Mengapa Saturnus Memiliki Lebih Banyak Satelit Dibanding Planet Lain?

- Massa Saturnus sangat besar, mencapai 95 kali massa Bumi, menjadikannya memiliki gaya tarik gravitasi yang kuat dan mampu menarik banyak satelit serta menjaga mereka tetap berada di orbit yang stabil.
- Saturnus berada di zona tata surya yang lebih dingin dan jarang terjadi gangguan gravitasi dari benda lain, sehingga orbit satelit di sekitarnya lebih stabil dibandingkan dengan planet lain.
- Satelit-satelit baru di sekitar Saturnus kebanyakan berukuran kecil dan tidak beraturan, berasal dari asteroid atau komet yang tertangkap oleh gravitasinya, sementara beberapa satelit terbentuk dari material cincin Saturnus itu sendiri.
Pada Maret 2025, NASA kembali mengumumkan penemuan 128 satelit baru yang mengorbit Saturnus, sehingga jumlah total satelit alaminya menjadi 274. Dengan penambahan ini, Saturnus resmi mempertahankan gelarnya sebagai planet dengan jumlah satelit terbanyak di tata surya, mengalahkan Jupiter. Rekor ini menjadi bukti betapa aktif dan kompleksnya sistem Saturnus, yang kini masih dipelajari lebih dalam oleh ilmuwan melalui pengamatan teleskop dan analisis data misi luar angkasa seperti Cassini.
Namun muncul pertanyaan menarik, mengapa Saturnus bisa memiliki begitu banyak satelit alami, lebih banyak dari planet-planet raksasa lain seperti Jupiter, Uranus, atau Neptunus? Apa yang membuat Saturnus begitu ‘ramah’ terhadap satelit? Berikut empat alasan utama yang bisa menjelaskan fenomena ini.
1. Massa Saturnus sangat besar

Saturnus adalah planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter, dengan massa sekitar 95 kali massa Bumi, seperti yang disebutkan oleh Britannica. Massa yang sangat besar ini membuat Saturnus memiliki gaya tarik gravitasi yang kuat sehingga mampu menarik dan menahan banyak objek di sekitarnya, dari bulan-bulan besar hingga satelit kecil yang melintas.
Selain itu, gravitasi Saturnus juga membantu menjaga agar satelit-satelitnya tetap berada di orbit yang stabil. Meski ada banyak satelit, Saturnus mampu mempertahankan mereka agar tidak keluar dari orbit atau bertabrakan dengan objek lain. Hal ini berkontribusi pada keberadaan banyak bulan yang tetap mengelilinginya hingga kini.
2. Saturnus berada di zona yang stabil untuk satelit

Sebagai planet keenam, Saturnus berada jauh dari Matahari, dengan jarak sekitar 1,4 miliar kilometer (887 juta mil). Ia berada di zona tata surya yang lebih dingin dan jarang terjadi gangguan gravitasi dari benda lain. Karena itu, orbit satelit di sekitar Saturnus lebih stabil dibandingkan dengan planet yang lebih dekat ke Matahari. Kalau diperhatikan, planet-planet luar lainnya, seperti Jupiter, Uranus, dan Neptunus juga memiliki lebih banyak satelit alami dibanding Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
Stabilitas orbit sangat penting agar satelit-satelit bisa bertahan lama mengelilingi planet tanpa risiko terlempar atau bertabrakan karena gangguan gravitasi luar. Dengan kondisi lingkungan yang tenang, Saturnus dan planet raksasa lain jadi bisa mempertahankan banyak satelit dengan berbagai ukuran dan orbit, baik yang teratur maupun yang agak tidak beraturan.
3. Lebih banyak satelit tak beraturan (irregular moons)

Satelit-satelit baru yang ditemukan di sekitar Saturnus kebanyakan berukuran sangat kecil, bisa kita sebut saja irregular moons atau satelit tak beraturan. Berbeda dengan bulan Bumi yang berukuran besar dan memiliki orbit hampir melingkar dan stabil, irregular moons sering kali memiliki orbit yang lonjong, miring, bahkan berlawanan arah dengan rotasi Saturnus. Para ilmuwan menduga mereka berasal dari benda luar seperti asteroid atau komet yang kemudian tertangkap oleh gravitasi Saturnus.
Namun Saturnus juga memiliki satelit alami yang mirip dengan bulan, contohnya seperti Titan, Enceladus, Mimas, Tethys, Dione, Rhea, and Iapetus. Biasanya mereka terbentuk bersamaan dengan planet dari material awan gas dan debu saat awal pembentukan tata surya. Dengan demikian, Saturnus memiliki 24 bulan biasa dan 250 bulan tidak beraturan, sebagaimana dituliskan oleh The Conversation.
4. Beberapa satelit terbentuk dari material cincin Saturnus

Cincin Saturnus terdiri dari jutaan partikel es dan debu yang mengelilingi planet dengan rapat. Di bagian tepi luar cincin, partikel-partikel ini bisa saling bertabrakan dan bergabung membentuk gumpalan kecil yang kemudian berkembang menjadi satelit kecil. Berkat misi Cassini NASA ke Saturnus, para astronom mengonfirmasi contoh dari proses tersebut adalah satelit Pan, Daphnis, Atlas, Pandora, dan Epimetheus.
Namun menariknya, ternyata cincin Saturnus tidak menemani planet ini sejak awal terbentuk. Menurut The Guardian, cincin Saturnus justru terbentuk relatif baru, sekitar 400 juta tahun yang lalu. Lantas darimana asal cincin Saturnus? Yap, dari satelit kuno yang hancur, kemungkinan akibat tabrakan dengan objek lain atau karena terlalu dekat dengan Saturnus hingga terkoyak oleh gaya pasang surut (tidal force). Pecahan dari kehancuran itulah yang kemudian membentuk cincin. Jadi, dalam sistem Saturnus, cincin bisa menjadi sumber lahirnya satelit baru, sekaligus menjadi sisa dari satelit yang telah lama hancur.
Dari kejauhan, Saturnus mungkin terlihat cantik dengan cincin ikoniknya. Tapi siapa sangka, di sekitarnya, ratusan satelit sedang menari dalam harmoni gravitasi. Dan di balik keindahan itu, ada cerita panjang soal asal usul, tabrakan, dan penelitian yang masih berlangsung. Semoga artikel ini bermanfaat!