Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret burung (commons.wikimedia.org/camelNotation)

Intinya sih...

  • Burung Amazon Puerto Rico (Amazona vittata) jumlahnya kurang dari 50 ekor di alam liar karena perdagangan ilegal dan perusakan habitat.

  • Burung Kondor California (Gymnogyps californianus) tersisa 93 ekor karena racun timbal, pestisida, dan infeksi virus West Nile.

  • Burung Petrel Badai Selandia Baru (Fregetta maoriana) hanya sekitar 50 ekor karena terancam oleh tikus dan predator invasif lainnya.

Di balik kicauan burung yang menenangkan dan warna bulunya yang memesona, ada kisah menyedihkan yang tidak banyak diketahui. Beberapa spesies burung di dunia kini berada di ujung tanduk, dengan populasi yang tersisa bahkan tidak lebih dari 100 ekor. Mereka bukan hanya langka, tapi juga menjadi simbol penting akan rapuhnya ekosistem kita. Penyebabnya pun beragam, mulai dari perusakan habitat, perdagangan ilegal, hingga perubahan iklim. Yuk, kenali satu per satu burung yang nyaris lenyap dari bumi ini!

1. Burung Amazon puerto rico (Amazona vittata)

Amazon puerto rico (commons.wikimedia.org/USDAgov)

Burung beo asal puerto rico ini dulu bisa ditemui di seluruh penjuru pulau, tapi sekarang jumlahnya kurang dari 50 ekor di alam liar. Warna hijau cerah dan suara nyaringnya sempat jadi daya tarik perdagangan hewan ilegal. Ditambah lagi, badai tropis dan penggundulan hutan membuat rumah alaminya kian sempit. Untungnya, program penangkaran mulai menunjukkan hasil, walau populasinya masih sangat rentan.

2. Burung kondor California (Gymnogyps californianus)

Kondor California (commons.wikimedia.org/camelNotation)

Burung raksasa ini dulunya menguasai langit Amerika Serikat bagian barat. Melansir IFAW, saat penilaian terakhir yang dilakukan pada tahun 2020, para peneliti mencatat bahwa jumlah burung kondor California hanya tersisa 93 ekor di alam liar. Racun timbal dari peluru berburu dan keracunan makanan menjadi penyebab utama menurunnya populasi mereka. Selain itu, spesies ini juga terancam oleh penggunaan pestisida DDT, kebiasaan memakan sampah, serta infeksi virus West Nile. Meski ukurannya besar dan terlihat gagah, burung kondor sangat sensitif terhadap lingkungan dan butuh perlindungan ekstra ketat.

3. Burung petrel badai Selandia Baru (Fregetta maoriana)

Petrel badai (pexels.com/Alexis LOURS)

Petrel badai Selandia baru adalah salah satu burung laut paling misterius di dunia—begitu misterius, sampai keberadaannya sempat dianggap punah selama puluhan tahun. Baru sekitar tahun 2003 para ilmuwan berhasil menemukan kembali spesies ini, dan ternyata populasinya hanya sekitar 50 ekor! Habitat mereka di pulau-pulau kecil Selandia Baru terancam oleh tikus dan predator invasif lainnya. Karena hidupnya sangat tersembunyi, upaya konservasi burung ini pun penuh tantangan.

4. Burung nuthatch bahama (Sitta insularis)

Nuthatch (pixabay.com/Christian_Crowd)

Burung mungil ini jadi simbol kepunahan yang menyedihkan di Kepulauan Bahama. Setelah Badai Matthew menghantam pada tahun 2016, populasinya anjlok tajam, dan kini hanya tersisa 1–2 ekor saja, jika masih ada. Para ahli mengakui bahwa statusnya berada di ambang kepunahan fungsi, artinya ia mungkin tak bisa lagi berkembang biak secara alami. Ini jadi pengingat betapa cepatnya sebuah spesies bisa lenyap hanya dalam satu dekade.

5. Burung beo abu-abu Afrika (Psittacus erithacus)

Beo abu-abu Afrika (commons.wikimedia.org/Papooga)

Meski populer sebagai hewan peliharaan karena kecerdasannya, populasi liar burung ini menurun drastis di beberapa wilayah Afrika. Di Ghana, misalnya, jumlah burung beo abu-abu Afrika diperkirakan tersisa kurang dari 100 ekor akibat perburuan dan perdagangan ilegal. Habitatnya yang terus terfragmentasi juga menyulitkan spesies ini untuk bertahan. Ironisnya, burung yang begitu pintar ini kini harus berjuang untuk bertahan di alam liar.

6. Burung hantu-malam Kaledonia Baru (Aegotheles savesi)

Burung hantu-malam Kaledonia Baru (commons.wikimedia.org/Del Hoyo)

Burung hantu-malam Kaledonia Baru merupakan salah satu burung paling langka yang pernah tercatat. Spesies ini terakhir kali terlihat secara resmi pada awal abad ke-20 dan sempat dianggap punah, sebelum penampakan ulang yang sangat langka muncul di tahun-tahun terakhir. Jumlah individunya diperkirakan sangat sedikit—kemungkinan besar di bawah 50 ekor. Habitat terbatas di pulau terpencil dan sifatnya yang sangat tertutup membuat burung ini sulit dilacak, menjadikannya simbol misterius kepunahan yang mengintai diam-diam.

Burung-burung di atas bukan sekadar statistik—mereka adalah nyawa, bagian dari simfoni alam yang perlahan senyap. Masing-masing punya kisah panjang, habitat khas, dan peran penting dalam rantai ekosistem. Sayangnya, manusia menjadi alasan utama mengapa mereka kini tinggal hitungan jari.

Namun harapan belum sepenuhnya hilang. Dengan konservasi serius, edukasi yang merata, dan kebijakan lingkungan yang tegas, kita masih bisa menyelamatkan mereka dari ambang kepunahan. Karena sekali hilang, mereka tak akan kembali—dan dunia pun akan kehilangan sebagian nyawanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team