Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20

Menumpas ketidakadilan di masyarakat

Tahukah kamu, pernah ada masa ketika jurnalis dianggap seperti selebritas? Pada akhir 1800-an hingga 1920-an, tidak ada radio atau televisi di dunia, sehingga informasi didapatkan hanya dari mulut ke mulut atau surat kabar. Khususnya pelaporan investigasi, para penerbit sering mendanai liputan penyamaran karena dianggap mampu menarik perhatian pembaca.

Untuk membantu meningkatkan kecerdasan di era ketika perempuan hanya tinggal di rumah, penerbit surat kabar justru mempekerjakan mereka untuk mengungkap skandal besar. Nah, berikut kisah lengkapnya. 

1. Wartawan perempuan mengemban tugas yang berat di masa setelah Revolusi Industri

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20ilustrasi seorang pemilik surat kabar yang sedang duduk di kursi kantornya menikmati keuntungan (loc.gov)

Pada pergantian abad ke-20, Revolusi Industri membuat perubahan besar dalam kehidupan masyarakat dan juga pekerjaan, kondisi buruk pun menimpa mereka yang bekerja di pabrik-pabrik baru. Anak-anak dipekerjakan, selain itu, ada aturan dan hukum yang merendahkan orang kulit hitam. 

Dengan latar belakang inilah, muncul reporter perempuan pemberani. Mereka siap untuk menyamar dan melaporkan berita dengan detail yang kritis dan tajam. Khususnya, mengenai mereka yang hidup di daerah kumuh, rumah sakit jiwa, pabrik, dan banyak lainnya.

Tugas mereka begitu berat. Menurut laporan Smithsonian Magazine, wartawan perempuan ini mempertaruhkan reputasi, nyawa, dan tubuh mereka sendiri dalam membuka kesadaran masyarakat akan kondisi tidak manusiawi yang dialami mereka yang kurang beruntung. 

Memang, jurnalis lapangan ini sering diremehkan bahkan di penerbit koran mereka sendiri. Mereka juga dicemooh jurnalis laki-laki karena dianggap pintar memanipulasi situasi dan dituduh mengarang cerita, seperti yang ditulis Randall Sumpter di American Journalism. Namun demikian, karya mereka menghiasi halaman surat kabar terkenal dan organisasi berita resmi di seluruh dunia. 

2. Laporan jurnalis perempuan itu sangat menghibur dan menginspirasi

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20ilustrasi jurnalis perempuan (smithsonianmag.com)

Twin Cities PBS mencatat bahwa beberapa di antara jurnalis perempuan yang populer adalah Winifred Mulcahey, Eleanor Stackhouse Atkinson, dan Alice Ramsey. Kehadiran perempuan-perempuan ini sangat ditentang, terutama bagi mereka yang merasa terancam dengan laporannya.

Mereka dituduh mempraktikkan jurnalisme kuning. Dilansir Encyclopedia Britannica, istilah ini mengacu pada jenis pelaporan yang sensasional, menjadi perseteruan yang berkelanjutan antara dua orang terkaya di Amerika, yang kebetulan memiliki surat kabar.

Seperti dicatat oleh JSTOR Daily, banyak tuduhan berita palsu, terutama berita yang ditulis oleh perempuan yang berusaha mengungkap ketidaksetaraan sosial. Namun, fitnah ini pun tidak dapat menghentikan reporter investigasi perempuan untuk terus meliput berita. 

3. Nama samaran bagi para reporter perempuan

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20ilustrasi mesin tik (pexels.com/Dzenina Lukac)

Karena pekerjaan ini sangat berbahaya, banyak reporter perempuan yang menggunakan nama samaran. Banyak dari mereka yang tidak diketahui identitas aslinya. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan apresiasi atas pekerjaan tersebut. 

Seperti yang ditunjukkan Jean Marie Lutes di American Quarterly, menggunakan nama samaran memang diperlukan bagi banyak reporter ini. Bahkan, penerbit surat kabar menyarankan agar mereka memiliki lebih dari satu nama samaran untuk meliput banyak investigasi.

4. Nellie Bly menjadi panutan 

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20potret Nellie Bly (vox.com)

Salah satu reporter perempuan yang patut disoroti di zaman tersebut adalah Elizabeth Cochrane atau yang menggunakan nama samaran Nellie Bly. Pada tahun 1880-an, dia terjun ke lapangan untuk mengungkap kebenaran di daerah kumuh Amerika Serikat dan Meksiko. Dia kemudian beralih ke aksi yang lebih berisiko seperti menyamar menjadi orang yang menderita gangguan jiwa.

Perempuan ini bekerja di Pittsburgh Dispatch pada tahun 1885 setelah dengan sengit memprotes kesetaraan perempuan pada surat kabar tersebut. Alih-alih menulis tentang resep dan fokus pada tulisan untuk perempuan, ia memanfaatkan nama samarannya untuk menyamar dan menulis tentang ketidaksetaraan sosial di Pittsburgh, seperti yang dicatat oleh History Extra.

Konten progresifnya dikeluhkan oleh para pengiklan. Namun, Bly justru memberanikan diri untuk melaporkan kondisi di pedesaan Meksiko selama hampir 6 bulan sebelum akhirnya kembali ke AS agar tidak dijebloskan ke penjara. 

Baca Juga: 12 Fakta Sejarah Jurnalisme Kuning, Berita yang Sarat Sensasi

5. Winifred Black, reporter perempuan yang meliput zona berbahaya

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20potret Winifred Black (britannica.com)

Reporter perempuan lainnya adalah Winifred Black. Ia diketahui pernah menyelinap ke gerbong kereta untuk mewawancarai Presiden Benjamin Harrison pada tahun 1892, seperti yang diceritakan Encyclopedia.com.

Black menulis untuk San Francisco Examiner dengan nama samaran Annie Laurie. Pencapaian besar pertamanya ketika ia menyelidiki sebuah rumah sakit yang memperlakukan orang miskin dengan tidak semestinya. 

Ia memang memberikan perhatian lebih ke masyarakat kelas bawah terkait penanganan kesehatan. Dirinya bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk menceritakan salah satu koloni penderita kusta di Hawaii, seperti yang dijelaskan oleh San Francisco Chronicle.

Black pernah menyamar menjadi laki-laki untuk meliput zona bencana seperti banjir Galveston tahun 1900 dan gempa bumi San Francisco tahun 1906. Penyamarannya ini juga dilakukannya di garis depan Perang Dunia I. Ia juga menjadi salah satu dari delapan perempuan yang melaporkan penandatanganan Perjanjian Versailles. Tulisannya meliputi pengadilan pembunuhan hingga kampanye politik.

6. Eva McDonald Valesh membela tenaga kerja perempuan yang diperlakukan tidak adil

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20Eva McDonald Valesh menyamar sebagai pekerja untuk mengekspos kondisi kerja yang tidak layak di pabrik. (literaryladiesguide.com)

Kondisi pekerja di akhir 1800-an sangatlah buruk, terutama bagi perempuan, yang digaji lebih rendah dan diberi tunjangan yang tidak layak. Salah satu reformis untuk kaum perempuan adalah Eva McDonald Valesh. Ia menyamar di pabrik-pabrik di Minnesota untuk mendokumentasikan ketidakadilan yang diterima para pekerja perempuan. 

Valesh pernah menjadi pekerja anak di sebuah toko percetakan, seperti yang dirinci MNopedia. Saat menjadi reporter, dia menyamar di sebuah pabrik garmen dan membantu para perempuan di sana untuk melakukan pemogokan, hanya beberapa minggu setelah ia menerbitkan "Eva Gay" di St Paul Globe pada tahun 1888. Valesh juga menjadi salah satu dari sedikit wanita yang melaporkan ledakan USS Maine di Kuba pada tahun 1898, yang ditugaskan oleh William Randolph Hearst untuk Jurnal New York.

National Park Service mencatat bahwa Valesh adalah pembicara publik dan aktivis buruh. Dia adalah anggota Komite Nasional Demokrat sebelum perempuan dapat memilih dan menasihati calon presiden William Jennings Bryan tentang masalah buruh. Dia bekerja sebagai korektor untuk New York Times selama beberapa dekade dan meninggal pada tahun 1956 pada usia 90 tahun.

7. Elizabeth Banks memperkenalkan jurnalisme muckraking ke Inggris

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20potret Elizabeth L. Banks (commons.wikimedia.org)

Dilansir Canterbury Christ Church University, Elizabeth Banks lahir pada tahun 1865, tetapi ia memalsukan tahun kelahirannya, yakni tahun 1870. Dia pindah ke Inggris pada tahun 1890-an setelah bertugas sebagai sekretaris duta besar Amerika untuk Peru.

Banks menjadi reporter dan menyamar untuk mengungkap penderitaan orang miskin London. University of British Columbia Press mencatat bahwa ia menulis untuk beberapa surat kabar paling populer di sana dengan nama samaran Mary Mortimer Maxwell atau Enid.

Banks juga menulis tentang eksploitasi dan fakta sebenarnya menjadi seorang wanita Amerika di Inggris dalam serangkaian buku. Yang paling terkenal adalah autobiografinya, The Remaking of an American.

8. Catherine Hay Thompson dan kontribusinya pada pembaharuan sistem kesehatan

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20Catherine Hay Thomson menyamar sebagai asisten perawat untuk menyelidiki kondisi Rumah Sakit Melbourne. (newsroom.unsw.edu.au/Perpustakaan Nasional Australia)

Jurnalisme bukan saja terbatas di AS. Di Australia, Catherine Hay Thompson, seorang guru dan aktivis sosial, ia menyamar selama setahun penuh untuk menyelidiki kondisi di sebuah suaka sebelum aksi yang dilakukan Nellie Bly di New York. 

Dalam penyamarannya, Thompson bekerja sebagai asisten perawat di Rumah Sakit Jiwa Kew Asylum pada tahun 1886. Dari sana, ia menulis artikel berjudul The Female Side of Kew Asylum untuk penerbit The Argus, seperti yang dilaporkan The Conversation

Hal ini mendorong perbaikan sistem perawatan kesehatan, serta meningkatkan standar bagi pekerja kesehatan dan pasien. Selama 20 tahun, dia melaporkan realitas suram kehidupan perkotaan di pergantian abad. 

Pada tahun 1889 Thompson menjadi salah satu pendiri The Sun, sebuah surat kabar yang berbasis di Melbourne, sebagaimana dirinci oleh AustLit. Obituari 1932 memujinya sebagai pionir reformis yang mewakili perempuan Australia baik di dalam maupun di luar negeri.

9. Kontribusi jurnalis perempuan

Sejarah Jurnalis Investigasi Perempuan pada Pergantian Abad ke-20ilustrasi jurnalis perempuan (womeninjournalism.org)

Faktanya, selama ini reporter perempuan dipandang rendah oleh politisi. Meskipun begitu, jurnalis perempuan pada pergantian abad ternyata memiliki kontribusi yang besar hingga ke era kita, lho.

Seperti yang ditunjukkan Randall Sumpter dalam American Journalism, dengan mengungkap perlakuan kejam di rumah sakit jiwa, undang-undang dan peraturan yang tidak adil bagi kaumnya, reporter perempuan ini bisa dibilang memegang peran penting dalam beberapa dekade untuk reformasi progresif.

Keberanian, keteguhan hati, dan kemauan untuk mengunjungi tempat asing yang tidak dipedulikan orang lain, menjadi ciri khas reporter perempuan pada pergantian abad ke-20. Jelas, perempuan selalu mengalami diskriminasi, akan tetapi kontribusinya sangatlah penting bagi sejarah.

Baca Juga: Sejarah Sidik Jari, Salah Satu Fitur Manusia yang Penting

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya