Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell 

Karyanya penuh dengan pesan kemanusiaan

Ada stereotip lama tentang novelis bahwa mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkan ide baru, salah satunya yang dilakukan George Orwell. Lahir di India pada tahun 1903, George Orwell memiliki nama asli Eric Arthur Blair.

George Orwell menjadi penulis sukses di masa depan. Tetapi, di balik karyanya yang terkenal, ia mengalami serangkaian pengalaman yang ia tuangkan dalam tulisannya, dan menjadikannya salah satu filosofi politik paling berpengaruh dalam sastra Inggris. Lalu, ada apa dibalik buku-buku karya George Orwell? 

1. Latar belakang keluarga

Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell George Orwell kecil (animalfarmgoedu.weebly.com)

Menurut Biography, ayah George Orwell pernah bekerja di Dinas Sipil India, mengawasi penanaman bunga poppy dan produksinya, serta ekspor opium ke China atas nama Kerajaan Inggris, seperti pernyataan BBC. Ibu Orwell, berasal dari latar belakang bangsawan yang kurang beruntung, yang kembali ke Inggris bersama putra, George Orwell yang baru berusia satu tahun, beserta kakak perempuannya. 

Relasi ibunya dengan para bangsawan lain membuat George Orwell di masukan ke sekolah Eton School for Boys yang sangat terkenal saat itu, sayangnya, setelah lulus, Orwell gagal mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke universitas.

Hari ini, Orwell justru dikenang karena karyanya yang cemerlang. Menggambarkan ketimpangan kehidupan dan kemiskinan. Terlepas dari latar belakangnya, sebagian besar kritikus mengklaim bahwa Orwell memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi dibalik karya yang diciptakan, dan subjek dalam karyanya adalah asli.

2. Transformasi George Orwell terjadi saat ia tinggal di Burma

https://www.youtube.com/embed/rfVchxh_9Dc

Saat remaja, George Orwell dianggap memiliki kepribadian yang kurang baik. Meskipun dia anak yang sangat cerdas, tetapi latar belakang keluarganya mempengaruhi kepribadiannya. Menurut Britannica, keluarga Orwell dianggap "landless gentry", yakni meskipun pretensi status sosialnya bangsawan, tetapi tidak memiliki pendapatan yang sesuai dan terjebak dalam kemiskinan. 

Karena tidak melanjutkan ke jenjang universitas, Orwell melamar sebagai perwira Polisi Kekaisaran di Burma, yang masih di bawah pemerintahan Inggris pada saat itu sebagai Provinsi British India. Orwell tiba pada tahun 1922, dan menetap di Burma sampai tahun 1927. 

Selama di sana, Orwell mempelajari bahasa lokal dan membenamkan dirinya dalam budaya Burma. "Selama tahun-tahun itulah dia berubah dari seorang anak yang sombong menjadi seorang penulis berhati nurani dan sosial yang tinggi, mendukung mereka yang tidak diunggulkan dalam masyarakat," tulis akademisi Emma Larkin dalam Burmese Days, yang pertama kali diterbitkan di Amerika pada tahun 1934.

3. George Orwell rela menjalani kehidupan seperti tunawisma

Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell George Orwell di daerah termiskin di London, berpakaian seperti gelandangan, menyamar dengan nama P.S. Burton. (timetoast.com)

Dalam buku Orwell: The Transformation, Peter Stansky dan William Abrahams mengklaim bahwa saat George Orwell kembali ke Inggris dari Burma, ia mengundurkan diri dari Kepolisian Kerajaan India, dan bertekad untuk menjadi seorang penulis. Hal ini didorong oleh persepsi barunya dengan masyarakat Burma yang malang karena kekuatan Kerajaan Inggris dan sistem kelas Inggris yang terkenal kejam dan memecah belah. 

Dikutip Britannica, Orwell pun turun langsung untuk menjalani kehidupan seperti tunawisma di Inggris, berpakaian compang-camping dan menggunakan nama samaran. Dengan cara ini, ia bergabung dengan banyak "gelandangan", yang seperti dijelaskan oleh salah satu esainya, ia harus berjalan hingga "dua puluh kilometer sehari" untuk mencari tempat. 

4. Dua sisi kehidupan George Orwell

Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell potret tunawisma (bigissuenorth.com)

Menurut France Today, setelah beberapa bulan bergabung dengan penduduk London yang miskin, George Orwell pergi ke Paris, di mana dia tinggal selama 18 bulan sambil terus menulis. Orwell tinggal di permukiman kumuh dan secara langsung mengalami kondisi kerja yang buruk sebagai pencuci piring di restoran dan hotel kelas atas Paris. Sekembalinya ke London, ia kembali menjadi orang miskin kota selama berbulan-bulan. 

Meskipun Orwell sengaja menjalani hidup dengan kemiskinan selama tahun-tahun ini, tapi dia masih didukung secara finansial oleh ibunya di Inggris. Selama di Paris, bibi yang tinggal di Kota Nellie Adam masih terus membantunya juga secara finansial, menurut Peter Stansky dan William Abrahams.

Orwell kembali dan melakukan "pencelupan" yang lebih lama ke dalam "dunia yang sangat miskin", hidup dengan tunawisma selama berbulan-bulan meskipun fakta tersebut dapat mempermalukan keluarganya. Proyek Orwell adalah katalisator untuk transformasinya menjadi seorang penulis sejati, dengan mempublikasikan buku Down and Out in Paris and London pada tahun 1933. 

5. George Orwell sengaja ingin ditangkap polisi

Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell Eric Blair (George Orwell) dari file Kepolisian Metropolitan. (wikimedia.org)

Selain hidup di antara "gelandangan" dan bekerja dalam pekerjaan jangka pendek dengan bayaran rendah, Orwell mengungkapkan dalam esai tahun 1932 berjudul "Clink," bahwa ia juga sengaja ingin mengalami penderitaan yang dialami mereka di penjara. Menurut Melville House Publishing, esai tersebut mencatat bagaimana Orwell sengaja mabuk agar ditangkap dua petugas polisi London. Ia pun dibawa ke sel tahanan dan dibebaskan dalam waktu 48 jam dengan surat peringatan.

Autobiografi Orwell masih diragukan, banyak akademisi yang mempertanyakan kebenaran Down and Out in Paris and London, buku tentang pengalaman Orwell sendiri inilah yang membuat namanya menjadi terkenal. Tetapi pada tahun 2014, The Guardian melaporkan ada catatan polisi yang menunjukkan bahwa penangkapan Orwell memang terjadi, yang membuat banyak tulisannya lebih dipercaya. 

Baca Juga: 5 Ilmuwan Muslim di Bidang Kedokteran yang Karyanya Paling Berpengaruh

6. George Orwell dan karyanya yang sangat mengkritik orang-orang kelas atas

Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell George Orwell saat mengetik (homoliteratus.com)

"Clink" diterbitkan dalam jurnal sastra New Adelphi, di mana George Orwell juga menyumbangkan resensi buku dan esai lainnya, di antaranya termasuk ingatannya tentang Burma. Namun selain kesusastraannya, Orwell juga menjadi guru, tetapi berhenti karena serangan pneumonia.

Menurut Orwell Foundation, Orwell memulihkan diri bersama ibunya di Southwold dan tidak pernah kembali ke profesinya sebagai guru. Sebaliknya, ia menulis buku kedua, A Clergyman's Daughter, yang diterbitkan pada tahun 1935.

Orwell pindah ke London, di mana, melalui teman-teman sastranya di Adephi, dia mendapatkan pekerjaan shift sore di Booklovers 'Corner, sebuah toko buku di Hampstead bohemian. Dalam masa itu, hidupnya lebih mapan dan produktif. Dan selama waktu inilah ia bertemu dengan wanita yang menjadi istrinya, Eileen O'Shaughnessy.

Tapi Orwell tidak berpuas diri. Sebaliknya, keengganannya pada kehidupan borjuis semakin terasa, dan pada tahun 1936 ia menerbitkan buku Keep The Aspidistra Flying, sebuah kritik yang pedas pada orang-orang kelas atas. 

