Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!

Kremasi penuh dengan kontroversi lho di setiap zaman

Dalam sejarah, ada praktik yang disebut kremasi. Mungkin kremasi bukan hal yang asing bagi kalian. Meskipun ada banyak budaya dan tradisi agama yang mempraktikkan penguburan (juga dikenal sebagai "inhumation") atau metode lain, seperti praktik penguburan langit Zoroaster di Menara Keheningan, tetapi kremasi menjadi tradisi yang semakin meluas hari ini.

Kremasi menjadi metode paling populer untuk menangani jenazah di beberapa negara, dan menjadi praktik utama di beberapa budaya lain, dengan lebih dari tiga perempat orang di India menggunakan kremasi dan hampir 100 persen dilakukan di Jepang, ungkap Neptune Society. Tapi bagaimana praktik ini bisa ada dan populer? Berikut adalah sejarah kremasi yang jarang diketahui.

1. Kremasi sudah ada sejak 30 ribu tahun yang lalu

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!Arkeolog John Mulvaney (kanan) di Danau Mungo, 1974 (dok. National Archives of Australia)

Bukti arkeologis yang ditemukan dari Australia menunjukkan bahwa kremasi sudah ada sejak lama. Situs yang dimaksud, terletak di negara bagian New South Wales, Australia timur dekat Danau Mungo, berisi bukti kremasi yang berasal dari era Pleistosen, menurut jurnal World Archaeology yang diterbitkan tahun 2010.

Situs tersebut, bertanggal sekitar 25.000 hingga 32.000 tahun yang lalu, berisi bukti tempat tinggal manusia, peralatan batu, dan sisa-sisa kerangka manusia yang terbakar. Terlebih lagi, tulang-tulang itu dihancurkan setelah proses kremasi.

Fragmen tulang yang ditemukan di situs Danau Mungo diidentifikasi sebagai seorang gadis, yang dikenal sebagai "Mungo I". Setelah sisa-sisa yang dikremasi dipecah, abu dan fragmen tulang disimpan di pemakaman yang dekat dengan api.

2. Banyak budaya yang memiliki sejarah panjang terkait kremasi

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!ilustrasi lukisan proses kremasi Patroclus oleh Jacques-Louis David, di Galeri Nasional Irlandia, Dublin (commons.wikimedia.org)

Dikutip laman Encyclopedia.com, Yunani kuno akan mengkremasi para tentara yang gugur, suatu kehormatan yang dijelaskan dalam "Iliad" dan "Odyssey" oleh penyair kuno Homer. Kaisar Romawi kuno, juga sering dikremasi untuk menyempurnakan kepercayaan mereka.

Dalam agama Hindu, praktik ini terkait dengan reinkarnasi. Kremasi juga populer dalam kelompok Buddha, terutama karena Buddha sendiri dikremasi setelah ia meninggal, yang terjadi antara abad ke-6 dan ke-4 SM, tulis Britannica.

3. Bangsa Viking memiliki tradisi kremasi yang cukup unik

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!Ilustrasi lukisan dari pemakaman seorang Viking, tubuhnya ditempatkan di atas perahu yang dibakar. Kerumunan tentara Viking mengangkat tangan dan senjata saat kapal yang terbakar membawa jenazah ke laut. (commons.wikimedia.org/Manchester Art Gallery)

Dalam hal tradisi kematian, bangsa Viking terkenal dengan "pemakaman Viking". Seperti yang dilaporkan History, Viking (juga dikenal sebagai bangsa Nordik) memiliki berbagai cara untuk menghormati orang yang telah meninggal.

Praktik-praktik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori, kremasi dan penguburan. Pemakamannya mulai dari kuburan sederhana hingga kuburan megah yang dipenuhi harta karun dan bahkan kapal, ungkap University of Cambridge. Kremasinya sendiri lebih sering dilakukan di atas tumpukan kayu di dalam kapal, yang kemudian di hanyutkan ke laut.

Namun, kremasi menjadi pilihan yang cukup populer dalam nangsa Nordik. Dalam Ynglinga Saga, yang ditulis pada abad ke-12, "Demikianlah ia menetapkan dengan hukum bahwa semua orang mati harus dibakar, dan barang-barang mereka diletakkan bersama mereka di atas tumpukan, dan abunya dibuang ke laut atau dikubur di bumi."

4. Kekristenan Abad Pertengahan sangat menentang kremasi

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!ilustrasi prosesi pemakaman pada kuartal terakhir abad ke-14 (dok. British Library)

Sebagaimana yang ditulis The Guardian, pada saat Abad Pertengahan, orang-orang Kristen di Eropa berkomitmen untuk menguburkan orang yang sudah mati bukan mengkremasinya. Mereka beralasan bahwa, pada kebangkitan umat beriman nanti, mereka membutuhkan tubuh mereka secara fisik.

Itulah mengapa orang-orang yang dianggap terlalu berdosa bagi masyarakat — seperti penyihir atau orang yang meninggal karena bunuh diri, dikuburkan di luar kuburan suci. Meskipun mereka tetap dikuburkan, pemakaman mereka tidak dipimpin pendeta.

Bagi orang Kristen yang baik, kremasi juga diasosiasikan dengan orang-orang kafir yang tidak bertuhan, hal ini tertulis dalam buku "A History of the Church".

Baca Juga: Sejarah Anglo-Zanzibar, Perang Tersingkat dalam Sejarah

5. Jepang memiliki sejarah panjang terkait kremasi yang cukup rumit

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!ilustrasi dari "Sketches of Japanese Manners and Customs", oleh J. M. W. Silver, yang diterbitkan di London pada tahun 1867 (commons.m.wikimedia.org/Project Gutenberg)

Sepanjang sejarahnya, Jepang sangat menyukai kremasi, terutama karena banyak penduduknya mempraktikkan agama Buddha yang ramah kremasi selama bertahun-tahun, lapor JSTOR Daily. Kremasi dianggap sebagai praktik yang higienis, karena menghindari segala potensi kontaminasi (fisik atau spiritual) dari jenazah. Dua tokoh terkemuka abad kedelapan, termasuk Kaisar Jito, juga dikremasi, membuat praktik ini semakin populer.

Dengan adanya era Meiji pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 muncul keinginan untuk "memodernisasi" Jepang. Penerapan ini dianggap membuang praktik Buddha kuno seperti kremasi. Kremasi bahkan dilarang pada tahun 1873, meskipun dekrit itu dicabut hanya dua tahun kemudian. Seiring berjalannya waktu, meningkatnya populasi, dan semakin sedikitnya ruang untuk mengubur jenazah, kremasi kembali dibangkitkan di Jepang modern.

6. Intelektual dan revolusioner membawa kembali praktik kremasi ke Eropa

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!William Price dikremasi di depan umum pada tahun 1893. Membuka jalan terciptanya Cremation Act of 1902. (reformation.org)

Di Eropa, ada era di mana ortodoksi Kristen menganggap pembakaran tubuh sebagai penistaan. Seperti yang dikatakan oleh Architectural Review, semua mulai berubah ketika penjajah Eropa masuk ke wilayah India.

Mereka yang lebih progresif dan berpikir ilmiah mulai menunjukkan minat pada praktik kremasi ketika abad ke-19 bergerak maju, meskipun mereka masih menghadapi perlawanan yang cukup besar dari gereja dan otoritas pemerintah. Bahkan, beberapa kremator aspirasional ditangkap dan diadili.

Kremasi menjadi sangat populer di antara mereka yang ingin menjauh dari aturan gereja Kristen. How Stuff Works mencatat bahwa, selama Revolusi Prancis, beberapa orang memilih kremasi sebagai cara untuk mengadakan pemakaman tanpa gereja.

7. Kremasi dijadikan solusi untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!ilustrasi prosesi pemakaman oleh George Du Maurier untuk Harper's New Monthly Magazine (dok. Dorset County Council Library Service)

Meningkatnya minat dan penerimaan publik terhadap sains pada abad ke-18 dan ke-19 membantu mendorong orang Eropa untuk menerima kremasi. Pendukung kremasi abad ke-19 mempresentasikan metode ini sebagai salah satu cara teraman untuk menangani mayat. Bagaimanapun, era tersebut diwarnai dengan pandemi dan kuburan yang semakin penuh, membuat banyak jenazah membusuk.

Banyak dari advokasi ini bertumpu pada teori racun, sebuah gagasan yang sekarang dibantah, yang meyakini bahwa bau yang timbul dari mayat dapat menyebabkan penyakit pada orang yang hidup, seperti yang dijelaskan dalam buku "Encyclopedia of Cremation".

8. Perkembangan teknologi membantu membuka jalan bagi kremasi modern

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!Tungku kremasi di krematorium Pere laChaise, Paris, Prancis. Ilustrasi ini diterbitkan pada tahun 1888 saat bangunannya sedang dibangun. (fineartamerica.com/Universal History Archive/uig)

Diperdebatkan, alasan mengapa kremasi butuh waktu lama untuk diterima di beberapa budaya adalah, untuk menghancurkan tubuh secara menyeluruh, api harus menyala sangat panas dalam waktu yang lama. Bagi mereka yang mungkin meninggal di pedesaan Eropa atau pusat kota yang ramai, tidak ada fasilitas yang tersedia untuk melakukan proses kremasi ini. Jadi, pemakaman dianggap lebih mudah.

Seperti yang dilaporkan oleh Architectural Review, perancang krematorium awal harus mencari tahu di mana menempatkan tungku dan cerobong asap agar proses kremasi berjalan maksimal, dan proses pembakarannya tidak terlihat oleh pelayat.

Alat dan struktur ini disempurnakan selama bertahun-tahun, menjadikan kremasi sebagai proses yang semakin efisien dan modern. Semakin canggihnya teknologi, juga terciptalah cremulator, alat untuk memproses sisa fragmen tulang menjadi bubuk.

9. Kremasi pertama di Amerika Serikat sangat diperdebatkan

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!Ilustrasi krematorium pertama yang dibangun di AS pada tahun 1876 oleh Francis Julius LeMoyne. (cremationinstitute.com)

Pada tahun 1876, kremasi modern pertama telah diakui secara luas di Amerika Serikat. Atlas Obscura melansir kabar bahwa Joseph Henry Louis Charles, seorang bangsawan kecil Eropa, memiliki fobia dikubur hidup-hidup. Itulah sebabnya, ia memilih di kremasi setelah kematiannya. 

Namun orang Amerika, seperti orang-orang di Eropa, enggan membuang tradisi penguburan. Orang-orang anti-kremasi juga berpendapat bahwa praktik tersebut dapat menghancurkan bukti yang diperlukan untuk persidangan kriminal di kemudian hari, dan menolak gagasan bahwa mayat yang membusuk menjadi masalah kesehatan.

Namun, advokat kremasi Dr. Francis Julius LeMoyne bersikeras untuk mengkremasi Charles, ia membangun krematorium di tanah miliknya sendiri.

10. Gereja Katolik cukup lama menerima praktik kremasi

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!ilustrasi upacara pemakaman Katolik (cremationinstitute.com)

Pada awal abad ke-20, anggota Gereja Katolik sangat menentang kremasi. Dikutip Catholic Encyclopedia, mereka percaya bahwa tubuh manusia yang utuh (akan dipulihkan dari efek pembusukan selama beberapa dekade atau berabad-abad) untuk bergabung dengan Kristus pada saat kedatangan-Nya kembali.

Namun, dalam beberapa dekade sejak itu, banyak hal telah berubah. Seperti yang dicatat CNN, Gereja Katolik sekarang secara resmi menerima praktik kremasi, meskipun Vatikan telah menetapkan aturan yang melarang beberapa praktik yang sekarang umum seperti pelarungan abu kremasi.

11. Meningkatnya kremasi dirasakan karena kurangnya lahan untuk pemakaman

Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!ilustrasi krematorium (unsplash.com/The Good Funeral Guide)

Bagi banyak orang, kremasi semakin diterima bukan karena pergeseran teologis atau pertimbangan ulang budaya, justru karena masalah kepraktisannya.

Faktanya, komunitas modern menghadapi masalah terkait kurangnya lahan kuburan atau kuburan yang semakin penuh. Bahkan, beberapa komunitas harus membongkar dan memindahkan sisa-sisa tulang belulang yang sudah lama untuk menempatkan jenazah baru.

Oleh sebab itu, kremasi semakin populer di lingkungan perkotaan yang padat. Itulah salah satu alasan mengapa begitu banyak masyarakat urban di Jepang lebih memilih untuk dikremasi.

Kremasi memang berkaitan erat dengan tradisi, budaya, dan kepercayaan di Indonesia. Meskipun begitu, di dunia, kremasi memiliki sejarah panjangnya tersendiri yang penuh dengan pertentangan dan pergeseran zaman.

Baca Juga: Sejarah Kawat Gigi, Metode Merapikan Gigi dari Zaman Kuno

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah
  • Bayu Aditya Suryanto
  • Mohamad Aria

Berita Terkini Lainnya