Surprise, Tumbuhan Paku Baru Ditemukan di Papua Nugini!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di mata dunia, Indonesia terkenal akan kekayaan alamnya. Berjulukan "Zamrud Katulistiwa", Indonesia melahirkan berbagai flora yang sebelumnya tak terlihat dalam sejarah.
Pada Kamis (6/1/2022) kemarin, tim peneliti bidang botani Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan identifikasi tumbuhan paku (pteridofita) jenis baru dari pedalaman Papua Nugini. Mari simak fakta selengkapnya!
1. Berasal dari spesimen hampir 5 dekade lalu
Deparia stellata adalah nama tumbuhan paku terbaru tersebut. Tumbuhan tersebut teridentifikasi oleh para peneliti BRIN lewat spesimen yang sebelumnya dikoleksi oleh pakar botanis dari Australia, William R. Barker, saat Ekspedisi Pegunungan Bintang, Papua Nugini, pada 1975 silam.
Peneliti Ahli Muda BRIN, Wita Wardani, mengatakan bahwa penemuan ini dibuat mungkin karena kemauan herbarium Natural History Museum, London, untuk meminjamkan spesimennya. Saat berkunjung ke Natural History Museum pada 2016, Wita menemukan spesimen yang belum teridentifikasi tersebut.
"Semula, saya mengidentifikasi spesimen tersebut sebagai Deparia petersenii," ujar Wita.
2. Fitur tak biasa pada D. stellata
Saat mengobservasi, Wita menjelaskan bahwa tutupan permukaan tangkai dan rakis tumbuhan paku jenis baru ini tampak berbeda. Hal ini dibenarkan melalui citra mikroskop berdaya pembesaran tinggi yang dilakukan di Herbarium Bogor.
"Setelah pengamatan dengan mikroskop, ciri khas jenis baru ini teramati dengan lebih jelas, baik variasi bentuk, ukuran, dan posisinya terhadap ciri yang lain. Mikroskop juga memudahkan ahli line drawing, Wahyudi Santoso, untuk menggambar detail spesimen secara akurat," ungkap Wita.
Lalu, penyelesaian gambar yang cukup detail spesimen ini telah melalui proses diskusi dan observasi bersama secara intensif. Dimuat dalam jurnal Reinwardtia pada 6 Desember 2021, D. stellata dinyatakan sebagai spesimen baru.
Editor’s picks
“Sebelumnya, rambut-rambut bintang berwarna gelap kemerahan yang menyelimuti rakis dan kosta (tulang daun) tidak pernah ditemukan pada jenis Deparia. Demikian pula sisik dengan tepian berambut tak beraturan. Ciri ini tidak biasa bagi marga ini," kata Wita.
Baca Juga: Tanaman Jernihkan Polusi Udara dalam Ruangan? Ini Faktanya
3. Berbeda dengan tumbuhan Diplazium
Sebelumnya, Wita mengatakan bahwa ciri rambut bintang pada D. stellata rupanya juga ditemukan pada marga Diplazium, tepatnya Diplazium stellatopilosum. Sementara memiliki marga berbeda, tumbuhan tersebut juga berasal dari suku yang sama dan ditemukan di wilayah Papua Nugini. Lalu, bagaimana membedakannya?
"Perbedaan dapat dilihat dari parit pada kosta yang tidak menerus pada Deparia. Namun, kebalikannya pada Diplazium...," kata Wita.
Wita menambahkan bahwa rambut bintang adalah ciri khas flora dari daratan Papua, khususnya bagian timur. Namun, ia mengatakan bahwa perlu dilakukan kajian lebih menyeluruh.
4. Satu lagi flora khas Indonesia
Selain bantuan mikroskop, temuan D. stellata terbantu dengan gambar-gambar spesimen yang tersedia secara daring. Gambar-gambar tersebut diambil dari JSTOR Global Plant dengan fasilitas photo viewer beresolusi tinggi. Oleh karena itu, makin mudah untuk mengonfirmasi kebaruan D. stellata.
Untuk mengamati karakter-karakter mikroskopis pada D. stellata, foto beresolusi tinggi pun tidak cukup, harus dilakukan dengan memeriksa spesimen secara langsung. Temuan D. stellata di Pegunungan Bintang amat penting untuk mendapatkan informasi variasi dan inventarisasi tumbuhan paku, khususnya di wilayah fitogeografi Malesia.
Baca Juga: 18 Tanaman Hias Paling Sehat, Terbaik di Dalam Ruangan