7. George Orwell menggambarkan kemiskinan di tempat industri

Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell Putri seorang penambang membawa seorang balita selama pemogokan batubara, Wigan, 1921. (mondediplo.com)

Pada akhir tahun 1930-an, George Orwell sudah sangat matang sebagai penulis, dan tema yang ditulisnya tidak jauh dari ketimpangan hidup dan ketidakadilan sosial. Karena itu, ia mendapatkan pekerjaan dari penerbit untuk topik tersebut. 

Dilansir Penguin, Victor Gollancz memberi Orwell tugas untuk mengunjungi tempat industri yang dilanda kemiskinan di utara Inggris, di mana ia menemui kehidupan dan pekerjaan yang mengerikan. Kondisi di sana sangat memprihatinkan, terutama bagi penambang batu bara, pekerja pabrik, buruh, pekerja industri lainnya, dan banyaknya pengangguran laki-laki di wilayah tersebut pada saat itu.

Menurut The Guardian, buku The Road to Wigan Pier, dibuat dua bagian - yang pertama terdiri dari gambaran-gambaran kemiskinan yang ditemukan Orwell di utara, dan yang kedua adalah kritikan yang kejam terhadap struktur kelas sosial. Buku itu, menurut Penguin, memberikan dampak besar, yang secara pesat meningkatkan jumlah cetakan buku menjadi 50.000, angka yang sangat besar pada saat itu. 

8. George Orwell bergabung dalam Perang Saudara Spanyol karena sangat menentang fasisme

https://www.youtube.com/embed/tYv-yp-nidk

Faktanya, saat The Road to Wigan Pier diterbitkan pada tahun 1937, Orwell tidak berada di Inggris untuk melihat publikasi tersebut. Dia justru melakukan perjalanan ke luar negeri untuk bertugas dalam Perang Saudara Spanyol. Orwell tiba hanya beberapa bulan setelah pertempuran dimulai. Saat usianya 33 tahu, ia bergabung dengan POUM, sebuah partai politik komunis. 

Orwell sangat menentang fasisme. Bahkan, Juan Negrín, menteri yang diasingkan dan mantan pemimpin Partai Pekerja Sosialis Spanyol, menggambarkan Orwell sebagai seorang "idealis dan tidak duniawi, seperti yang dikutip The Guardian

Orwell sangat aktif dalam pertempuran di front Aragon. Menurut Hektoen International, ia sempat terluka parah setelah tenggorokannya tertembak oleh penembak jitu.

9. Keinginan George Orwell untuk berkontribusi dalam Perang Dunia II

https://www.youtube.com/embed/eFvuzu8vtY8

Bulan-bulan terakhir George Orwell di Spanyol sangat menyedihkan, karena adanya pertikaian antara faksi-faksi anti-fasis. Menurut Hektoen International, Orwell kehilangan suaranya secara permanen. Ia dan istrinya memutuskan kembali ke Inggris pada tahun 1937, di mana Orwell terus membaik dan mulai menulis pengalamannya. Buku yang dihasilkan, Homage To Catalonia, dirilis pada April 1938. 

Inggris memasuki Perang Dunia II pada tahun 1939. Dan Orwell kembali mengajukan dirinya. Namun, menurut Britannica, Orwell ditolak untuk dinas militer aktif karena parahnya luka tembakan yang dialaminya di Spanyol (lengan kanannya juga terluka parah dan lumpuh selama lima bulan).

Tetapi penulis itu masih memiliki keahlian lain, ia pun memilih bergabung dengan BBC. Dikutip Britannica, ia memimpin perusahaan India untuk menyiarkan "kontra-propaganda" melawan Nazi. Dia juga bergabung dengan British Home Guard, sebuah "tentara sukarelawan". 

Baca Juga: Kenali 7 Ahli Kimia Paling Berjasa Sepanjang Sejarah

10. Buku Animal Farm meledak dalam skala internasional

Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell buku Animal Farm (baumanrarebooks.com)

Selama Perang Dunia II, George Orwell mengerjakan salah satu karyanya yang paling dikenal dan sering dikutip, Animal Farm. Buku ini awalnya diberi judul "A Fairy Story". Sebuah alegori tentang sekelompok hewan peternakan yang menggulingkan kekuasaan manusia dan memperingatkan bahaya totaliter kekuasaan politik.

