Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suku Mentawai
Suku Mentawai (instagram.com/albert.stevanus.official)

Intinya sih...

  • Suku Mentawai memiliki tradisi tato sejak 1.500 SM dengan makna yang berbeda-beda sesuai peran anggota suku.

  • Suku Maori menggunakan tā moko untuk tato wajah dan tubuh, dengan simbol-simbol yang memiliki makna universal.

  • Suku Dayak menggunakan tato sebagai identitas, perlindungan, dan penghargaan, dengan motif-motif yang diambil dari alam.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tato merupakan seni menggambar pada kulit yang sifatnya bisa permanen maupun temporary. Umumnya, tato dibuat untuk mengenang sesuatu ataupun sekedar untuk hiasan di tubuh. Namun, bagi beberapa suku di dunia, tato merupakan sebuah tradisi wajib bagi para anggotanya. Tato bisa melambangkan identitas, peran, status sosial, atau bahkan penghormatan bagi seseorang. Pembuatannya pun tidak sembarangan, ada yang perlu dilakukan ritual tertentu untuk menjaga kesakralan tato yang dibuat.

Tradisi tato ini sudah diwariskan sejak beribu-ribu tahun yang lalu oleh para leluhur mereka. Alat dan bahan yang digunakan pun sangat tradisional dan bergantung pada alam. Berikut adalah 7 suku di dunia yang punya tradisi mentato kulit!

1. Suku Mentawai

Suku Mentawai (instagram.com/albert.stevanus.official)

Suku Mentawai, suku asli Indonesia yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku Mentawai telah melakukan tradisi seni tato atau rajah sejak beribu-ribu tahun yang lalu yaitu sejak 1.500 sebelum masehi. Tidak heran jika seni tato dari Mentawai merupakan salah satu yang tertua di dunia. Bagi Suku Mentawai, tato merupakan pakaian abadi yang dibawa hingga mati. Pembuatan tato diantara anggota suku dilakukan turun temurun secara tradisional. Sebelum mentato, sipatiti atau seniman tato akan melakukan upacara bersama sikerei (dukun atau ahli obat tradisional) dan selanjutnya dilakukan pembuatan sketsa garis di bagian tubuh yang akan di tato. Jarum yang digunakan merupakan jarum kayu tradisional. Tinta atau pewarnanya pun menggunakan bahan alami yang berasal dari daun pisang dan arang tempurung kelapa. Tato dibuat dengan cara mengoleskan tinta ke kulit dengan mengetukkannya menggunakan jarum dan tongkat kayu sebagai pendorong jarum.

Pola, bentuk, dan motif tato Suku Mentawai memiliki makna yang berbeda-beda. Biasanya, bentuk tato disesuaikan dengan peran masing-masing anggota suku. Tato yang paling mudah dibedakan adalah antara tato pria dan wanita. Tato pria digambarkan dengan garis hitam melengkung dari bahu kanan ke kiri. Ada juga yang menggambarkan anak panah. Sedangkan pada wanita, tato digambarkan sebagai alat penangkap ikan di sungai yang dikenal dengan nama subba atau tangguk. Bagi anggota suku yang berperan sebagai pemburu, tato biasanya berupa hewan buruan seperti monyet, buaya, babi, rusa, ataupun burung. Sementara sikerei memakai tato bintang “Sibalu-balu”.

Selain merepresentasikan peran anggota suku, tato dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama, anggota yang berusia 11-12 tahun akan dilakukan pentatoan di bagian pangkal lengan. Tahap kedua, anggota yang berusia 18-19 tahun dilakukan di bagian paha. Dan tahap ketiga dilakukan saat dewasa. Tradisi ini masih eksis hingga kini dan memang sepatutnya dilestarikan. Seni tato dari Suku Mentawai ini menarik banyak wisatawan untuk mencobanya. Anggota suku asli Mentawai akan dengan senang hati membuatkan tato atau titi kepada wisatawan yang berminat.

2. Suku Maori

Suku Maori (unsplash.com/Wallace Fonseca)

Suku Maori dikenal sebagai suku dari Selandia Baru dengan tato di wajah mereka. Suku ini bermigrasi dari Polinesia Timur ke Selandia Baru sekitar 800-1.000 tahuun yang lalu sambil membawa seni tato. Seni mentato kulit oleh Suku Maori dikenal sebagai tā moko. Tā merupakan palu kecil yang digunakan untuk memasukkan pigmen atau tinta ke dalam kulit. Sedangkan moko berarti tato Suku Maori. Selain menggunakan tā, Suku Maori menggunakan sisir bergigi lebar yang disebut uhi. Uhi dicelupkan ke dalam pigmen dan ditusukkan ke dalam kulit sebagai jarum. Pigmen atau tinta yang digunakan terbuat dari bahan yang beragam, ada yang terbuat dari āwheto yang merupakan sejenis ulat. Āwheto dicampurkan dengan air, minyak ikan, ataupun kayu pohon mahoe. Untuk tato pada wajah, dibutuhkan pigmen yang lebih gelap. Biasanya digunakan bahan dari pukepoto yang terbuat dari tanah liat biru tua sehingga nantinya, tato akan terlihat cenderung berwarna biru.

Pola moko di wajah Suku Maori dapat bersifat personal maupun universal. Makna universal moko misalnya elemen spiral yang digambarkan di bagian pipi dan rahang bawah ataupun lengkungan di dahi dan hidung ke mulut. Elemen lain dapat digambarkan pada wajah dengan menonjolkan fitur di wajah secara individual sehingga menciptakan Mataora, ekspresi wajah yang “hidup”.

Selain di wajah, moko juga digambarkan di anggota tubuh lainnya seperti di sepanjang lengan dan tangan. Menurut adat istiadat Suku Maori, pria umumnya memiliki tato di area lutut atas hingga punggung bawah, sedangkan wanita di bagian tangan. Selain itu, letak tato juga bergantung pada profesi seseorang, misalnya tukang pijat akan memiliki tato di bagian tangan dan seorang guru di bagian wajah. Tiap simbol memiliki makna  bagi Suku Maori seperti:

Enata, menggambarkan apapun yang berkaitan dengan manusia. Gambaran enata menyerupai sederet manusia membentuk formasi setengah lingkaran sambil bergandeng tangan. Bentuk tersebut juga melambangkan langit dan para leluhur yang menjaga kerabat mereka yang masih hidup.

Gigi hiu, berbentuk segitiga yang sangat tajam. Simbol ini bermakna keberanian dan kepahlawanan. Keberanian merupakan sifat dari seorang pemimpin yang vital bagi Suku Maori.

Ujung tombak, merupakan simbol kuno peperangan, pertempuran, permusuhan yang mewakili jiwa ksatria dalam diri seseorang. Adapun yang melambangkan ujung tombak sebagai simbol perlindungan dan ketahanan.

Lautan, dianggap sebagai penghubung antara dunia kasat mata dan yang tidak serta mewakili kehidupan dan kematian. Lautan merupakan rumah kedua bagi Suku Maori. Biasanya, lautan digambarkan sebagai ombak pada tato Suku Maori.

Kura-kura, merupakan hewan penting dalam budaya Suku Maori dan melambangkan ketenangan.

Lumba-lumba, melambangkan kebebasan, perlindungan, dan bimbingan.

Kini, moko atau tato khas Suku Maori sudah bisa diapatkan di banyak tempat. Tidak sedikit tattoo artist yang juga merupakan keturunan Suku Maori.

3. Suku Dayak

Suku Dayak (instagram.com/hagisyaka)

Suku Dayak, suku yang paling dikenal dari Pulau Kalimantan. Seni mentato juga menjadi salah satu tradisi Suku Dayak. Tujuan seni tato bagi Suku Dayak adalah sebagai identitas bagi seseorang bahwa ia adalah turunan asli Suku Dayak. Tato juga dianggap dapat melindungi dan membimbing pemilik tato dari pengaruh roh jahat, sebagai penghargaan atas jasa seseorang seperti dapat menyembuhkan orang lain ataupun keberaniannya di medan perang. Selain itu, tato juga sebagai tanda bahwa seseorang telah diwariskan Kinyah yang merupakan seni bela diri tradisional Suku Dayak yang menggunakan Mandau.

Bentuk atau motif tato Suku Dayak umumnya diambil dari alam seperti bentuk burung Enggang yang melambangkan dunia atas, katak yang mewakili dunia bawah, dan motif lain seperti bunga terong, cabang pohon, dan bentuk dari alam lainnya. Pada pria, tato digambarkan di area jari-jari yang mewakili bahwa orang ini senang membantu orang lain. Bentuk bunga terong dengan tali pelampung di tengahnya menandakan bahwa seorang pria telah memasuki masa dewasanya. Adapun tato berbentuk wajah harimau di bagian paha menggambarkan derajat sosial yang tinggi di masyarakat bagi seorang pria. Bahkan, tato Suku Dayak juga ada yang digambarkan di area leher bernama tato Rekong. Tato tersebut dipercaya akan memberikan kekuatan pada tenggorokannya ataupun melindungi seseorang dari mandau milik musuh.

Tato pada wanita pun akan berbeda-beda bentuk, seperti tato tedak kassa yang menandakan bahwa seorang wanita telah mencapai usia dewasa, tato tedak usuu dan tedak hapii pada tangan seorang wanita sebagai bentuk perlindungan dari kejahatan. Pembuatan tato di Suku Dayak saat ini telah berbeda dengan zaman dahulu. Dulu, tato dibuat dari duri pohon jeruk yang tajam dan panjang, sementara sekarang telah tergantikan oleh jarum. Sedangkan tintanya memanfaatkan arang damar yang merupakan jelaga asam kayu damar yang dibakar, lalu dibasahi dan dicampur dengan cairan seperti air tebu sehingga menghasilkan warna hitam pekat. Tato yang dibuat biasanya akan sembuh dalam seminggu atau sebulan, trgantung pada ukuran tatonya. Saat tato dibuat, biasanya anggota keluarga lainnya dilarang keluar rumah untuk mencegah terjadinya hal buruk pada sang pemilik tato.

4. Suku Samoan

Suku Samoan (alohapolynesia)

Suku Samoa, penduduk asli dari sekelompok kecil pulau di Polinesia. Saat ini, anggota Suku Samoa telah tersebar ke seluruh dunia misalnya, Hawaii, Selandia Baru, maupun Australia. Kisah seni mentato Suku Samoa berawal dari saudara kembar bernama Taema dan Tilafaiga yang berkelana ke Fiji untuk mempelajari seni tato. Ilmu yang mereka dapatkan disebarkan ke seluruh Suku Samoa. Dalam bahasa Samoa, tato disebut sebagai tatau. Alat-alat yang digunakan untuk membuat tato pun masih sangat tradisional. Mereka menggunakan ‘au atau seperangkat alat pembuat tato yang terdiri dari sisir tulang kecil bergigi tajam untuk menusuk dan memasukkan tinta ke kulit. Saat ini, ‘au sudah beralih menjadi bahan logam ataupun plastik. Tintanya dibuat dari kacang yang diasap di atas api dengan tempurung kelapa di atasnya untuk dikumpulkan jelaga yang dihasilkan. Jelaga nantinya dicampur dengan air gula sehingga membentuk pasta, lalu disegel dan diawetkan setidaknya selama setahun.

Proses pembuatan tato membutuhkan waktu yang lama. Selama prosesi pembuatan, pesta juga dilaksanakan dengan memainkan musik dan menyanyikan lagu untuk menyalurkan energi dan fokus orang yang ditato dari rasa sakit. Tato Suku Samoa dibedakan menjadi Pe’a untuk laki-laki dan Malu untuk perempuan. Pe’a membentang mulai dari pinggang hingga ke lutut yang mengandung bentuk geometris dan desain yang rumit. Sedangkan Malu digambarkan di area paha atas hingga bawah lutut dengan desain yang tidak begitu rumit daripada pe’a.

Orang yang mendapatkan tatau dianggap sebagai orang yang harus dihormati atas keberanian dan ketangguhan yang telah ia kerahkan untuk menerima tatau. Proses pembuatannya panjang dan menyakitkan, namun anggota keluarga harus selalu siap merawat pemilik tato. Setelah tato selesai, mereka akan mengadakan perayaan besar untuk merayakan kehormatan baru bagi sang penerima tato

5. Suku Apatani

Suku Apatani (instagram.com/claudia.tonin57)

Suku Apatani tinggal di Arunachal Pradesh, India tepatnya di Lembah Ziro. Dahulu, mereka memiliki tradisi mentato wajah. Namun, kini tradisi mentato wajah sudah dihentikan. Tradisi mentato dilakukan bagi pria maupun wanita. Modifikasi wajah ini lebih erat kaitannya dengan wanita. Dalam bahasa Apatani, tato disebut sebagai tiipe. Selain praktik mentato wajah, wanita juga melakukan pemasangan penyumbat lubang hidung dari kayu yang berukuran besar yang disebut sebagai yapin hulo. Kedua tradisi tersebut dilakukan untuk melindungi wanita Apatani dari penculikan oleh suku lainnya. Selain itu, tiipe dan yapin hulo dipasang untuk menghindari gangguan oleh roh para pria yang tewas dalam pertempuran. Namun, sayangnya kedua asal-usul tersebut hanya mitos belaka.

Para wanita biasanya dipasang tato saat mencapai menstruasi pertama mereka. Tato terdiri dari garis yang ditarik dari atas dahi hingga ujung hidung bersama 5 garis vertikal antara bibir bawah dan ujung dagu. Proses ini sangat menyakitkan. Apalagi jika tato telah memudar, maka harus digelapkan dengan cara mentato ulang. Bahan untuk membuat tinta tato terdiri dari chinyu, berasal dari jelaga yang dicampur dengan lemak hewan. Sedangkan jarumnya dibuat dengan mengikat beberapa duri yang disebut sebagai tipe-tere atau iimo-tre yang berasal dari pohon gom arab. Palu kecil digunakan untuk menekan jarum yang disebut sebagai empiia yakho. Biasanya, proses pemasangan tato dilakukan di musim dingin agar cepat kering. Pada tahun 1971-1974, praktik pemasangan tiipe dan yapin hulo harus dihentikan atas perintah dari pemerintah dan dukungan Apatani Youth Association. Hal ini bertujuan untuk menghindari stigma dan stereotip yang dihadapi anggota komunitas ketika mereka berpergian ke luar wilayah Apatani.

6. Suku Konyak

Suku Konyak (instagram.com/skboruah)

Di Nagaland, sebuah negara bagian di India hidup sekelompok suku yang disebut Suku Konyak dengan penampilan khas yaitu wajah yang bertato. Selain itu, mereka juga terkenal dengan kekuatan dan keberaniannya melakukan tradisi headhunting di masa peperangan antarsuku. Mengambil kepala musuh dianggap sebagai prestasi yang membawa kejayaan bagi Suku Konyak. Tato di wajah merupakan simbol penghargaan dari kemenangan pertempuran headhunting. Jadi, hanya prajurit yang berhasil membawa kepala musuh yang bisa mendapatkan tato di wajah. Tato tidak hanya diberikan di wajah saja, bisa juga menutupi leher, dada, dan punggung prajurit yang masing-masing tato tersebut melambangkan kemenangan dan perjalanan kehidupan mereka. Pada wanita, tato juga bisa digambarkan di bagian lengan dan kaki sejak usia muda sebagai salah satu peringatan momen penting, misalnya pernikahan. Wanita yang masih muda mendapatkan tato di bagian betis, apabila mereka sudah menikah, maka tato tambahan diberikan di bagian lutut. Hanya wanita bangsawan yang memiliki tato di lengan atau leher.

Tato tersebut diberikan melalui berbagai upacara dan proses yang menyakitkan. Alat yang digunakan berupa paku rotan dan tinta dari red cedar resin. Terdapat dua teknik pemasangan tato, yaitu dengan penekanan atau pemukulan menggunakan tangan. Yang berhak memberi tato pada lelaki hanyalah Anghya, istri kepala desa. Sedangkan perempuan akan saling memberikan tato kepada yang lebih muda. Hal ini seperti latihan untuk memberikan tato kepada pria. Di hari pemasangan tato, akan dirayakan pesta dengan menyembelih hewan dan para perempuan menyiapkan kue ketan tradisional. Mereka percaya bahwa tato akan mengantarkan mereka ke alam baka dalam keadaan aman. Oleh karena itu, tidak satu orang pun dari Suku Konyak yang tidak bertato.

7. Suku Tharu

Suku Tharu (instagram.com/symbellein)

Tato merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan pada wanita di Suku Tharu, suku di bagian selatan Nepal. Tato dianggap sebagai seni yang merepresentasikan ekspresi mereka. Mereka akan mulai mentato di usia yang muda. Karena kepercayaan mereka adalah percaya pada dewi hutan Bandevi, maka tato-tato yang mereka buat pun menggambarkan alam di sekitarnya seperti burung merak ataupu rusa. Bahkan, mereka juga mentato dengan gambar alat-alat masak serta membuat tika (tanda di dahi). Istilah tato dalam bahasa Suku Tharu adalah khodna atau godna. Tato juga biasa digambarkan sebagai garis, titik, dan salib di bagian lengan, kaki, atau dada.

Dalam kepercayaan Suku Tharu, tato dipercaya sebagai perlindungan dari penculikan dan perbudakan oleh bangsawan yang tidak menyukai tato. Selain itu, tato bagi wanita dianggap sebagai ornamen seumur hidup yang dapat meningkatkan kecantikan seseorang. Tinta yang digunakan terbuat dari jelaga lampu minyak tanah yang digosok dengan kotoran sapi untuk membersihkannya. Setelah tato mengering, kulit akan dioleskan dengan minyak mustard untuk melembutkan permukaan kulit.

Tato menjadi tradisi suatu suku yang menjadi pembeda dengan suku lainnya. Saat ini, bisa saja kaum muda suku-suku tersebut mulai meninggalkan tradisi ini. Namun, baiknya jika tradisi turun-temurun ini terus dilanjutkan agar tidak punah. Apakah kamu tertarik untuk memasang tato dengan cara tradisional seperti 7 suku di atas?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team