Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Fakta Unik Sistem Pertahanan Diri Reptil, Ada yang Menyemprot Darah!

ilustrasi kura-kura (pexels.com/Tanguy Sauvin)
Intinya sih...
  • Kadal bertanduk bisa menyemprotkan darah dari matanya sebagai pertahanan diri
  • Bunglon dapat mengubah warna tubuh untuk kamuflase dan komunikasi dengan sesama
  • Ular derik memiliki bunyi peringatan dari ekornya dan lebih memilih menghindari konflik langsung

Reptil dikenal sebagai hewan yang sering dianggap lamban atau bahkan lemah. Tapi siapa sangka, banyak dari mereka justru punya sistem pertahanan diri yang unik dan gak terduga. Dari menyemprot darah, memutuskan ekor, hingga mengubah warna tubuh, semuanya adalah bentuk adaptasi demi bertahan hidup. Evolusi membekali mereka dengan berbagai cara untuk menghindari predator atau mengelabui musuh. Setiap teknik pertahanan ini punya keunikan yang bikin kita kagum.

Sistem pertahanan reptil ini bukan cuma menarik dari sisi biologi, tapi juga banyak diteliti karena potensi aplikasinya di dunia sains. Misalnya, kemampuan regenerasi ekor yang menginspirasi penelitian medis. Atau sistem kamuflase yang menginspirasi teknologi militer. Yuk, kenalan dengan tujuh fakta unik sistem pertahanan diri reptil yang mungkin belum kamu tahu. Siap-siap takjub sama kejeniusan alami mereka!

1. Kadal bertanduk yang bisa menyemprotkan darah

ilustrasi kadal (pexels.com/Pixabay)

Kadal bertanduk dari Amerika Utara punya cara bertahan hidup yang cukup ekstrem. Saat terancam, kadal ini bisa menyemprotkan darah dari matanya ke arah predator. Cairan ini bukan cuma bikin kaget, tapi juga mengandung zat yang rasanya pahit dan mengganggu indera penciuman musuh. Serangan ini sering berhasil bikin predator mundur karena terkejut atau jijik. Cara ini memang langka di dunia hewan dan jadi salah satu pertahanan diri paling unik.

Mekanismenya adalah dengan meningkatkan tekanan darah di sekitar mata hingga pembuluh darah kecil pecah. Meski terdengar berbahaya, proses ini gak merusak kesehatan kadal. Mereka bisa melakukan ini berulang kali tanpa cedera serius. Para peneliti sampai sekarang masih meneliti kandungan kimia dalam darahnya yang bikin predator kapok. Siapa sangka, hewan sekecil ini bisa punya “senjata” serumit itu?

2. Bunglon yang bisa mengubah warna tubuh

ilustrasi bunglon (pexels.com/Egor Kamelev)

Bunglon terkenal karena kemampuannya mengubah warna tubuh sesuai lingkungan sekitar. Ini bukan sekadar untuk kamuflase, tapi juga bagian dari sistem pertahanan diri. Dengan menyesuaikan warna kulit, bunglon bisa menghindari perhatian predator di hutan atau semak-semak. Mereka juga menggunakan perubahan warna sebagai sinyal ancaman atau saat merasa terganggu. Jadi, perubahan warna bukan cuma soal menyamar, tapi juga komunikasi.

Kemampuan ini dihasilkan oleh lapisan khusus di kulit bunglon yang disebut kromatofor. Sel ini mengatur cahaya dan pigmen sehingga warna bisa berubah-ubah. Teknologi terinspirasi dari mekanisme ini bahkan sedang diteliti untuk keperluan pakaian militer. Di alam liar, bunglon menggunakan kemampuannya ini secara fleksibel untuk bertahan hidup. Bukti bahwa pertahanan diri bisa tampil elegan tanpa harus agresif.

3. Ular derik dengan bunyi peringatan

ilustrasi ular (pexels.com/Diego Madrigal)

Ular derik punya sistem peringatan yang sangat khas berupa suara berderik dari ekornya. Bunyi ini dihasilkan oleh segmen ekor yang saling berbenturan saat digerakkan cepat. Suara nyaring tersebut menjadi sinyal peringatan bagi predator atau manusia agar menjauh. Dengan cara ini, ular derik bisa menghindari konflik langsung dan lebih memilih ditakuti daripada menyerang. Sistem ini efektif karena banyak predator akhirnya enggan mendekat.

Suara derik ini juga jadi alat komunikasi antar sesama ular atau saat merasa terancam. Bahkan di lingkungan manusia, bunyi derik sering jadi sinyal bahaya saat berjalan di alam liar. Ular derik lebih memilih menghindari bahaya daripada melawan kecuali terpaksa. Ini membuktikan bahwa pertahanan diri gak selalu harus agresif atau menyakiti. Kadang, cukup dengan memberi peringatan yang jelas sudah cukup untuk bertahan.

4. Tokek yang memutuskan ekor (Autotomi)

ilustrasi tokek (freepik.com/kuritafsheen77)

Tokek dan beberapa jenis kadal punya kemampuan memutuskan ekor saat terancam, dikenal sebagai autotomi. Saat ekor terputus, bagian itu akan terus bergerak-gerak untuk mengalihkan perhatian predator. Ini memberi kesempatan pada tokek untuk melarikan diri ke tempat aman. Meskipun kehilangan ekor bisa memengaruhi keseimbangan, lebih baik kehilangan bagian tubuh daripada kehilangan nyawa. Setelah itu, ekor mereka bisa tumbuh kembali dalam beberapa minggu.

Regenerasi ekor ini menjadi salah satu fokus penelitian biomedis. Ilmuwan tertarik bagaimana proses regenerasi bisa berlangsung tanpa merusak jaringan lain. Selain itu, autotomi menjadi contoh adaptasi sempurna dalam dunia reptil. Ekor bukan hanya alat pertahanan, tapi juga bagian penting dari strategi bertahan hidup. Ini jadi bukti nyata bahwa di dunia hewan, kemampuan melepaskan bagian tubuh bisa jadi penyelamat.

5. Kura-kura yang mengandalkan cangkang

ilustrasi kura-kura (pexels.com/Tanguy Sauvin)

Kura-kura memiliki pertahanan diri yang klasik tapi sangat efektif: cangkang keras. Saat merasa terancam, kura-kura akan menarik kepala dan kakinya masuk ke dalam cangkang. Cangkang ini terbuat dari tulang yang dilapisi keratin, membuatnya sangat kuat dan tahan terhadap gigitan predator. Meski terlihat pasif, cangkang ini sudah menyelamatkan kura-kura dari banyak bahaya. Ini adalah contoh pertahanan pasif yang luar biasa.

Beberapa jenis kura-kura bahkan memiliki cangkang yang bisa tertutup rapat untuk perlindungan ekstra. Keunikan ini membuat mereka bertahan hidup di berbagai habitat, mulai dari darat hingga perairan. Cangkang bukan hanya pelindung, tapi juga bagian dari identitas kura-kura di dunia hewan. Pertahanan diri mereka membuktikan bahwa terkadang, bertahan artinya cukup diam dan menunggu. Benar-benar strategi hidup yang sederhana tapi ampuh.

6. Buaya yang mengandalkan gigitan kuat

ilustrasi buaya (pexels.com/Hiren Ranpara)

Buaya terkenal sebagai predator dengan gigitan terkuat di dunia hewan. Tapi di sisi lain, ini juga menjadi sistem pertahanan yang sangat efektif. Saat merasa terancam, buaya bisa memberikan serangan balik dengan gigitan yang mampu menghancurkan tulang. Ini membuat predator lain berpikir dua kali sebelum berani menyerang buaya. Bahkan manusia pun tahu betul bahayanya berhadapan langsung dengan hewan ini.

Gigitan buaya bisa mencapai tekanan hingga 16.000 newton, jauh lebih kuat dari hiu atau singa. Selain kekuatan fisik, buaya juga memiliki strategi menyelinap diam-diam lalu menyerang cepat. Ini bukan hanya soal menyerang, tapi juga tentang pertahanan teritorial. Dengan keunggulan ini, buaya hampir tidak punya predator alami saat dewasa. Pertahanan diri yang didukung kekuatan memang gak perlu banyak gaya.

7. Ular air yang mengeluarkan racun dari kulit

ilustrasi ular air (pexels.com/Erik Karits)

Beberapa jenis ular air memiliki kemampuan mengeluarkan racun dari kulitnya, bukan hanya dari gigitan. Racun ini berfungsi sebagai pertahanan diri agar predator enggan menggigit atau memangsa mereka. Kulitnya mengandung senyawa kimia yang bisa menyebabkan iritasi atau efek racun ringan. Dengan ini, ular air tidak perlu selalu mengandalkan taring untuk melindungi diri. Ini membuat mereka lebih aman dari serangan hewan air lain.

Sistem pertahanan ini tergolong langka di dunia reptil. Ilmuwan masih meneliti bagaimana ular ini memproduksi dan menyebarkan racun ke kulitnya. Tapi yang pasti, ini menjadi cara cerdas untuk menjaga diri tanpa harus berkonflik langsung. Pertahanan berbasis kimia seperti ini menunjukkan betapa beragamnya strategi bertahan hidup reptil. Siapa sangka, bahkan kulit pun bisa jadi senjata ampuh?

Setiap reptil punya cara bertahan hidup yang unik dan luar biasa. Dari menyemprotkan darah hingga menumbuhkan ekor baru, semua ini membuktikan betapa cerdasnya adaptasi alam. Mereka bukan cuma makhluk berdarah dingin yang diam saja, tapi juga punya sistem pertahanan yang canggih. Semakin kita tahu, semakin kagum dengan keragaman strategi mereka. Semoga artikel ini bikin kamu makin penasaran sama dunia sains dan keunikan hewan reptil!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us