Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cheetah (pixabay.com/Carole Henderson)
cheetah (pixabay.com/Carole Henderson)

Dalam kehidupan sehari-hari, cheetah (Acinonyx jubatus) kerap disandingkan dengan singa dan macan tutul sebagai hewan predator di padang rumput. Karakter ketiganya yang merupakan hewan buas dan sesama jenis kucing, membuat kita sering mengira bahwa ketiganya berada dalam satu keluarga kucing besar atau genus Panthera. Akan tetapi, tahukah kamu kalau cheetah sebenarnya bukanlah spesies "kucing besar"?

Meskipun berstatus predator dan dinobatkan sebagai mamalia tercepat, cheetah bukanlah saudara dekat singa, macan tutul, jaguar, macan tutul salju, dan harimau. Jika kelima hewan diatas masuk dalam genus Panthera, cheetah merupakan satu-satunya anggota genus Acinonyx

Cheetah memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya sangat berbeda dengan kucing besar lainnya. Inilah lima ciri khas cheetah yang tidak dimiliki kelompok kucing besar.

1. Tidak bisa mengaum, bahkan lebih terdengar mengeong

cheetah (unsplash.com/Hu Chen)

Perbedaan pertama antara cheetah dengan kelompok kucing besar adalah ketidakmampuannya untuk mengaum. Semua kucing besar, kecuali macan tutul salju, dapat membuat suara auman.

Cheetah sama sekali tidak bisa mengaum dan justru lebih terdengar membuat suara mengeong layaknya kucing rumah. Bunyi-bunyian lain seperti purring, hissing dan chirping juga kerap terdengar dari cheetah, dikutip dari Animalia.

2. Cakar cheetah tidak dapat ditarik

cheetah (unsplash.com/African Impact)

Salah satu ciri khas yang dimiliki spesies kucing adalah cakar yang bisa ditarik ke dalam. Cakar pada kucing berfungsi untuk mencengkeram mangsa dan menakuti lawan saat diserang.

Di luar kondisi tersebut, kucing besar sekalipun tidak terlalu membutuhkan cakarnya. Oleh sebab itu, tidak seperti keluarga anjing dan serigala, cakar kucing bisa ditarik kembali jika tidak dibutuhkan.

Menariknya, cheetah memiliki cakar yang tidak bisa ditarik sempurna alias semi-retractable claws. Keberadaan cakar dapat menambah traksi atau pijakan ke tanah lebih kuat sehingga cheetah tidak mudah tergelincir saat berlari kencang, dikutip dari BBC Science Focus.

3. Tidak pernah berburu di malam hari

cheetah (commons.m.wikimedia.org/Mukul2u)

Kelompok kucing besar memiliki kebiasaan mencari makan yang sama yaitu berburu di malam hari. Singa, misalnya, berburu dalam kawanan di malam hari dan ditunjang dengan penglihatan malamnya yang baik, dikutip dari WWF.

Hidup berdampingan dengan singa dan macan tutul, cheetah memiliki waktu berburu yang berbeda. Cheetah merupakan karnivora diurnal dan lebih sering berburu di pagi hari serta menjelang senja.

Segera setelah menangkap mangsanya, cheetah akan memakannya dengan sangat cepat. Hal tersebut dilakukan cheetah untuk mencegah makanan buruannya tidak direbut oleh predator yang lebih agresif seperti singa atau macan tutul, dikutip dari Britannica.

4. Bentuk dan proporsi tubuh yang berbeda dari jenis kucing lainnya

cheetah (pexels.com/Antony Trivet)

Cheetah sangat mudah dikenali dari kakinya yang tampak panjang dibandingkan dengan tubuh rampingnya. Tulang tengkoraknya pendek dan membulat, begitu pula dengan bagian tulang telinganya.

Tulang belakang cheetah juga sangat fleksibel untuk mendukung pergerakannya saat berlari. Selain itu, dibandingkan kelompok kucing besar, cheetah memiliki lubang hidung yang lebih lebar untuk memaksimalkan pengambilan oksigen, dikutip dari PBS.

5. Semua individu cheetah mirip secara genetik

cheetah (unsplash.com/Ahmed Galal)

Cheetah sebenarnya masuk dalam sub-famili Felinae atau kucing kecil. Uniknya, cheetah bahkan lebih dekat secara kekerabatan dengan kucing rumah daripada dengan macan tutul yang termasuk sub-famili Pantherinae.

Dari sisi genetik, cheetah juga memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari kelompok kucing besar. Semua cheetah di berbagai belahan dunia sebenarnya memiliki susunan genetik yang sama. Dengan kata lain, variasi genetik di antara populasi cheetah sangat rendah.

Dikutip dari University of California Museum of Paleontology, rendahnya variasi genetik pada cheetah diduga akibat adanya bottleneck effect. Bottleneck effect dapat diartikan sebagai faktor yang menyebabkan berkurangnya variasi gen seperti bencana alam atau isolasi habitat. 

Dalam konteks populasi cheetah, bottleneck effect yang dimaksud kemungkinan adalah kepunahan massal di akhir jaman Pleistosen. Diperkirakan pada saat itu populasi cheetah hampir punah dan hanya menyisakan sedikit individu yang bertahan.

Meskipun tidak tergolong dalam kelompok kucing besar, cheetah juga menghadapi ancaman yang sama yaitu kepunahan. Dikutip dari Cheetah Conservation Fund, saat ini cheetah berstatus Vulnerable menurut IUCN Red List dan terdapat kurang dari 7100 individu cheetah dewasa di alam liar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team