8 Fakta Unik Queen Victoria, Ratu Terbaik Kerajaan Inggris

Lahir di Istana Kennsington, sang ratu terlahir dengan nama Alexandrina Victoria. Dilansir Discover Walk, nama ini sendiri terinspirasi dari nama ayah baptisnya yang juga merupakan kaisar Rusia, Tsar Alexander I. Ketika masih kecil, seluruh anggota keluarga kerajaan memanggilnya dengan nama Drina.

Sayangnya ratu tidak menyukai nama itu, dan lebih memilih Victoria sebagai nama panggilannya, termasuk saat dia naik tahta sebagai ratu Inggris. Dia dikenal dengan nama Ratu Victoria, dan bukan Ratu Alexandrina.

Saat Ratu Victoria lahir, dia menempati posisi kelima sebagai pewaris tahta Kerajaan Inggris. Mengingat posisinya, rasanya mustahil bagi sang putri untuk menjadi ratu. Dilansir History Hit, keadaan ternyata berkata lain, setelah kematian Raja George III pada tahun 1820, kekuasaan diberikan kepada putra pertamanya, George IV.

Sayang, Raja George IV meninggal sepuluh tahun kemudian tanpa memiliki penerus, sehingga tahta sebagai Raja Inggris diberikan kepada adiknya yang bernama William IV. Kondisi tersebut kemudian terulang kembali pada Raja William IV yang meninggal tahun 1837. Selepas kepergian William IV, tahta seharusnya jatuh ke tangan ayah Putri Victoria yang bernama Edward.

Namun karena Pangeran Edward juga sudah meninggal tahun 1820, tahta akhirnya diberikan kepada Victoria. Putri Victoria kemudian dilantik menjadi Ratu Kerajaan Inggris pada 20 Juni 1837, di saat usianya masih 18 tahun.

Lahir dan besar di keluarga Kerajaan Inggris sudah pasti membuat Ratu Victoria fasih berbahasa Inggris, dan karena ibunya adalah orang Jerman, maka sang ratu juga menguasai bahasa Jerman sejak masih kecil. Sama seperti kebanyakan bangsawan lain, Ratu Victoria juga belajar di rumah, di mana dia mempelajari bahasa Latin, Prancis, juga Italia.

Di masa tuanya, ratu memiliki pelayan kepercayaan yang berasal dari India bernama Abdul Karim. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, Ratu Victoria kemudian mempelajari bahasa Urdu dan Hindi agar dia bisa melakukan percakapan rahasia dengan pengawalnya.

Ratu Victoria dan Pangeran Albert pertama kali bertemu dalam pesta ulang tahun Ratu Victoria yang ke-17. Pangeran Albert yang kebetulan sedang mengunjungi Istana Kensington bersama pamannya, ikut menghadiri pesta tersebut. Siapa sangka, Pangeran Albert yang tampan berhasil membuat sang ratu jatuh cinta pada pandangan pertama.

Dilansir Mental Floss, keduanya kemudian menjalin hubungan persahabatan selama empat tahun. Uniknya, alih-alih dilamar, Ratu Victoria justru menjadi pihak yang mengajukan lamaran kepada Pangeran Albert. Menurut tradisi Kerajaan Inggris, seorang ratu tidak boleh dilamar oleh siapa pun.

Nah karena Ratu Victoria tidak boleh dilamar, maka dia-lah yang harus mengajukan lamaran. Ratu Victoria melamar Pangeran Albert pada 15 Oktober 1839. Keduanya kemudian menikah di Kapel Kerajaan St. James, London pada 10 Februari 1940.

Di abad ke-18, warna putih dianggap sebagai warna yang membosankan. Alih-alih menggunakan warna putih, kebanyakan pengantin justru lebih memilih gaun pernikahan berwarna cerah. Namun Ratu Victoria tidak seperti perempuan kebanyakan.

Di hari bahagianya, dia justru memilih mendobrak tradisi dengan menggunakan gaun pengantin model off shoulder berwarna putih. Tidak hanya gaun putih, sang ratu juga melengkapi penampilannya dengan sepatu putih, kalung dan anting berlian Turki, bros safir, dan karangan bunga jeruk sebagai pelengkapnya.

Tidak kalah dari Ratu Elizabeth II, Ratu Victoria juga memiliki kisah cinta yang indah dengan suaminya, Pangeran Albert. Menikah pada 10 Februari 1940, keduanya menjalani kehidupan yang bahagia sebagai pasangan. Sedihnya setelah 21 tahun pernikahan, Ratu Victoria harus menerima kenyataan pahit. Dilansir Readers Digest, Pangeran Albert yang sangat dicintainya itu mengembuskan napas terakhirnya pada 14 Desember 1861 setelah terkena penyakit tifus.

Berduka atas kepergian suaminya, Ratu Victoria memilih mundur dari tugas kerajaan selama 9 tahun dan baru kembali bekerja pada 1870. Tidak hanya itu, sang ratu juga memilih mengenakan gaun berwarna hitam selama 40 tahun untuk mengekspresikan perasaan dukanya atas kepergian Pangeran Albert.

Selama pernikahannya dengan Pangeran Albert, keduanya dikaruniai 9 anak. Anak-anak ini kemudian menikah dengan beberapa bangsawan dari Kerajaan Eropa. Pernikahan ini dilakukan bukan hanya untuk mempertahankan darah bangsawan, namun juga untuk memperkuat hubungan antara Kerajaan Inggris dengan kerajaan lain di Benua Eropa.

Pernikahan anak-anaknya memberikan Ratu Victoria 42 orang cucu di seluruh Kerajaan Eropa, mulai dari seperti Kekaisaran Rusia, Jerman, Spanyol, Norwegia, Yunani, Swedia, hingga Romania. Saking banyaknya keturunan Victoria, sang ratu sampai mendapatkan julukan "Grandmother of Europe".

Ratu Victoria mungkin merupakan ratu paling beruntung sepanjang sejarah Kerajaan Inggris. Pasalnya selama kariernya sebagai pemimpin, ratu mengalami delapan upaya pembunuhan. Upaya pembunuhan pertama terjadi tahun 1841, ketika ratu dan suaminya melakukan perjalanan malam dengan menggunakan kereta kuda.

Pelaku yang bernama Edward Oxford menembak kereta kuda yang ditumpangi pasangan tersebut. Untungnya, tembakan tersebut meleset karena kereta kuda bergerak cepat. Di tahun-tahun selanjutnya, Ratu Victoria menghadapi beberapa upaya pembunuhan lagi. Namun sama seperti upaya pertama, dia selalu berhasil lolos dalam upaya pembunuhan lainnya.

Memerintah selama 63 tahun, Ratu Victoria ternyata tidak kalah hebat dari Ratu Elizabeth II. Alih-alih dikenal sebagai ratu jahat seperti Mary I, Ratu Voctoria justru dikenal sebagai ratu bijaksana dan mencintai perdamaian.