5 Fakta Sungai Amu Darya, Pernah Dilalui oleh Alexander the Great!

- Sungai Amu Darya adalah sumber air dan sejarah bagi Afganistan, Turkmenistan, Tajikistan, dan Uzbekistan.
- Debit air Sungai Amu Darya mencapai 2526 meter kubik per detik dan dipengaruhi oleh angin barat sedang.
- Sungai Amu Darya memiliki ekosistem yang kaya serta pernah menjadi rute penaklukkan Alexander the Great.
Sungai Amu Darya merupakan salah satu sungai terpanjang di kawasan Asia Tengah. Dengan panjang sejauh 1500 mil, Sungai Amu Darya mengalir di sepanjang perbatasan empat negara yaitu Afganistan, Turkmenistan, Tajikistan dan Uzbekistan.
Sungai Amu Darya dikenal sebagai Oxus dalam bahasa Latin dan Jayhun oleh bangsa Arab. Bukan hanya sebagai sumber mata air bagi beberapa negara, Sungai Amu Darya juga menjadi saksi peristiwa bersejarah. Mari kita cari tahu beberapa fakta geografis dan sejarah menarik mengenai Sungai Amu Darya!
1. Sumber air Sungai Amu Darya berasal dari gletser di dua pegunungan

Dikutip dari Britannica, Sungai Amu Darya terbentuk dari pertemuan antara dua aliran sungai yaitu Sungai Vakhsh dan Panj. Aliran Sungai Panj sendiri berawal di Pegunungan Pamir.
Sungai Amu Darya mengalir dari sisi utara perbatasan Afganistan-Tajikistan ke arah barat menuju kawasan gurun di Turkmenistan. Aliran air Sungai Amu Darya berujung di perbatasan Turkmenistan-Uzbekistan sekaligus membentuk perbatasan alami antara kedua gurun yaitu Gurun Kyzylkum dan Karakum.
Meski dikelilingi oleh kawasan gurun yang gersang, Sungai Amu Darya selalu mendapat suplai air dari lelehan gletser di Pegunungan Pamir dan Tian Shan. Dikutip dar World Atlas, rata-rata debit air Sungai Amu Darya tercatat sebanyak 2526 meter kubik per detik.
2. Kondisi iklim Sungai Amu Darya dipengaruhi oleh angin barat sedang

Meskipun intensitas hujan dan suhu udara tidak selalu seragam akibat perbedaan topografi, kondisi iklim Sungai Amu Darya secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh fenomena angin barat sedang. Angin barat sedang atau mid-latitude westerlies merupakan angin yang bertiup dari arah barat ke timur dan terletak di kisaran lintang 30–60 derajat.
Angin barat sedang menjadi sebab utama terjadinya hujan di kawasan sekitar Sungai Amu Darya. Gletser di Pegunungan Pamir dan Hindu Kush akan semakin besar seiring dengan tingginya intensitas hujan salju saat musim dingin.
Saat musim semi tiba dan salju mulai meleleh, aliran air Sungai Amu Darya akan meningkat drastis melalui lelehan gletser. Pada bulan September–Februari, volume air sungai akan berkurang secara perlahan dan bagian hilir akan beku selama musim dingin, dikutip dari World Atlas.
3. Tepian Sungai Amu Darya menjadi habitat bagi banyak jenis fauna

Sungai Amu Darya dikenal dengan aneka ekosistem di sekitarnya. Selain danau dan rawa, kita juga bisa menjumpai tugay atau area lahan basah yang berada di kawasan gurun Asia Tengah.
Aneka tumbuhan seperti blackberry, poplar, juga licorice tumbuh subur di tepian Sungai Amu Darya. Beberapa fauna khas Asia Tengah seperti rusa baktria, jackal, rubah, atau landak telinga panjang menjadikan kawasan tersebut sebagai habitatnya.
Dikutip dari World Atlas, Sungai Amu Darya merupakan habitat bagi beberapa jenis ikan endemik yaitu sturgeon Amu Darya, Zeravshan dace dan Starostin's loach. Sturgeon Amu Darya saat ini menjadi salah satu jenis ikan sturgeon yang terancam punah.
4. Alexander the Great pernah membawa pasukannya untuk menyeberangi Sungai Amu Darya

Dikutip dari World History Encyclopedia, Sungai Amu Darya atau Oxus merupakan sungai penting dalam sejarah kuno yang melewati kawasan Bactria, Sogdiana, Khiva, Fergana, dan Oxeiana. Bactria dikenal sebagai salah satu peradaban kuno di Asia Tengah yang pernah ditaklukkan oleh Alexander the Great.
Pada 329 SM, Alexander the Great membawa pasukannya menyeberangi Sungai Amu Darya dalam misi penaklukkan kawasan Bactria. Dengan menggunakan perahu yang dirakit dari tenda, Alexander the Great dan pasukannya berhasil menyeberangi sungai tersebut selama lima hari, dikutip dari National Geographic Society.
5. Jalur aliran Sungai Amu Darya pernah diubah oleh pemerintah Uni Soviet

Di antara dari kalian barangkali pernah mendengar berita tentang penyusutan Laut Aral yang ada di Uzbekistan. Fenomena ini ternyata berkaitan dengan sejarah Sungai Amu Darya.
Dalam sejarahnya, Sungai Amu Darya sebenarnya bermuara di Laut Aral. Akan tetapi, dikutip dari Britannica, sejak tahun 1970an, Laut Aral sudah tidak pernah mendapatkan suplai air dari sungai tersebut.
Semua ini bermula dari tahun 1950an saat pemerintah Uni Soviet secara intensif mulai mengubah aliran Sungai Amu Darya untuk sistem irigasi area pertanian. Karena tidak pernah mendapat suplai air lagi, Laut Aral semakin mengalami penyusutan hingga 90 persen dari ukuran sebelumnya menurut data dari UNCCD.
Sungai Amu Darya memiliki nilai sejarah sebagai saksi besarnya kekuatan pasukan Alexander the Great. Meski sudah tidak mengaliri Laut Aral, Sungai Amu Darya tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.