Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Tercipta

Cari tahu yuk apa keuntungan dan kekurangannya tes IQ!

Seberapa pintar dirimu? Pernahkah kamu tes IQ? Sejujurnya konsep tes standar yang dirancang untuk mengukur apa yang disebut "kecerdasan intelektual" terdengar seperti sesuatu yang luar biasa untuk dibanggakan jika kita cukup beruntung diklasifikasikan sebagai orang jenius, tetapi bagi mereka yang berada di bawah rata-rata, itu seperti mimpi buruk. 

Namun, tes IQ sudah ada selama lebih dari seabad, meskipun validitasnya terus diperdebatkan. Sayangnya, tes IQ juga digunakan sebagai pembenaran untuk rasisme, eugenika, xenophobia, dan eksekusi. Nah, berikut ini sejarah penuh cerita mengenai tes IQ. 

1. Asal mula tes IQ

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptaverywellmind.com

Jadi, apa itu "IQ," (kecerdasan intelektual)? Nah, istilah itu sendiri muncul pada tahun 1912, menurut Mensa International, melalui psikolog William Stern. Hari ini, kita mendefinisikan IQ sebagai skor terstandardisasi yang menentukan seberapa jauh peringkat di atas (atau di bawah) seorang peserta tes.

Tes modern pertama dilakukan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1884, tetapi tes IQ kontemporer dikembangkan oleh seorang psikolog Prancis bernama Alfred Binet, yang tidak dimaksudkan sebagai daya saing kecerdasan, melainkan permintaan pemerintah Prancis untuk mengidentifikasi siswa mana yang lebih semangat di sekolah dan siswa mana yang memerlukan bantuan tambahan. 

Ini yang akhirnya menciptakan skala Binet-Simon pada tahun 1905, yang dikembangkan lebih lanjut oleh Universitas Stanford, dan secara progresif berubah menjadi tes IQ yang kita kenal sekarang. Tapi Binet membuat skala ini untuk mengidentifikasi siswa berkebutuhan khusus, dan menurut Paul L. Houts, psikolog itu tidak suka ketika orang lain menyalahgunakan pekerjaannya untuk menguji kecerdasan orang yang tidak pernah menjadi tujuannya.

2. Bagaimana tes IQ ini bekerja? 

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptacreativitypost.com

Tes IQ memang menjadi kontroversi sejak awal. Seperti yang dicatat oleh Daphne Martschenko, Ph.D., pertanyaannya adalah apakah tes IQ bermanfaat (atau tidak) sering menjadi pokok perdebatan oleh banyak orang, seperti ilmuwan, peneliti, akademisi, dan lain sebagainya. Stephen Hawking, misalnya, ia bahkan tidak tertarik untuk mengetahui IQ-nya sendiri, dia pun pernah mengatakan kepada New York Times bahwa, "Orang-orang yang membual tentang IQ mereka adalah pecundang."

Kecerdasan adalah hal yang hampir tidak dapat dipahami, seperti yang dinyatakan oleh Guardian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi IQ seseorang dihasilkan pada waktu tertentu - dari pengaruh budaya, faktor alam vs pengasuhan, kecerdasan yang terkristalisasi, kecerdasan yang mengalir, atau makanan yang dikonsumai seseorang, sering kali menciptakan banyak argumen.

Tes IQ juga membingungkan ketika tes IQ "standar" berkenaan dengan jenis kelamin, ras, dan kelas sosial, menurut Independent. Atau ketika tes IQ melabeli anak-anak, seperti "berbakat" atau "tidak mampu" justru dapat berdampak pada karier akademis mereka, seperti yang ditulis NPR, dan biasanya merugikan siswa yang kurang beruntung. Kesimpulannya? IQ adalah subjek yang berantakan. 

3. Tes IQ melahirkan gerakan eugenika dan sterilisasi paksa

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptafaithandheritage.com

Sekarang, apa pun pendapat seseorang tentang tes IQ, salah satu masalah terbesarnya adalah timbulnya stigma di masyarakat, yaitu, kefanatikan, prasangka, kemampuan, dan sebagainya. Pada pertengahan abad ke-20, menurut Daphne Martschenko, tes IQ menjadi filosofi berbahaya dari mereka yang mempromosikan eugenika yang kemudian berpendapat bahwa kecerdasan ditentukan oleh faktor genetik dan faktor keturunan, seperti ras.

Tentu saja, sains tidak mendukung kefanatikan ini, tetapi eugenicists tetap menggunakan nilai IQ sebagai bukti untuk klasifikasi mereka yang bukan keturunan Anglo "idiot" atau "lemah pikiran". Sudut pandang ini mengarah pada keputusan tahun 1927 oleh Mahkamah Agung AS, yang mengesahkan sterilisasi paksa bagi mereka yang memiliki skor IQ rendah, termasuk yang cacat perkembangan, karena alasan egenetika. Akibatnya, 65.000 orang menjadi korban sterilisasi paksa.

Sayangnya, hubungan antara eugenika dan sejarah IQ tidak insidental. Henry Herbert Goddard adalah orang yang mengambil tes skala Binet-Simon dan mempromosikan penggunaan tes IQ di pengadilan, sekolah, dan prosedur imigrasi, dan menurut American Psychological Association, Goddard juga menyatakan bahwa sterilisasi wajib bagi individu yang "lemah", untuk mencegah melahirkan generasi "inferior". Jadi ya, tes IQ dan eugenika memiliki masa lalu yang gelap dan saling terkait. 

4. Tes IQ memiliki sejarah terkait rasisme

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptaverywellfamily.com

Pada 2014, buku A Troublesome Inheritance menyatakan bahwa otak manusia berevolusi secara berbeda sesuai dengan ras manusia, menggunakan nilai IQ rata-rata yang berbeda sebagai "bukti". Akibatnya, 139 pakar terkemuka menandatangani surat kepada New York Times, mengatakan buku itu telah melakukan "penyelewengan penelitian".

Namun, hubungan problematis antara bias pengujian IQ dan rasisme bukanlah hal baru. Skor tes IQ digunakan untuk membenarkan apartheid di Afrika Selatan, misalnya. Di Amerika Serikat, itu juga digunakan untuk membenarkan penentangan terhadap rencana kesejahteraan yang akan membantu anak-anak kulit hitam yang hidup dalam kemiskinan.

Bertentangan dengan teori konspirasi rasis, Mother Jones menunjukkan bagaimana kesenjangan rasial antara skor IQ dapat dipertanggungjawabkan karena faktor lingkungan. Kelompok terpinggirkan (misalnya, Irlandia-Amerika pada tahun 1900-an) sering mendapat nilai lebih rendah karena ketidaksetaraan kelas, penindasan sistemik, hambatan bahasa, dan sebagainya. Yang pada dasarnya, seseorang yang memiliki kekayaan, peluang, dan hak istimewa mendapat skor lebih tinggi pada tes IQ karena uang, kesempatan, dan hak istimewa mereka.

5. Ketika Dapartemen Kepolisian tidak menerima pelamar yang memiliki IQ terlalu tinggi 

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptacbsnews.com

Nilai tes IQ yang terlalu "tinggi" juga tidak selamanya suatu keberuntungan, lho. Begitulah yang dirasakan Robert Jordan, seorang pria Connecticut yang mencoba bergabung dengan kepolisian New London pada tahun 1996, seperti yang dilaporkan ABC News. Ia diminta untuk melakukan tes IQ standar. Jordan berhasil meraih nilai di atas rata-rata, yakni 125. Sayangnya, 125 justru berada di atas skor maksimum yang diterapkan, dan Jordan pun akhirnya tidak diterima. 

Itu adalah kebijakan departemen kepolisian New London yang hanya menerima pelamar dengan nilai tes dalam kisaran rata-rata, sekitar 100. Polisi berpendapat bahwa pelamar yang mendapat skor terlalu tinggi akan bosan dengan pekerjaan polisi. Jordan pun membawa kasusnya ke pengadilan dengan tuduhan diskriminasi. Namun ia kalah. Pada tahun 2000, Jordan membawa kasus ini ke Sirkuit Banding AS ke-2 dan mereka justru menguatkan keputusan pengadilan.

Baca Juga: 8 Cara Efektif Mengasah Kecerdasan Emosional (EQ) pada Dirimu

6. Tes standar yang dilakukan dalam dunia pendidikan justru menjadi masalah yang kompleks

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptanapavalleyregister.com

Sebagaimana dijelaskan oleh National Education Association, tes standar di seluruh sistem pendidikan AS merupakan tes IQ dari awal 1900-an. Inilah yang menjadi masalah rasial, terkait eugenika sebagai tes IQ. Demikian pula, tes IQ memperburuk perbedaan kelas dan ras, hal yang sama berlaku untuk pengujian standar, bias yang sering berfungsi untuk memperburuk ketidakseimbangan sistem pendidikan, dan membahayakan masa depan anak-anak.

Washington Post menunjukkan bahwa penekanan secara obsesif pada pengujian di Amerika Serikat berisiko tinggi menciptakan banyak masalah: tes ini melumpuhkan kreativitas, melumpuhkan pemikiran kritis, mendorong kecurangan, dan menipu kemajuan belajar seorang siswa. 

7. Jika IQ digunakan untuk mengukur sesuatu, itu berarti tidak bisa diterapkan pada dasar individu

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptanbcnews.com

Tapi jika sejarah IQ dipenuhi dengan banyak hal yang menghebohkan, mengapa IQ masih dipelajari hari ini, ya? Pertama, tidak ada artinya bahwa studi IQ hari ini berbeda dari studi IQ abad terakhir. Kedua, cara orang awam memandang IQ terlalu digampangkan, reduktif, dan tidak akurat, karena kita tidak bisa mengabaikan bagaimana faktor lingkungan dan sosial ekonomi mempengaruhi hasil tes seseorang.

Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam Jurnal Psikiatri Industri menemukan bahwa faktor yang paling mempengaruhi skor IQ anak adalah keluarga mereka, tingkat aktivitas fisik, pendapatan keluarga, dan pendidikan orang tua mereka. Jadi, anak-anak yang "lebih istimewa", dengan lebih banyak sumber daya, cenderung mendapatkan skor IQ yang lebih tinggi.

Fenomena ini patut dipertimbangkan, bukan sebagai cara untuk mengevaluasi masing-masing anak, tetapi sebagai cara untuk mempelajari tren yang luas. Penting juga untuk mempertimbangkan skor IQ sebagai ukuran "kecerdasan," dan mungkin menganggapnya sebagai alat prediksi, seperti yang dijelaskan Vox, karena ada sejumlah data mengejutkan tentang skor IQ sebagai prediktor kesehatan, umur panjang, dan kesejahteraan.

8. Apakah tes IQ memiliki sisi positif dan manfaatnya? 

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptatheconversation.com

Daphne Martschenko meyakini bahwa pengujian IQ dapat dimanfaatkan untuk kebaikan. Bagaimana? Ya, seperti yang dimaksudkan oleh Alfred Binet yaitu untuk mengidentifikasi anak-anak agar bisa mendapat manfaat dari pendidikan khusus. Jika diterapkan dengan benar, sabar, dan tidak ada persaingan, tes IQ bisa menolong anak-anak yang membutuhkan sedikit bantuan ekstra, dan juga menyoroti karyawan yang memiliki potensi tinggi namun terhalang oleh tantangan sosial ekonomi, pendapatan keluarga, penindasan, dan sebagainya.

Tujuan dari tes IQ bukanlah untuk menekankan beberapa siswa sebagai orang yang cerdas atau membuat siswa lain merasa lebih buruk, melainkan untuk mengidentifikasi ketidaksetaraan struktural yang menyebabkan beberapa orang untuk berhasil lebih mudah, sambil memberikan peluang baru bagi yang lain untuk menerima uluran tangan yang mereka butuhkan.

Bahkan, secara universal menyaring semua siswa melalui tes IQ, di usia muda, mampu meningkatkan representasi siswa berpenghasilan rendah dan minoritas dalam program pendidikan yang berbakat, menurut Prosiding National Academy of Sciences Amerika Serikat. Itu sebabnya penting untuk melihat semua sisi, untuk belajar dari kesalahan di masa lalu, dan menentukan apa yang menjadi jalan terbaik untuk masa depan. 

9. Tes IQ di media sosial

Penuh dengan Berbagai Kontroversi, Begini Awal Mula Tes IQ Terciptaiqworldtests.com

Kamu harus memahami bahwa setiap tes gratis yang kamu lakukan secara online, terutama jika itu memakan waktu lima menit, mungkin itu bukan tes IQ yang sah, lho. Seperti yang ditunjukkan oleh New Scientist, tes IQ dibuat oleh para profesional, dan kamu bisa menghabiskan lebih dari satu jam untuk menyelesaikannya, karena mereka menilai semuanya dari kecepatan pemrosesan mental, kemampuan spasial, hingga kosa kata.

Tes-tes ini tentu saja tidak menyenangkan dan tidak cepat. Jadi jika IQ adalah sesuatu yang membuat kamu tergoda lakukan dengan cara yang benar. Ketahuilah bahwa faktor-faktor yang memengaruhi skor kamu itu mungkin lebih berkaitan dengan hak istimewa dan gaya hidup daripada kecerdasan alami yang kamu miliki.

Nah, sudah tahu kan sejarah mengenai tes IQ. Kalau begitu, jangan sampai salah persepsi lagi ya. Semoga menambah pengetahuanmu. 

Baca Juga: Yuk Coba! Tes Ini Bisa Menebak Kecerdasan Seseorang dengan Akurat

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya