Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), satwa endemik pulau Kalimantan yang terancam punah (commons.wikimedia.org/Stefan Brending)
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) menjadi salah satu mamalia air tawar paling terancam punah di pulau Kalimantan. Pesut Mahakam diklasifikasikan sebagai Kritis (Critically Endangered) oleh IUCN. Dilansir Kantor Berita Kalimantan, berdasarkan pemantauan terbaru dari Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) dan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), populasi pesut Mahakam di habitat alaminya diperkirakan hanya tersisa 62 ekor.
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan populasi drastis pesut Mahakam sebagian besar berasal dari aktivitas manusia di sepanjang Sungai Mahakam, seperti terjerat jaring insang nelayan, tabrakan dengan kapal–terutama kapal tongkang–pencemaran air, dan polusi suara. Selain itu, laju reproduksi hewan terancam punah ini juga sangat rendah, di mana pesut betina akan mencapai kematangan reproduksi pada usia 3-6 tahun, dengan masa kehamilan yang berlangsung selama 14 bulan, dan hanya bisa melahirkan satu anak setiap 2-3 tahun. Kondisi inilah yang membuat penurunan populasi sangat cepat, karena setiap kematian tidak dapat digantikan dengan mudah oleh kelahiran baru.
Keanekaragaman hayati pulau Kalimantan menghadapi ancaman yang signifikan, terutama dari aktivitas manusia. Dilansir Britannica, ancaman utama meliputi hilangnya habitat, degradasi habitat, deforestasi, eksploitasi berlebihan, polusi, perubahan iklim, dan keberadaan spesies non-asli yang mengalahkan spesies asli untuk mendapatkan sumber daya, sehingga mengganggu ekosistem. Oleh karena itu, perlunya upaya konservasi yang mencakup berbagai bentuk, meliputi:
Kerjasama Internasional seperti Dana Kemitraan Ekosistem Kritis yang menyatukan pemerintah dan kelompok konservasi untuk mendukung upaya konservasi lokal
Perserikatan Bangsa-Bangsa mendorong negara-negara untuk melestarikan lebih dari 200.000 kawasan lindung di seluruh dunia
Mengatasi deforestasi sebagai upaya untuk memperlambat kerusakan hutan tropis, yang mencakup strategi politik, ilmiah, dan pengelolaan
Strategi konservasi berfokus pada pencegahan kepunahan spesies, perlindungan habitat, dan penciptaan koridor konservasi
Dengan demikian, upaya konservasi ini diharapkan dapat mewujudkan kehidupan yang harmonis antara manusia dan satwa liar, di mana kelestarian ekologis menjadi dasar bagi pembangunan berkelanjutan di pulau Kalimantan.