Lobster jongkok keluarga Munididae (commons.wikimedia.org/Arnstein Rønning)
Keluarga Munididae yang dikenal lobster jongkok juga sensitif terhadap oksigen rendah (hipoksia). Hal ini terjadi terutama pada beberapa spesies yang hidup di laut dalam. Pada kedalaman, suhu air sangat dingin dengan kadar oksigen relatif rendah tapi tetap stabil. Selain itu, spesies yang hidup di lubang hidrotermal, mungkin juga mengalami hopoksia intermiten. Akan tetapi, mereka yang hidup pada area tersebut mampu beradaptasi secara fisiologi tertentu. Seperti mengatur pernapasan dan metabolisme dalam tubuhnya untuk menghadapi hipoksia.
Dalam hal hipoksia, dapat terjadi secara alami bahkan polusi akibat aktivitas manusia. Dilansir U.S. Environmental Protection Agency, pada hipoksia yang terjadi secara alami, air akan terstratifikasi dalam beberapa lapisan ketika ada perbedaan suhu (dan kepadatan). Sehingga, akan berbeda antara bagian atas dan bawah kolom air. Perbedaan suhu tersebut membatasi oksigen pada permukaan air untuk bercampur alami dengan air yang ada di dasar. Sehingga menyebabkan hipoksia pada perairan dalam. Stratifikasi air dapat meningkat dengan memanasnya permukaan air laut karena perubahan iklim. Maka, area hipoksia akan meluas.
Hipoksia juga terjadi karena polusi akibat perbuatan manusia, salah satunya terjadi eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan peningkatan nutrisi air yang bisa mengakibatkan ledakan populasi alga. Saat alga tersebut mati dan tenggelam di dasar, organisme lain dan bakteri akan mengkonsumsinya. Proses tersebut akan menghabiskan oksigen yang tersedia. Kekhawatiran akan eutrofikasi dan ledakan populasi alga bisa berdampak signifikan terhadap masa mendatang. Selain itu, eutrofikasi akibat manusia berasal dari pembuangan air limbah dari industri maupun kota. Juga sumber nutrisi lain termasuk limbah hewan, limbah pupuk, sistem yang gagal pada septik di wilayah pesisir. Serta adanya degradasi nutrisi alami pada daerah aliran sungai (DAS) setempat.