yang meletus dari Triton

Voyager 2 berhasil menangkap momen yang sangat langka dan mengejutkan saat ia melintas dekat bulan Triton, satelit Neptunus, pada tahun 1989. Kamera Voyager mendokumentasikan adanya letusan seperti geyser yang menyemburkan material gelap ke atmosfer tipis Triton hingga ketinggian sekitar 8 kilometer. Fenomena ini sungguh tak terduga, mengingat suhu permukaan Triton sangat dingin.
Letusan ini diduga dipicu oleh pemanasan ringan dari sinar Matahari yang menembus lapisan es nitrogen, lalu memanaskan gas di bawah permukaan hingga meledak secara tiba-tiba. Ini adalah bukti bahwa aktivitas geologis bisa terjadi bahkan di lingkungan ekstrem yang sangat dingin. Temuan ini juga menunjukkan bahwa Triton memiliki dinamika internal yang lebih kompleks dari yang dibayangkan sebelumnya.
5. Penemuan bulan dan cincin baru

Voyager tidak hanya membawa kamera, tetapi juga membawa kemampuan untuk mengejutkan dunia dengan penemuan benda-benda baru di Tata Surya luar. Selama perjalanannya, Voyager 1 dan 2 menemukan banyak bulan baru yang sebelumnya tidak diketahui mengorbit planet-planet luar seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Selain itu, mereka juga mengungkap sistem cincin yang lebih kompleks dan tersembunyi, termasuk cincin tipis di Jupiter dan cincin-G di Saturnus. Bahkan cincin Uranus yang sebelumnya tampak sederhana, ternyata terdiri dari struktur sempit dan jalur debu yang rumit. Penemuan ini mengubah pandangan ilmuwan tentang pembentukan dan evolusi sistem cincin.
Lima penemuan yang dibahas di atas menunjukkan betapa besar kontribusi Voyager terhadap pemahaman kita tentang Tata Surya. Meski dibuat dengan teknologi tahun 1970-an, dampaknya terus terasa dalam sains modern, bahkan membantu membentuk arah misi-misi eksplorasi masa depan.