Tetapi buku ini ditunda dalam penerbitannya. Seperti yang dikutip Encyclopedia.com, hal ini karena penerbitnya berasumsi bahwa buku itu menyinggung revolusi Bolshevik, Joseph Stalin dan Uni Soviet, yang tetap menjadi sekutu utama Inggris hingga akhir perang dan kekalahan Nazi Jerman. Dan menurut Metro, Animal Farm dilarang di Blok Timur hingga keruntuhannya pada tahun 1989. 

11. Kematian Eileen, istri George Orwell yang selalu mendukungnya

Terkenal dengan Bukunya 1984, 13 Fakta Penulis George Orwell Eileen Maud Blair dan George Orwell (scoopnest.com)

Akhir Perang Dunia II dan keberhasilan buku Animal Farm justru dibayangi oleh salah satu peristiwa paling tragis dalam hidup George Orwell, yakni kematian istrinya, Eileen, pada usia 39 tahun. Eileen banyak berkorban untuk karier penulisan suaminya. The New Statesman menyatakan bahwa Eileen "menikah dengan seorang penulis yang tidak dikenal dan kemudian mendukungnya sampai maut memisahkan."

Artikel tersebut menjelaskan bahwa saat Eileen bertemu dengan George, ia meninggalkan kariernya sendiri sebagai akademisi demi mendukung karier suaminya. Ia membantu George Orwell mengetik manuskripnya dan merawat banyak hewan yang diambil George selama pemulihannya setelah pertempuran di Spanyol, sementara George sendiri menulis dan memulihkan diri. 

George dan Eileen mengadopsi seorang putra bernama Richard pada tahun 1944. Akan tetapi, menurut The Guardian, Eileen meninggal kurang dari setahun kemudian, karena komplikasi yang timbul saat menjalani operasi histerektomi. Eileen memang menyembunyikan rasa sakitnya itu agar George tidak khawatir, dan kematian itu justru menjadi kejutan besar bagi George Orwell. 

12. Kesehatan George Orwell menurun saat ia menulis karya "masterpiece" 1984

https://www.youtube.com/embed/oe64p-QzhNE

Menurut Petra Mayer dari NPR, karya terakhir George Orwell 1984 adalah karya yang terbesar dan paling abadi. Novel berlatar masa depan ini mengisahkan dunia yang didominasi oleh tiga negara polisi yang saling berperang. Seperti yang dijelaskan oleh Britannica, novel ini menceritakan kisah Winston Smith, orang biasa yang ingin memberontak melawan kehidupan yang penuh pengawasan, konformisme, dan pengendalian pikiran. 

Tetapi, pada tahun 1984, kesehatannya menurun. Menurut D.J. Taylor, Orwell mengalami penyakit paru-paru kronis, yang kemungkinan besar diperburuk oleh pola hidup yang tidak sehat, serta kebiasaan merokoknya yang berat. Dia didiagnosis dengan masalah bronkial, tetapi pada pertengahan 1940-an, Orwell menderita TBC dan batuk darah beberapa kali.

Namun, dia berusaha menyembunyikan kondisinya, sambil terus menulis pada tahun 1984, berganti-ganti rumah sakit dan tinggal lama di pulau Jura Skotlandia, di mana dia menyelesaikan bukunya. 

13. George Orwell meninggal kurang dari satu tahun setelah buku 1984 diterbitkan 

https://www.youtube.com/embed/9k_ptxWsadI

George Orwell meninggal karena penyakit yang dideritanya di University College Hospital di London pada 21 Januari 1950, diusia 46 tahun. Beberapa bulan sebelum kematiannya, Orwell menikah dengan Sonia Brownell yang berusia 31 tahun, yang setia merawatnya, menurut LA Times

Pada tahun 2008, Orwell menduduki peringkat kedua dalam daftar "50 penulis Inggris terhebat sejak tahun 1945" oleh The Times (di belakang penyair Philip Larkin). Tulisan Orwell dianggap fundamental sebagai prisma untuk menganalisis politik saat ini.

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya