5 Fakta Pembantaian Tahun 1961 di Paris

Menjadi peristiwa pahit yang terlupakan 

Pada hari-hari setelah pembantaian 17 Oktober 1961 di Paris, Prancis, tepi sungai Seine ditutupi dengan kata-kata "Ici on noie les Algériens," yang berarti "Di sini kita menenggelamkan orang Aljazair," tulis buku Absent the Archive. Akan tetapi, tulisan itu dihapus karena pihak berwenang Prancis berusaha untuk menutupi pembantaian itu.

Orang-orang keturunan Afrika Utara di Paris menjadi sasaran dan dibunuh oleh polisi Prancis sebelum dan sesudah pembantaian tanggal 17 Oktober. Hal ini dimulai ketika demonstrasi yang diorganisir FLN memprotes terkait masalah rasisme. Sementara itu, polisi Prancis menargetkan orang-orang keturunan Aljazair, Maroko, dan Tunisia dalam tindakan keras tersebut. Inilah yang sebenarnya terjadi dalam pembantaian Paris 1961.

1. Perang untuk kemerdekaan Aljazair 

5 Fakta Pembantaian Tahun 1961 di Parispara demonstran Aljazair (english.alarabiya.net)

Dari tahun 1954 hingga 1962, Front de Libération Nationale (FLN) Aljazair berhasil melawan pasukan Prancis untuk kemerdekaan setelah ditaklukkan sebagai koloni selama lebih dari 100 tahun. Pemberontakan dimulai dengan serangan terkoordinasi skala kecil di pos-pos militer Prancis, dan militer Prancis membalasnya dengan menebar teror melalui penyiksaan, penangkapan, dan pemboman, tulis Tufts University.

Pemerintah Prancis sendiri tahu betul tentang adanya penyiksaan, eksekusi, dan pemindahan paksa terhadap warga Aljazair, seperti yang dilaporkan Al Jazeera. Baru pada Maret 2021, Presiden Emmanuel Macron dari Prancis mengakui bahwa tentara Prancis bertanggung jawab atas pembunuhan revolusioner Aljazair Ali Boumendjel setelah sebelumnya tersiar kabar bahwa dia meninggal karena bunuh diri pada tahun 1957.

Diperkirakan antara 350.000 hingga 1,5 juta orang Aljazair tewas selama perang kemerdekaan, sementara itu, sekitar 15.000 militer Prancis dan sipil Eropa tewas akibat perang, dikutip laporan di IOSR Journal Of Humanities And Social Science. Selama empat tahun, FLN melawan Prancis di Aljazair, tetapi pada musim gugur 1958, FLN membawa perjuangan kemerdekaan mereka ke Prancis.

2. FLN dan polisi Prancis 

5 Fakta Pembantaian Tahun 1961 di Parispara demonstran yang mengalami kekerasan (bolnews.com)

The Funambulist menulis bahwa orang Aljazair yang dianggap sebagai "pengkhianat" menjadi sasaran pembunuhan. Pada 13 Maret 1958, untuk menuntut kebebasan dan kekebalan, Maurice Papon diangkat menjadi prefek Seine pada hari berikutnya dan ditugaskan untuk memberantas FLN di Paris.

Melansir buku Europe After Empire oleh Elizabeth Buettner, Papon dikenal sebagai sekretaris jenderal polisi Bordeaux selama Perang Dunia Kedua dan bertanggung jawab atas deportasi lebih dari 1.600 orang Yahudi ke kamp konsentrasi Jerman.

Pada akhir Agustus 1958, hingga 5.000 orang Aljazair ditangkap oleh polisi dan ditahan di tiga fasilitas penahanan, salah satunya menampung hingga 13.000 orang Yahudi pada 17 Juli 1948, sebelum mendeportasi mereka ke Auschwitz.

Penggerebekan terjadi di pagi hari dan larut malam saat orang-orang Aljazair sedang tertidur. Di pusat-pusat interogasi dan penahanan, mereka menjadi sasaran "ritual pelecehan rasial yang sadis." Pasukan polisi Prancis juga menghancurkan tempat tinggal orang-orang Afrika Utara.

Baca Juga: Sejarah Alat Musik Sasando, dari Jenis Sampai Cara Mainnya!

3. Aksi protes jam malam yang dianggap rasis

5 Fakta Pembantaian Tahun 1961 di Parispotret Maurice Papon (commons.wikimedia.org/André Cros)

Pada tanggal 5 Oktober 1961, jam malam diberlakukan di Paris. Namun, jam malam tidak berlaku untuk semua orang dan malah dikhususkan untuk "Muslim Prancis di Aljazair," tulis laporan France24. Sebagai tanggapan, FLN mengorganisir demonstrasi di Paris pada 17 Oktober. Waktu jam malam ini disengaja karena berlakunya gencatan senjata. Bahkan, beberapa sejarawan percaya bahwa Maurice Papon memanfaatkan gencatan senjata untuk meningkatkan tekanan pada kaum nasionalis.

Demonstrasi itu damai pada awalnya dan terdiri dari orang Aljazair, Maroko, dan Tunisia, dan semuanya diperintahkan untuk berpartisipasi dalam demonstrasi tanpa senjata. Dan pada 17 Oktober, antara 20.000 dan 30.000 orang turun ke jalan di Paris. Akan tetapi, 2.000 polisi ditempatkan di lokasi-lokasi utama, termasuk jalan keluar dan stasiun metro. Polisi juga dipersenjatai dengan pentungan, senapan, dan senapan mesin ringan.

4. Hari pembantaian terjadi

5 Fakta Pembantaian Tahun 1961 di Paristragedi pembantaian Paris 1961 (theguardian.com)

Saat demonstran Aljazair, Maroko, dan Tunisia mencapai polisi, mereka harus menghadapi kekerasan. Selama pertumpahan darah itu, Maurice Papon membiarkan para petugas menghabisi banyak orang. Polisi menembaki massa, dan memukul dengan membabi buta, tulis buku Absent the Archive oleh Lia Brozgal.

Tidak tahu persis berapa banyak orang yang dibunuh oleh polisi selama pembantaian 17 Oktober, tetapi diperkirakan ada 300 orang yang ditahan atau dibunuh, dan hingga 84 tewas di Sungai Seine. Beberapa yang sudah tewas dilemparkan ke sungai, tetapi ada juga yang dilemparkan hidup-hidup dengan tangan dan kaki terikat.

Sementara itu, polisi justru mengklaim bahwa para korban ini tenggelam akibat peluru. Dikutip laman Qantara, negara Prancis berusaha menekan berita tentang kekerasan ini selama bertahun-tahun dan awalnya melaporkan bahwa hanya tiga pemrotes yang terbunuh.

5. Penangkapan lebih dari 11.000 orang

5 Fakta Pembantaian Tahun 1961 di ParisIlustrasi Pelaku Pidana (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain ratusan orang yang tewas di tangan polisi Prancis, lebih dari 11.000 warga Aljazair, Maroko, dan Tunisia ditangkap pada 17 Oktober 1961. Setelah ditangkap, para demonstran ditahan di bus dan dibawa ke stadion yang diubah menjadi pusat penahanan.

Melansir buku On the Edges of Development, polisi menahan ribuan orang yang mereka tangkap di Palais des Sports, tempat mereka disiksa selama beberapa hari. Tapi tak lama, mereka dipindahkan ke kamp interniran di Vincennes karena Palais des Sports harus "disinfeksi" pada 20 Oktober untuk konser Ray Charles.

Pada tahun 2021, negara Prancis tidak pernah membahas tanggung jawabnya atas pembantaian itu, dan karena sebagian arsip masih disegel, seberapa parah pembantaiannya pun masih tidak diketahui.

Baca Juga: 7 Sekte Paling Berbahaya, Picu Tragedi Pembantaian Massal

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya