Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sungai yang Tidak Bermuara di Laut, Ke Mana Airnya Pergi?

Sungai yang Tidak Bermuara di Laut
Potret sungai (pixabay.com/winklerchristopher)
Intinya sih...
  • Sungai Okavango berakhir di gurun Kalahari, membentuk Delta Okavango yang luas dan menghidupkan kawasan tandus.
  • Sungai Jordan masuk ke Laut Mati yang tidak memiliki saluran keluar, menyebabkan airnya hanya bisa menguap.
  • Sungai Amu Darya airnya banyak dialirkan ke pertanian sehingga Laut Aral mengecil drastis, menjadi contoh penggunaan air berlebihan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saat kita membicarakan sungai, umumnya yang terbayang adalah aliran air yang mengalir dari pegunungan, menelusuri lembah, hingga akhirnya bermuara di laut atau samudra. Tapi ternyata, tidak semua sungai punya akhir cerita seperti itu. Di berbagai penjuru dunia, ada sungai-sungai yang justru berhenti di tengah daratan—di gurun, danau tertutup, atau bahkan menghilang ke dalam tanah tanpa pernah mencapai laut.

Fenomena ini dikenal sebagai sungai endorheik, yaitu sungai yang mengalir ke dalam sistem tertutup tanpa saluran keluar menuju laut. Air dari sungai-sungai ini bisa menguap, meresap ke dalam tanah, atau membentuk danau yang tak pernah mengalir ke mana-mana. Nah, berikut ini lima sungai dari berbagai belahan dunia yang airnya tidak bermuara ke laut. Yuk, simak sampai habis!

1. Sungai Okavango – berakhir di gurun

Sungai yang Tidak Bermuara di Laut
Potret Sungai Okavango (pixabay.com/LionMountain)

Sungai Okavango di Afrika selatan mungkin salah satu sungai paling unik di dunia. Bukannya bermuara di laut, air dari sungai ini justru tumpah ke tengah gurun Kalahari, membentuk Delta Okavango yang luas. Alih-alih hilang sia-sia, airnya menghidupkan kawasan tandus menjadi oasis bagi ribuan satwa liar.

Delta Okavango ini termasuk salah satu delta daratan terbesar di dunia, dan cuma ada saat musim hujan. Begitu musim kemarau tiba, sebagian besar airnya menguap atau meresap ke tanah. Sungai ini jadi bukti bahwa air bisa menghidupkan padang pasir, bahkan tanpa harus mencapai laut. Tak heran kalau wilayah ini masuk situs warisan dunia UNESCO.

2. Sungai Jordan – masuk ke Laut Mati

Sungai yang Tidak Bermuara di Laut
Potret Sungai Jordan (pixabay.com/CSalem)

Sungai Jordan dikenal secara sejarah dan religius, tapi alirannya juga menarik secara geografi. Sungai ini mengalir ke Laut Mati, dan berhenti di situ. Kenapa? Karena Laut Mati tidak memiliki saluran keluar, sehingga airnya cuma bisa menguap.

Laut Mati juga jadi titik terendah di permukaan bumi, jadi semua air tertarik ke sana. Tapi, semakin ke sini, air yang masuk semakin sedikit karena dipakai untuk pertanian. Akibatnya, Laut Mati terus menyusut dari tahun ke tahun. Jadi meskipun punya “laut” di namanya, muara sungai ini sebenarnya buntu.

3. Sungai Amu Darya – dahulu ke laut, sekarang hilang di darat

Sungai yang Tidak Bermuara di Laut
Potret Sungai Amu Darya (commons.wikimedia.org/Tuxtamuratova Dilnoza)

Sungai Amu Darya dulunya mengalir deras ke Laut Aral, tapi sekarang banyak airnya yang tidak pernah sampai. Sebagian besar dialirkan ke pertanian di negara-negara Asia Tengah. Karena itu, Laut Aral pun mengecil drastis—bahkan nyaris menghilang.

Di musim kemarau, alirannya bisa berhenti jauh sebelum mencapai danau. Sungainya tetap mengalir, tapi tujuannya sudah tidak jelas. Ini jadi contoh bagaimana penggunaan air berlebihan bisa mengubah sungai secara drastis. Dari muara yang dulunya penuh air, kini cuma tersisa gurun garam.

4. Sungai Volga – berhenti di laut pedalaman, bukan laut lepas

Sungai yang Tidak Bermuara di Laut
Potret Sungai Volga (pexels.com/Cергей Христинич)

Sungai Volga adalah sungai terpanjang di Eropa yang mengalir sepenuhnya di Rusia. Meskipun besar dan penting, Volga tidak bermuara ke laut lepas, melainkan ke Laut Kaspia—sebuah danau endorheik terbesar di dunia. Artinya, air Sungai Volga berakhir di perairan tertutup yang tidak punya hubungan langsung dengan samudra.

Laut Kaspia sendiri semakin mengalami perubahan karena penguapan tinggi dan eksploitasi sumber daya. Karena tidak ada saluran keluar, kandungan garam di dalamnya terus berubah dan ekosistemnya pun rentan. Sungai Volga menjadi tulang punggung bagi industri, transportasi, dan pertanian Rusia, tapi sekaligus mencerminkan bagaimana sungai besar pun bisa berakhir di jalan buntu.

5. Sungai Teesta – terbagi dan tertahan bendungan

Sungai yang Tidak Bermuara di Laut
Potret Sungai Teesta (pixabay.com/AshisPanda)

Sungai Teesta mengalir dari Himalaya, melewati India dan Bangladesh, tapi tak semuanya mencapai Samudra Hindia. Sebagian besar airnya tertahan bendungan dan saluran irigasi di wilayah hilir. Dalam musim kering, sisa alirannya begitu kecil hingga tak lagi mampu mengalir sampai muara sejatinya. Ini membuat sebagian aliran Teesta seolah hilang di darat.

Permasalahan ini bukan cuma soal air yang berkurang, tapi juga soal ketegangan politik antarnegara. Karena sungai ini melintasi perbatasan, perebutan aliran air sering jadi isu panas. Air sungai yang tadinya bisa menyatu dengan laut, kini justru jadi rebutan. Akhirnya, airnya lebih banyak dipakai di darat daripada dibiarkan mengalir bebas.

Fenomena sungai tanpa muara ini memperlihatkan betapa kompleks hubungan antara alam dan aktivitas manusia. Beberapa sungai memilih jalannya sendiri, tapi ada juga yang dipaksa berhenti sebelum waktunya. Apa pun itu, mereka semua punya cerita yang menarik dan mengingatkan kita untuk lebih bijak menjaga sumber daya air. Karena kalau tidak hati-hati, bukan cuma muaranya yang hilang—tapi juga sungainya sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us