7 Fakta Menarik Gharial, Seberapa Berbahaya Mereka?

Secara historis, wilayah jelajah gharial tersebar di sungai-sungai Bangladesh, Bhutan, India, Myanmar, Nepal, dan Pakistan. Akan tetapi, saat ini hanya populasi terfragmentasi yang tersisa di Nepal dan bagian utara India. Smithsonian’s National Zoo and Conservation Biology Institute menginformasikan bahwa gharial beradaptasi dengan gaya hidup akuatik di sungai besar. Mereka biasanya hanya meninggalkan air untuk berjemur dan bersarang di tepian pasir.

Gharial merupakan reptil yang karnivora, makanan utamanya adalah ikan. Terkadang mereka juga mengonsumsi burung air jika tersedia. Moncongnya panjang dan tipis, itu merupakan adaptasi secara khusus dan berisi lebih dari 100 gigi kecil setajam silet yang digunakan untuk menenggelamkan mangsa. Menariknya, mereka tidak mengunyah makannya tapi menelannya utuh.

Melansir A-Z Animals, gharial menggunakan sensor untuk mendeteksi getaran di dalam air. Itu menandakan mangsa mendekat, mereka hanya menunggu sambil berbaring sebelum menjetikkannya ke samping dan memasukkan mangsa ke mulutnya.

Sumber yang sama menjelaskan bahwa gharial tidak bisa mengatur suhu tubuhnya secara internal dan bergantung pada lingkungan untuk melakukannya. Mereka akan berjemur di bawah sinar matahari untuk menghangatkan dirinya dan mendapatkan energi untuk berburu. Sementara itu, untuk mendinginkan diri, gharial hanya perlu menenggelamkan dirinya dalam air.

Berbeda dengan kebanyakan spesies buaya lainnya, gharial sepertinya tidak bisa berjalan dengan baik di daratan. Faktanya, kaki mereka sangat lemah sehingga tidak bisa mengangkat tubuhnya dari tanah dan terpaksa meluncur dengan perutnya. Akan tetapi, mereka memiliki adaptasi yang memungkinkannya bergerak dengan baik saat berada di perairan deras, dilansir Fact Animal.

Saat mencapai dewasa reproduktif pada usia 10 tahun, gharial betina dimasukkan ke dalam harem. Mentalfloss memaparkan bahwa kelompok tersebut biasanya terdiri dari empat hingga enam anggota yang dijaga ketat oleh seekor jantan dominan di wilayahnya. Saat musim kawin berlangsung, jantan tinggal di sana berkembang biak dengan semua betina untuk menjauhkan pejantan saingannya.

Gharial mempunyai struktur seperti cermin di bagian belakang matanya, disebut tapetum lucidum yang berguna untuk meningkatkan penglihatan malamnya. Itu bahkan bisa memantulkan sebagain cahaya yang tidak diserap. Itulah mengapa matanya bersinar saat malam hari.

Letak matanya sangat berdekatan dan menghadap ke depan, itu memungkinkannya melihat dalam tiga dimensi sehingga membantunya mengukur jarak lebih akurat. Selain itu, gharial juga memiliki kelopak mata ketiga khusus dan transparan sehingga matanya bisa terlindungi sepenuhnya saat berendam dalam air.

Rahang gharial tidak dibuat untuk mengunci mangsa besar. Faktanya, gharial memang dianggap sebagai salah satu spesies buaya yang paling tidak agresif. Mereka sangat jarang menyerang manusia, tapi biasanya hanya terjadi saat induk berusaha melindungi sarangya. Adapun yang tercatat, itu tidak mengakibatkan kematian.

Walaupun begitu, gharial juga dikenal sebagai 'pemulung' karena sesekali menelan mayat. Gharial biasa memanfaatkan jenazah yang dibuang ke Sungai Gangga.

Sekarang kamu tahu bahwa gharial merupakan spesies buaya yang memiliki lebih banyak gigi dari buaya lainnya. Sayangnya keberadaan mereka sangat terancam karena kehilangan habitat, perburuan dan manipulasi aliran sungai. Walaupun mereka dianggap tidak berbahaya, kamu masih harus berhati-hati saat menemuinya.