7 Spesies Burung Asia yang Terancam Punah, Ada yang Disebabkan Obat!

Menurut BirdLife International, ada lebih dari 1.480 spesies burung di dunia yang berstatus terancam punah. Mayoritas dari mereka berhabitat di kawasan hutan dan wilayah tropis seperti Asia. Sungguh fakta yang bikin miris!
Apa saja spesies burung langka yang ada di negara-negara Asia? Adakah yang berasal dari Indonesia? Kalau kamu penasaran, simak tujuh di antaranya berikut ini!
1. Bangau mahkota merah

Bangau mahkota merah (Grus japonensis) merupakan salah satu bangau berukuran besar. Tingginya bisa mencapai 5 kaki atau setara 158 centimeter dengan rentang sayap sekitar 2,5 meter. Kepalanya yang berwarna merah menjadi pembeda dari spesies bangau lain. Burung yang mempraktikkan perilaku monogami ini berhabitat di lahan basah kawasan Asia Timur dan Rusia.
Sayangnya, saat ini mereka terancam punah, bahkan disebut-sebut sebagai spesies bangkau terlangka kedua di dunia. Menurut National Geographic, populasi bangau mahkota merah dewasa hanya tinggal 1.830 ekor dan terus menurun. Keringnya lahan basah akibat pembangunan dam dan pertambangan disinyalir menjadi faktor utama kelangkaan.
2. Elang jawa

Elang jawa (Spizaetus bartelsi) ialah salah satu dari 381 burung endemik Indonesia. Mereka tercatat hanya ditemukan di Pulau Jawa saja. Provinsi Jawa Barat diketahui sebagai provinsi dengan lokasi habitat elang jawa terbanyak. Di tahun 1993, elang jawa ditetapkan sebagai simbol satwa nasional negara ini. Keberadaannya juga dilindungi oleh hukum.
Saat ini populasinya terus menurun. Dalam laporan survey tahun 2000 yang diterbitkan Yayasan Pribumi Alam Lestari, diketahui sejumlah kawasan yang pernah terkonfirmasi sebagai habitat elang jawa telah berubah menjadi daerah perumahan atau PLTU misalnya Danau Pangkalan, Pengalengan, dan Ciwidey. Perambahan hutan, perburuan satwa illegal, dan bencana alam menjadi penyebab kelangkaan satwa penyeimbang ekosistem ini.
Dengan adanya berbagai ancaman terhadap keberadaan elang jawa, kelahiran generasi penerus menjadi suatu hal yang dinantikan. Pada September 2023, KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengabarkan adanya seekor anak elang jawa yang menetas di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).
3. Nasar paruh panjang

Burung bernama latin Gyps indicus ialah salah satu dari enam belas spesies burung nasar/hering Dunia Lama. Dilansir Peregrine Fund, burung ini memiliki rentang sayap antara 1,96--2,38 meter dengan berat sekitar 5,5--6,3 kilogram. Burung ini bisa ditemukan di kawasan timur Indocina, utara Semenanjung Malaya, dan bagian tenggara Pakistan dan India.
Nasar paruh panjang telah dinyatakan critically endangered. Populasinya di subkontinen India menurun drastis hingga tinggal kurang dari 1 persen dalam waktu 1 dekade. Padahal dahulu burung ini melimpah jumlahnya.
Dilansir Britannica, banyak nasar paruh panjang yang jadi korban keracunan obat pereda nyeri diclofenac dan gagal ginjal. Bagaimana obat tersebut masuk ke sistem tubuh nasar?Ternyata berasal dari bangkai ternak yang mati dan dimakan oleh burung ini.
Rupanya para peternak kerap memberi obat diclofenac pada ternak yang sakit. Ketika ternak tersebut mati, kandungan obat anti inflamasi ini tetap bertahan di daging/jaringan tubuhnya. Ketika bangkai tersebut dikonsumsi burung nasar maka obatnya masuk ke tubuh mereka dan meracuninya.
4. Kalkun-padang benggala

Kalkun-padang benggala (Houbaropsis bengalensis) adalah satu-satunya spesies dalam genus Houbaropsis. Hewan ini bergantung pada habitat padang rumput. Populasinya tersebar di dua kawasan utama. Laman Edge of Existense melansir jika dua pertiga populasinya berkembang biak di Kamboja, tepatnya di sekitar Danau Tonle Sap. Populasi lainnya terpisah jauh di padang rumput Tuar, Nepal dan juga India. WWF Asia menyatakan jika dahulu mereka ada di Bangladesh dan Vietnam, namun populasinya sudah punah.
Meski terpisah ribuan kilometer, nasib malang yang membayangi burung kalkun-padang benggala tetap sama. Populasi mereka kian menurun akibat perburuan, invasi tanaman eksotis serta penurunan dan fragmentasi habitat untuk kepentingan agrikultur dan pembangunan dam. Menurut WWF Asia, padang tempat perkembangbiakan mereka juga banyak terganggu hewan ternak yang merumput. IUCN menyatakan burung yang juga dikenal dengan nama bengal florican ini berstatus critically endangered.
5. Trulek jawa

Burung trulek jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa. Keberadaan burung berstatus critically endangered ini cukup misterius karena sangat sukar ditemui. Satwa bernama latin Vanellus macropterus ini bahkan pernah dinyatakan punah oleh IUCN sebelum populasinya ditemukan kembali di Kabupaten Lamongan pada tahun 2000-an.
Apa yang membuat burung dengan nama populer Javan lapwing ini langka? Laman Edge of Existence menyatakan bahwa perburuan dan alih fungsi lahan basah untuk area pertanian menjadi penyebabnya. Diperkirakan kurang dari 50 individu burung ini tersisa di alam.
6. Forest owlet

Burung hantu kerdil forest owlet hanya bisa ditemukan di India Tengah. Satwa bernama latin Heteroglaux blewitti ini masuk dalam IUCN Red List Species sejak 2018 karena jumlahnya yang terus menurun akibat kehilangan habitat. Populasinya diestimasi kurang dari 1.000 ekor burung owlet dewasa.
Forest owlet menempati lubang-lubang di batang pohon yang dibuat oleh burung pelatuk atau takur. Tidak seperti burung hantu pada umumnya, burung forest owlet aktif di siang hari (diurnal). Mereka akan berburu hewan kecil seperti kadal, tikus, atau invertebrata di dasar hutan.
7. Rangkong gading

Indonesia memiliki 13 dari 62 spesies rangkong yang ada di dunia. Salah satunya ialah rangkong gading yang berhabitat di hutan dataran rendah Pulau Sumatra dan Kalimantan. Burung bernama latin Rhinoplax vigil ini berada dalam golongan critically endangered alias satu tahap menuju kepunahan menurut IUCN.
Rangkong gading memiliki bentuk balung (casque) yang membulat seperti helm dan juga padat. Berat balungnya sendiri bisa mencapai 13% dari tubuhnya. Laman Rekoforest menyebutkan kalau rangkong gading ialah satu-satunya spesies rangkong dengan balung terbuat dari keratin padat.
Saat ini keberadaan mereka sudah sulit dijumpai di alam. Tak heran, meski sudah dilindungi oleh hukum Indonesia, kurangnya upaya konservasi dan maraknya perburuan membuatnya kian langka.
Perburuan dan hilangnya habitat tampaknya menjadi penyebab umum kelangkaan tujuh spesies burung yang baru saja kamu baca. Sungguh disayangkan, ya! Semoga segera ada upaya serius untuk menyelamatkannya.