Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerika

Beberapa kali ditindas oleh pemerintah AS

The Diné, juga dikenal sebagai suku Navajo, memiliki sejarah panjang di Amerika Utara. Terlepas dari ancaman penjajah Spanyol dan Amerika, Diné berhasil bertahan selama berabad-abad. Menurut U.S. Census, suku Navajo memiliki lebih dari 300 ribu anggota. Ini menjadikannya suku pribumi terbesar kedua di Amerika Serikat, setelah Suku Cherokee. Diné yang saat ini tinggal di reservasi memiliki kisah bersejarah yang penuh dengan penderitaan.

Dilansir laporan The Washington Post, karena banyaknya perjanjian yang dilanggar Amerika selama bertahun-tahun. Pada 2014, Amerika Serikat memberikan dana 554 juta dolar AS atau setara Rp8,3 triliun sebagai ganti rugi atas kesalahan pemerintah AS dalam mengelola sumber daya alam dan dana di wilayah tersebut. Akan tetapi, uang itu tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami suku Navajo selama ini. Berikut adalah sejarah suku atau bangsa Navajo.

1. Asal usul suku Navajo

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerikapotret veteran pembicara kode Navajo dalam upacara pembukaan Hari Jadi Ke-93 Parade Hari Veteran Kota New York. (commons.wikimedia.org/Foto Resmi Korps Marinir oleh Kopral Bryan Nygaard)

Saat ini, suku Navajo tinggal di Amerika Serikat bagian barat daya, tetapi asal-usulnya meluas ke Amerika Utara. Meskipun mayoritas suku Navajo tinggal di barat laut Kanada, beberapa bermigrasi dari Sub-Arktika ke wilayah Four Corners saat ini. Dalam buku berjudul Diné: A History of the Navajos karya von Peter Iverson, penelitian arkeologi menunjukkan bahwa Diné mencapai barat daya pada tahun 1100-an.

Saat ahli bahasa mengklasifikasikan bahasa asli Amerika Utara, mereka menemukan bahwa bahasa Diné dan Apache memiliki kemiripan dengan rumpun bahasa Athabaskan. Tidak hanya dalam kosakata, tetapi kemiripan juga ada dalam struktur gramatikalnya. Ortografi dibakukan oleh William Morgan dan Robert Young pada 1940-an. Bahasa suku Navajo digunakan dalam Perang Dunia II oleh Korps Marinir AS hingga lebih dari 400 suku Navajo ditugaskan untuk mengirimkan pesan.

Saat itu, tidak banyak yang mengetahui bahasa Diné sehingga dibuat kode dari kata-kata Diné yang tidak dapat dipahami oleh orang Jepang. Pembicara Kode sangat penting dalam upaya perang. Mayor Howard Connor menyatakan, "Jika bukan karena Navajo, marinir tidak akan pernah merebut Iwo Jima." Terlepas dari pekerjaan penting dari Pembicara Kode, mereka tidak menerima pujian atas upaya mereka hingga 1992.

2. Perdagangan dan interaksi sosial suku Navajo dengan sekitar

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di AmerikaKeluarga penduduk asli Amerika (Navajo) berpose di dekat hogan kayu di Bluff City, Utah. (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Penduduk asli di Amerika Utara menciptakan jalur perdagangan yang luas. Ini memungkinkan banyak pergerakan dan interaksi budaya. Menurut buku A Diné History of Navajoland oleh Klara Kelley dan Harris Francis, selain berburu, suku Navajo juga menanam jagung, labu, dan kacang-kacangan untuk diperdagangkan. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa pertanian terkonsentrasi dengan baik di Black Mesa bagian utara.

Saat suku Navajo mencapai wilayah Four Corners, mereka mulai berinteraksi dan menikah dengan suku Pueblo dan terlibat dalam aliansi, konflik politik, serta militer. Perempuan-perempuan dari Pueblo memperkenalkan suku Navajo untuk beternak domba. Namun, beberapa suku Navajo tidak menetap dan memilih untuk bepergian ke wilayah lain. Perbedaan ini membuat mereka berdagang dengan berbagai macam orang, seperti Utes, Hualapai, Mescalero, dan Yavapai.

3. Mengedepankan tradisi musyawarah

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerikailustrasi suku Navajo saat berkumpul (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Alih-alih memiliki pemerintahan terpusat, suku Navajo memiliki kepemimpinan lokal di antara serangkaian kelompok otonom. Menurut buku Navajo Sovereignty: Understandings and Visions of the Diné People, yang ditulis oleh Lloyd L. Lee, di klan matrilineal, terdapat sistem pemerintahan sendiri. Adapun, para pemimpin dipilih melalui konsensus. Mereka menganut sistem demokrasi partisipatif dan musyawarah untuk menjaga nilai-nilai perdamaian dan kerja sama.

Prinsip-prinsip ini yang nantinya memandu perjanjian perdagangan, perdamaian, dan aliansi militer dengan kelompok pribumi lainnya, Spanyol, serta Amerika Serikat. Sebelum Kepala Barboncito menegosiasikan perjanjian dengan Jenderal Sherman, dia sempat bertemu dengan rakyatnya pada 27 Mei 1868. Poin-poin yang disampaikannya kepada komisi Sherman diputuskan oleh suku Navajo secara komunal. Terlepas dari kesatuan internal ini, suku Navajo sebagai sebuah bangsa adalah serangkaian kelompok yang terpisah. 

4. Suku Navajo dan penjajah Spanyol

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerikailustrasi Pemberontakan Pueblo (commons.wikimedia.org/Loren Mozley)

Pada tahun 1500-an, orang Spanyol kesulitan untuk membedakan kelompok-kelompok pribumi, tetapi mereka mulai menyadarinya dari kesamaan di antara bahasa dan ritual suku Navajo. Pada tahun 1626, Diné pertama kali disebut sebagai "Navajo" oleh Fray Geronimo de Zarate Salmeron, yang pernah menulis tentang orang Indian Apache di Navaju. Orang Spanyol curiga terhadap aliansi suku Navajo dengan suku Pueblo. Lantas, Spanyol sering menyerang dan menculik suku Navajo.

Suku Navajo lebih menderita dari kelompok pribumi lainnya karena diperbudak oleh Spanyol. Perempuan dan anak-anak menjadi sasaran khusus dalam perbudakan ini. Dalam buku Navajo Sovereignty: Understandings and Visions of the Diné People, diperkirakan lebih dari 66 persen dari semua keluarga suku Navajo kehilangan anggotanya karena perbudakan pada awal tahun 1800-an.

Suku Navajo sering menyerang orang-orang Spanyol atas aksi pembalasan. Pada tahun 1680, mereka bersatu dengan suku Pueblo untuk melawan Spanyol, yang juga telah menyerang dan meneror suku Pueblo selama bertahun-tahun. Meskipun Spanyol dipukul mundur untuk sementara waktu, pada tahun 1693, Spanyol kembali merebut Lembah Rio Grande. Selama waktu ini, suku Pueblo yang melarikan diri dari Spanyol bergabung dengan suku Navajo, yang akhirnya menciptakan percampuran budaya.

5. Peristiwa Perjalanan Panjang Navajo (The Long Walk of the Navajo)

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerikapotret Perjalanan Panjang Navajo, 1864 (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Hubungan antara suku Navajo dan penjajah tidak membaik saat mereka berhadapan dengan Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 1846 selama Perang Meksiko–Amerika Serikat. Antara interaksi pertama mereka dengan Amerika pada tahun 1846 dan kembalinya mereka ke tanah leluhur pada tahun 1868, suku Navajo menandatangani sembilan perjanjian terpisah dengan AS meskipun hanya dua yang akan diratifikasi.

Sama seperti Spanyol, pemerintah AS ingin perjanjian yang ditandatangani oleh beberapa suku Navajo dapat berlaku untuk seluruh suku. Tidak ada pertimbangan yang diberikan pada struktur politik mereka yang terdesentralisasi. Namun, pada akhirnya, AS justru ingin melenyapkan penduduk asli ketimbang bernegosiasi dengan mereka.

Dilansir laman Library of Congress, pada tahun 1863, Angkatan Darat AS mengumpulkan hampir 10 ribu suku Navajo dan 500 orang dari suku Apache dari tempat yang sekarang disebut Arizona dan New Mexico. Pemerintah AS secara paksa menggiring mereka dengan todongan senjata untuk berjalan ke Reservasi Bosque Redondo. Selama 18 hari berjalan, ratusan orang meninggal karena kondisi ekstrem tersebut. Mereka yang sudah lanjut usia, sakit, atau terlalu lamban biasanya akan ditembak dan ditinggalkan. Pawai kematian ini dikenal sebagai Perjalanan Panjang Navajo.

6. Penampungan Bosque Redondo dianggap sebagai penjara bagi suku Navajo

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerikapotret suku Navajo yang tertawan di Fort Sumner, Bosque Redondo pada 1860-an (commons.wikimedia.org/U.S. Army Signal Corps)

Setelah berjalan sejauh 643 kilometer, suku Navajo dan Apache akhirnya mencapai Bosque Redondo. Meskipun Amerika Serikat mengklaim bahwa wilayah itu adalah reservasi, itu adalah wilayah padang pasir yang hampir mustahil untuk bertani. Sebelumnya, suku Navajo diberi tahu bahwa mereka akan dibawa ke tempat yang baik, tetapi justru sebaliknya.

Suku-suku ini tidak diizinkan keluar dari reservasi, tetapi beberapa dari mereka nekat melarikan diri. Tentu saja hal ini membahayakan diri sendiri dan orang yang mereka cintai. Akan tetapi, mereka menganggap bahwa aksi itu sepadan dengan risikonya. Diperkirakan bahwa lebih dari 1.500 orang melarikan diri dari Reservasi Bosque Redondo.

Mengutip tulisan di New Mexico Historic Sites, suku Navajo dan Apache tidak boleh mempraktikkan tradisi mereka lagi karena AS berharap untuk mengasimilasinya. Selain itu, air bersih dan makanan sulit didapatkan. Makanan yang diberikan pemerintah Amerika justru sering membuat mereka sakit. Akibatnya, penyakit seperti cacar, radang paru-paru, dan disentri banyak menjangkiti mereka. 

Baca Juga: 5 Fakta Rangkong Papan, Burung Magis Suku Dayak

7. Pengembalian sebagian hak-hak suku Navajo

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di AmerikaSeorang suku Navajo memandangi tanah leluhurnya di Lembah Monumen, Utah. (commons.wikimedia.org/katsrcool)

Setelah 5 tahun berada di Reservasi Bosque Redondo, suku Navajo menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat pada tahun 1868. Tujuannya agar mereka bisa kembali ke Dinétah, tanah leluhur mereka. Dikenal sebagai Naal Tsoos Saní 'Kertas Lama', dokumen tersebut juga dikenal sebagai Perjanjian Bosque Redondo atau Perjanjian Navajo tahun 1868.

Perjanjian itu juga mencakup ketentuan seperti bahwa anak-anak Pribumi wajib menerima pendidikan, biasanya di sekolah berasrama pemerintah dan misionaris. Namun, perjanjian itu disebut-sebut sebagai ketergantungan suku Navajo kepada AS. Penandatanganannya menegaskan bahwa kedaulatan Diné berada di bawah penindasan pemerintah Amerika Serikat.

8. Masalah perubahan reservasi

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerikapotret anggota Reservasi Alamo Navajo (commons.wikimedia.org/jclarson)

Meskipun sebagian dapat kembali ke tanah leluhur mereka, suku Navajo masih menderita di tangan pemerintah Amerika Serikat. Suku Navajo adalah satu-satunya kelompok pribumi yang berhasil merebut tanah mereka melalui perjanjian. Dilansir kabar Smithsonian Magazine, suku Navajo diberikan reservasi seluas 3,4 juta hektare atau hanya sekitar seperempat dari wilayah mereka. Dalam penandatanganan perjanjian tersebut, suku Navajo juga dipaksa menyerahkan hak tanah mereka untuk pembangunan jalan, rel kereta api, dan pos militer.

Namun, karena batas reservasi tidak ditentukan secara fisik, hanya sedikit dari suku Navajo yang mematuhi batas yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Akan tetapi, kongres dan perintah eksekutif dari Presiden Rutherford B Hayes justru menambahkan tanah ke Reservasi Navajo pada tahun 1878 dan 1880, dalam artian mereka melegalkan pergerakan suku Navajo.

Pada tahun 1882, perintah eksekutif lainnya dilakukan oleh Presiden Chester A Arthur. Ia menetapkan reservasi untuk suku Hopi di wilayah suku Navajo. Hal ini menyebabkan relokasi antara suku Hopi dan suku Navajo dan hak untuk menduduki tanah tersebut masih menjadi masalah sengketa hingga hari ini.

9. Suku Navajo harus menyewa tanah yang dicuri pemerintah Amerika

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di AmerikaPerempuan Navajo sedang mewarnai wol untuk membuat permadani khas Indian Navajo. (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Dalam Naal Tsoos Saní, ada ketentuan yang mengizinkan suku Navajo memanfaatkan tanah untuk pertanian individu. Dokumen ini menunjukkan investasi berkelanjutan Amerika Serikat dalam menghalangi penduduk asli dari praktik komunal mereka. Hal ini mengarah pada Undang-Undang Dawes tahun 1887 atau juga disebut Undang-Undang Penjatahan Umum yang ditulis oleh Senator Henry Dawes dari Massachusetts. Undang-undang tersebut mengizinkan AS untuk memecah tanah reservasi menjadi kecil untuk dibagikan kepada setiap individu. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk melindungi hak milik penduduk asli meskipun kenyataannya justru sebaliknya.

Namun, tanah yang diberikan pemerintah ini tidak cocok untuk pertanian. Sementara itu, setiap tanah yang tidak diberikan dianggap sebagai "tanah surplus" oleh pemerintah dan dijual kepada nonpribumi. Sementara, tanah yang diberikan kepada pribumi akan terus dipercaya oleh pemerintah AS selama 25 tahun. Indian Land Tenure Foundation mengatakan bahwa sebagai akibat dari tindakan tersebut, kepemilikan tanah pribumi berubah dari 138 juta hektare menjadi 48 juta hektare pada 1934 dan sewa tanah masih menjadi permasalahan kompleks hingga hari ini. Kondisi reservasi yang tidak sesuai itu sendiri tidak akan ditangani sampai Laporan Meriam pada 1928.

10. Dibentuknya Dewan Bangsa Navajo dan sentralisasi pemerintah AS

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerikapotret Gedung Dewan Navajo, Window Rock, Arizona (commons.wikimedia.org/Mennonite Church USA Archives)

Dewan Bangsa Navajo pada awalnya dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat agar perusahaan minyak Amerika dapat bernegosiasi dengan suku Navajo. Menurut Diné Policy Institute, saat minyak ditemukan di tanah perjanjian pada 1922, pemerintah federal membentuk semacam otoritas pusat untuk berinteraksi guna menyewa tanah dan mengakses sumber daya. Pembentukan Dewan Bangsa Navajo pada dasarnya menghilangkan perbedaan antara tanah pesanan eksekutif dan tanah perjanjian, yang sebelumnya mencegah penyewaan tanah.

Sekretaris Dalam Negeri, Albert Bacon Fall, dan Komisaris Biro Urusan Indian, Charles H Burke, merencanakan sistem pemerintahan terpusat dan membawa rencana mereka ke suku Navajo. Setelah suku Navajo setuju, mereka memilih 24 delegasi. Para delegasi ini memilih seorang ketua yang memberikan kekuatan negosiasi kepada Herbert Hagerman, politisi New Mexico yang awalnya dipilih oleh Fall dan Burke untuk menjadi komisaris khusus dalam bernegosiasi dengan penduduk asli. Setelah pertemuan pertama, resolusi BIA memberi Hagerman kekuatan untuk menandatangani sewa minyak apa pun yang dia inginkan atas nama suku Indian Navajo

11. Undang-undang yang berisi pengurangan hewan ternak

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di Amerikapotret penggembala Navajo di Utah Selatan (commons.wikimedia.org/Terry Eiler)

Pada 1930, seorang rimbawan untuk Biro Urusan Indian bernama William Zeh menyerahkan laporan tentang penggembalaan ternak suku Navajo yang dianggap berlebihan. Mengutip buku The Navajo Political Experience, dengan kurang dari 12 juta hektare lahan, suku Navajo memelihara sekitar 1,3 juta domba dan kambing (tidak termasuk kuda dan sapi) yang dianggap merusak lahan. Terlepas dari kenyataan bahwa musim dingin tahun 1931—1932 dan 1932—1933 telah menyebabkan banyak domba dan kambing kelaparan, Amerika Serikat memaksa suku Navajo untuk mengurangi jumlah ternak mereka. 

Awalnya, pemerintah mengganti kerugian ternak suku Navajo yang disembelih meskipun kompensasinya dirasa kurang adil. Satu keluarga suku Navajo yang membawa 180 kuda hanya menerima 2,50 dolar AS atau setara Rp38 ribu per ekor. Seiring berjalannya waktu, hewan ternak ini akan ditembak dan ditinggalkan begitu saja. Menurut Code of Federal Regulations, pengurangan secara masif ini berlangsung dari 1933 hingga 1946 dan mampu mengurangi jumlah domba dari 1.053.498 menjadi 449 ribu. Tindakan ini mengganggu pendapatan dan mata pencaharian ribuan suku Navajo.

12. Suku Navajo dan pertambangan Uranium

Sejarah Suku Navajo yang Termasuk Suku Terbesar di AmerikaPenambang Navajo di tambang Uranium Vanadium Corporation of America di Colorado, New Mexico, Utah, dan Arizona. (commons.wikimedia.org/Science History Institute

Dari 1940-an hingga 1980-an, hampir 30 juta ton bijih uranium diekstraksi dari tanah bangsa Navajo. Suku Navajo direkrut sebagai pekerja, tetapi mereka tidak diberikan perlindungan dari radiasi. Mereka pun tidak diberi informasi tentang bahayanya. Ratusan suku Navajo bekerja di dekat atau di tambang uranium dan banyak yang tinggal di dekat tambang serta pabrik bijih.

Menurut Rafael Moure-Eraso, mantan Ketua dan Kepala Eksekutif Dewan Investigasi Keselamatan dan Bahaya Bahan Kimia AS, Komisi Energi Atom dan Layanan Kesehatan Masyarakat tidak saja mengetahui dan gagal melindungi penambang dari bahaya radiasi, tetapi mereka secara sadar melakukan studi observasional pada penambang tanpa persetujuan mereka. Para penambang sengaja tidak diberi tahu tentang potensi bahaya dari radiasi. Mereka takut jika para penambang akan berhenti bekerja.

Associated Press melaporkan bahwa sekitar seperempat perempuan dan bayi suku Navajo menderita paparan radiasi uranium tingkat tinggi dalam komunitas mereka. Pada 2017, penyelesaian 600 juta dolar AS atau setara Rp9,1 triliun tercapai untuk membantu membersihkan beberapa tambang.

Setelah bertahun-tahun ditindas oleh Amerika Serikat, berjuang melawan krisis air, diusir dari tanahnya sendiri, dan kesulitan mendapatkan pekerjaan, bangsa Navajo masih terus berjuang untuk hidup dan budaya mereka. Banyak ketidakadilan yang mereka terima.

Baca Juga: 5 Fakta Suku Bajo, Suku Air Terakhir yang Menginspirasi Avatar 2

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya