Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi air infus (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi air infus (pexels.com/RDNE Stock project)

Intinya sih...

  • Kandungan air infus tergantung dari jenisnya

  • Ada beberapa kegunaan infus yang perlu diketahui

  • Tetap ada risiko penggunaan infus

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia medis, air infus bukan hal yang asing bahkan berperan penting dalam proses pengobatan. Cairan ini mengandung formula khusus yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit, hingga nutrisi, dan diberikan langsung ke pembuluh darah melalui selang infus.

Sekilas tampak bening layaknya air biasa, tetapi cairan infus tidak dibuat sembarangan. Sebab, setiap jenis air infus memiliki komposisi yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan pasien. Lantas, terbuat dari apa air infus? Simak jawabannya di bawah ini!

1. Kandungan air infus tergantung dari jenisnya

ilustrasi air infus (pexels.com/ عزام الشيخ يوسف

Tahukah kamu air infus bukan hanya satu, tetapi punya beberapa jenis dan pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Air infus atau di sebut juga cairan intravena punya komposisi yang bervariasi tergantung jenisnya. Berikut jenis dan kandungannya.

  • Cairan kristaloid: Jenis air infus yang sering digunakan dan mengandung molekul-molekul kecil, seperti natrium klorida, natrium glukonat, dan natrium asetat. Contohnya saline, ringer laktat, dextrose.

  • Cairan koloid: Mengandung molekul besar yang sulit menembus membran sel. Contohnya gelatin, albumin, dan dekstran.

2. Kegunaan infus

ilustrasi air infus (pexels.com/Anna Shvets)

Cairan infus biasanya disimpan dalam botol atau kantong steril, lalu dialirkan ke dalam tubuh melalui selang yang terhubung ke pembuluh darah. Secara garis besar, fungsinya adalah menggantikan cairan, elektrolit, serta nutrisi yang hilang. Jenis infus kristaloid umumnya dipakai untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menstabilkan pH tubuh, menghidrasi, hingga sebagai cairan resusitasi.

Sedangkan infus koloid diberikan pada pasien dengan kondisi kritis, pasien yang menjalani operasi, maupun untuk kebutuhan resusitasi. Misalnya, infus gelatin bisa digunakan untuk menangani pasien yang mengalami penurunan volume darah akibat perdarahan. Sementara itu, pada prosedur transplantasi hati biasanya digunakan infus albumin.

3. Risiko yang bisa timbul dari prosedur penggunaan infus

ilustrasi air infus (pexels.com/Stephen Andrews)

Selain bermanfaat dalam dunia medis, air infus mungkin dapat menimbulkan risiko. Bisa karena prosedur atau kandungan yang ada di dalamnya. Berikut risiko penggunaan infus.

  • Terjadinya emboli udara, di mana terlalu banyak udara yang masuk ke dalam vena melalui infus.

  • Penggunaan jangka panjang jarum infus dalam mengakibatkan terjadinya vena kolaps.

  • Terlalu banyak cairan yang masuk dalam waktu cepat juga dapat mengakibatkan kelebihan cairan.

  • Jika tidak menjaga kebersihan, area infus yang kotor dapat menimbulkan infeksi.

  • Membengkaknya vena akibat infus.

  • Dapat terjadi infiltrasi jika jarum bergerak atau terlepas.

Air infus yang berwarna putih ternyata bukan hanya berisi air tetapi juga beberapa kandungan lain yang berguna untuk cairan pemeliharaan dan resusitasi. Meskipun bermanfaat untuk prosedur medis, penting untuk tetap mewaspadai risiko yang bisa saja muncul.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team