12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Jousting

Turnamen ini pernah menewaskan Raja Henry II dari Prancis 

Penggambaran Eropa Abad Pertengahan terkenal dengan kesatria berkudanya di sebuah turnamen jousting. Akan tetapi, menurut buku Encyclopedia of Traditional British Rural Sports, pengetahuan populer tentang turnamen abad pertengahan ternyata telah dipalsukan.

Meskipun ada beberapa kebenaran pada turnamen ini, olahraga tidak muncul sepenuhnya dari kodeks sejarah. Turnamen abad pertengahan berevolusi dari latihan perang, lalu menjadi lambang olahraga dan kesatria. Mari selami lebih dalam tentang sejarah turnamen abad pertengahan.

1. Turnamen dimulai dari gerakan perdamaian

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingilustrasi turnamen di Nuremberg (dok. The Metropolitan Museum of Art)

Seperti yang ditunjukkan dalam buku Tournament, turnamen abad pertengahan dikembangkan di utara Prancis, sebuah wilayah yang ditandai oleh pemerintahan yang terdesentralisasi dan dihadapkan oleh perang feodal setelah disintegrasi dinasti Frankish Carolingian pada abad ke-9.

Tempat-tempat seperti Picardy, Brabant, Flanders, dan Hainault adalah tempat yang kacau dan dipenuhi kekerasan. Wilayah inilah yang menjadi bukti awal perkembangan turnamen.

Turnamen-turnamen yang semula merupakan latihan perang, justru berkembang sebagai gerakan perdamaian. Turnamen dipandang sebagai cara untuk menghindari perang, dan terus mengasah keterampilan agar tetap tajam. Jadi, dalam sebuah turnamen, tidak ada sanksi terhadap kekerasan.

Meskipun tanggal mutlak dari turnamen pertama tidak diketahui, turnamen itu mungkin berkembang sekitar tahun 1020. Britannica menjelaskan bahwa beberapa kronik Prancis berspekulasi bahwa turnamen berasal dari seorang baron Prancis abad ke-11, Geoffroi de Preully.

2. Turnamen awalnya pertarungan kerajaan di atas kuda

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingilustrasi turnamen abad ke-15 (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Dinasti Frankish terkenal karena penggunaan kavalerinya dalam perang. Kekuatan militer ini membentuk Kekaisaran Carolingian di bawah Charlemagne. Seperti dijelaskan dalam jurnal Fighting the Frankish Knights, yang diterbitkan tahun 2004, serangan massal dari para kesatria yang menggunakan tombak panjang, adalah senjata paling ampuh. Hal ini terlihat jelas selama Perang Salib.

The World History Encyclopedia melaporkan bahwa, turnamen, atau disebut juga hastilude, atau tournoi, adalah cara terbaik untuk memamerkan keterampilan para kesatria. Turnamen pertama merupakan pertarungan latihan antara kelompok kesatria dalam area tertutup. Ini disebut mêlée. Bagian kedua dari turnamen adalah joust, atau disebut juga tilting, yakni dua kesatria berjuang untuk menjatuhkan lawan dari kudanya. Jousting akhirnya lebih diutamakan daripada mêlée, dan menjadi pusat atau bahkan satu-satunya fokus turnamen.

Meskipun ini adalah pertarungan latihan, pada hari-hari awal turnamen, para kesatria menggunakan senjata asli. Akibatnya, selalu ada bahaya yang mengakibatkan cedera serius atau bahkan kematian.

3. Turnamen awal gratis bagi semua orang

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingilustrasi turnamen Melee, Eglinton (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Menurut jurnal Tournaments and Knightly Sports in Twelfth-and-Thirteenth-Century Occitania, yang diterbitkan tahun 1986, tempat diselenggarakannya turnamen telah ditetapkan sebelumnya, di mana areanya cukup aman untuk pertarungan, dan terkadang ada batas waktu untuk bertarungnya juga. Lalu akan ada gencatan senjata di akhir setiap pertarungan. Selain itu, turnamen ini tidak dipungut biaya sepeserpun.

Turnamen awal juga menampilkan marshal untuk menjaga ketertiban. Namun, karena area bermainnya besar, sulit untuk mempertahankan kemiripan aturan. Akibatnya, kematian dan cedera hampir sama seperti dalam pertempuran nyata.

4. Turnamen adalah sarana mobilitas untuk mendapatkan kesempatan yang lebih tinggi

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingilustrasi turnamen (commons.wikimedia.org/Hodgson)

Ada beberapa alasan mengapa kesatria berpartisipasi dalam turnamen. Pertama, turnamen adalah kesempatan bagi para kesatria untuk menunjukkan kemuliaan, warisan, dan kemampuan mereka dalam menggunakan persenjataan. Juga, kesatria bisa mengikuti audisi untuk posisi yang lebih menonjol dan bergaji tinggi.

Turnamen awal menawarkan sejumlah barang rampasan dan tebusan, yang dapat ditukar sebagai hasil dari partisipasi mêlée. Misalnya, kuda yang ditangkap, baju besi, atau bahkan kesatria itu sendiri, mereka bisa ditebus untuk mendapatkan keuntungan.

Menurut laman jurnal A Short History of Tournaments, yang diterbitkan pada 1559, pada abad ke-11, gelar kesatria tidak didapati secara turun-temurun. Istilah 'kesatria, atau chevalier' awalnya hanyalah sekelompok penunggang kuda. Namun, penunggang kuda ini menjadi sangat penting bagi militer sehingga status mereka meningkat selama periode tersebut, sebagian terbantu berkat adanya turnamen. Mereka menjadi quasi-aristokrasi.

5. Turnamen menjadi lebih beradab dan penuh kebijakan

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingilustrasi seorang kesatria di hadapan seorang wanita (pexels.com/Berendey_Ivanov)

Seiring berjalannya abad ke-12, turnamen berubah, dan semakin fokus pada nilai-nilai kesatria. Alih-alih prajurit kasar, istilah kesatria 'beradap' pun muncul. Disinilah Jousting diutamakan.

Menurut buku Fighting Techniques of the Medieval World, mengutip ringkasan John dari Salisbury abad ke-12, kesatria hadir untuk membela Gereja, untuk menyerang ketidaksetiaan, untuk menghormati imamat, untuk melindungi orang miskin dari ancaman, untuk menenangkan provinsi, mencurahkan darah mereka untuk saudara-saudara mereka dan jika perlu, untuk menyerahkan nyawa mereka. Seorang kesatria juga harus menghormati perempuan, dan perempuan harus membalasnya dengan memberikan selempang atau garter.

Turnamen periode ini juga menawarkan hadiah untuk pemenang. Pada abad ke-14, turnamen sudah tidak sama seperti dua abad sebelumnya. Lambang dan arak-arakan tumbuh dan mêlée hampir menghilang. Namun, terkadang mêlée masih diadakan.

6. Jousting menjadi turnamen utama di abad pertengahan 

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingpotret turnamen jousting (unsplash.com/Casper Johansson)

Turnamen jousting biasanya dilakukan oleh dua kesatria yang saling menunggang kuda dan menyerang satu sama lain dengan tombak kayu. Seperti yang dijelaskan dalam buku Fighting Techniques of the Medieval World, para jouster dipisahkan oleh penghalang dan akan diberikan poin jika berhasil menyentuh baju besi, perisai, atau helm lawan mereka. Faktanya, beberapa kesatria mencari nafkah melalui turnamen jousting ini. 

Shining plate armor adalah kiasan dari turnamen abad pertengahan. Kemungkinan besar pelat baja dikembangkan sebagai respons terhadap perubahan taktik militer. Namun, kesatria sering mengenakan baju besi khusus untuk turnamen. Armor juga cukup berbahaya bagi para kesatria karena terlalu panas jika dipakai. Bahkan, pada tahun 1241, 80 kesatria Jerman meninggal karena kepanasan akibat armor yang dipakai mereka di sebuah turnamen di Jerman.

7. Gereja sempat menentang turnamen karena membahayakan nyawa orang lain

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingkematian Raja Henry II di turnamen Hôtel des Tournelles (commons.wikimedia.org/Édouard Detaille)

Gereja sempat tidak menyetujui dan bahkan mengutuk turnamen, khususnya mêlée. Bahkan, Paus Innocent II sempat melarang turnamen di tahun 1130. Seperti yang dinyatakan dalam buku War and Combat, orang-orang gereja mengungkapkan bahwa para peserta melakukan ketujuh dosa yang mematikan karena pertarungan yang mereka lakukan bertujuan untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian, dan  sering menyebabkan kematian manusia.

Faktanya, paus menolak menguburkan orang Kristen yang terbunuh dalam sebuah turnamen. Namun, turnamen terus populer meskipun Gereja berulang kali mengeluarkan kecaman. Akhirnya, pada tahun 1316, Paus Yohanes XXII menyerah dan mengakhiri larangan tersebut. Ini mungkin karena mêlée telah memudar dan joust lebih populer, yang seperti sudah kita bahas bahwa jousting memiliki nilai-nilai seorang kesatria.

Namun, harus diakui bahwa turnamen merupakan bentuk kekerasan yang bisa membahayakan nyawa seseorang. Seperti dilansir laman buku Jousts, Tournaments, and War Training, Raja Henry II dari Prancis pada tahun 1559, tewas saat mengikuti turnamen jousting, kepalanya tertombak serpihan kayu dari serangan lawannya.

Baca Juga: 5 Makanan Populer Abad Pertengahan, Dibuat dari Bahan Sederhana

8. Lambang sangat penting dalam turnamen 

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingilustrasi turnamen jousting (pixabay.com/alisonfarley)

Pada tahun 1300-an, kesatria menggunakan baju besi yang lebih ringan dan lebih mewah, perisai dan helm juga didesain dengan rumit. Baju besi ini menjadi simbol status. Salah satu simbol penting adalah lambangnya. Kesatria bisa mendapatkan lambang di turnamen. Semakin rumit lambangnya, kesatria tersebut semakin tangguh dan dianggap sebagai kesatria sejati.

Para kesatria juga biaa memamerkan garis keturunan mereka melalui lambang tersebut. Lambang biasanya ditampilkan pada perisai dan penutup kuda. Kesatria yang dianggap tidak terhormat dilarang dari kompetisi, dan mungkin inilah mengapa beberapa kesatria berkompetisi secara anonim.

9. Peraturan dalam turnamen

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingturnamen jousting (pixabay.com/clarencealford)

Turnamen mêlée awal hampir tidak memiliki aturan permainan, lho. Seseorang bisa bergabung kapan pun dengan para kesatria lain. Hampir semua taktik dapat digunakan, bahkan yang dianggap tidak sportif, seperti menahan pasukan cadangan sampai lawan kelelahan. Beberapa kesatria bahkan menyerang seorang kesatria.

Namun, turnamen akhirnya memiliki peraturan. Persaudaraan ditekankan. Turnamen pun menjadi tontonan yang terikat erat dengan aturan yang berlaku. Salah satu contohnya adalah kesatria harus 'berhenti' jika tombaknya mengenai baju besi kesatria lain, sehingga sasarannya tetap stabil dan lebih aman. Secara umum, pesaing tetap diberikan poin karena berhasil menyentuh baju besi, perisai, atau helm lawan.

10. Turnamen bisa memakan biaya yang sangat mahal

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingilustrasi Turnamen Eglinton, Irvine, Skotlandia (commons.wikimedia.org/James Henry Nixon/Roger Griffith)

Seorang kesatria Prancis abad ke-14, Geoffrey de Charny, menulis bahwa turnamen memakan pengeluaran besar, hal ini meliputi penanganan fisik, seperti memar, cedera, dan terkadang risiko kematian.

Pada saat turnamen memasuki fase terakhir dan paling mewah, turnamen ini bahkan terlalu mahal untuk diikuti oleh kesatria mana pun kecuali kesatria terkaya. Buku Luxury Arts of the Renaissance melaporkan bahwa pada tahun 1547, koleksi beberapa baju zirah untuk jousting, Ferdinand I dari Tirol menghabiskan biaya sekitar 12 kali lipat gaji pegawai negeri sipil tingkat atas. Penulis berkomentar bahwa pengeluaran ini hampir sama seperti kapal pesiar mewah dan jet eksekutif.

11. Turnamen kehilangan minatnya

12 Sejarah Turnamen Abad Pertengahan, Mêlée hingga Joustingpatung kesatria abad pertengahan di The Metropolitan Museum of Art (unsplash.com/Ember Navarro)

Pada abad 16 dan 17, minat turnamen menurun tajam. Salah satu penyebabnya didorong oleh kematian Henry II di turnamen. Akan tetapi, minat akan pertempuran individu dan memanah justru meningkat.

Namun, bukan berarti turnamen hilang sepenuhnya. Olahraga ini diminati lagi di abad ke-18. Namun saat ini, makna simbolis kesatria telah kehilangan aplikasi praktisnya. Hal ini juga karena bahaya yang meliputinya.

12. Apakah turnamen semacam ini ada di era modern?

https://www.youtube.com/embed/cKbiR52CxMo

Siapa yang tidak tertarik menjadi seorang kesatria yang mengenakan baju zirah? Nah, itulah mengapa turnamen jousting dihidupkan kembali dalam sebuah pameran Renaissance dan festival abad pertengahan, tetapi ada juga orang yang ingin menjadikan turnamen sebagai olahraga ekstrem.

Pada tahun 2015, BBC melaporkan bahwa liga jousting Knights of Middle England telah ada sejak 2010. Jousting ini terbuka untuk semua jenis kelamin. Akan tetapi, ini bukan satu-satunya kompetisi. Dilansir laman Medievalists, turnamen jousting modern terbesar ada di Bavaria dan menjadi bagian dari acara 'permainan kesatria' tahunan. Kompetisi penting lainnya ada juga di Inggris Raya.

Seperti berabad-abad sebelumnya, turnamen modern ini mengikuti aturan serupa, memberikan poin jika berhasil menyentuh baju besi lawan. Poin terbanyak yang bisa dapatkan adalah lima.

Tentu, para kesatria yang terlibat dalam turnamen merasakan adrenalinnya benar-benar di pacu hebat. Akankah turnamen kembali lagi seperti di abad pertengahan? Ya, kita lihat saja perkembangannya nanti.

Baca Juga: 9 Potret Obidos, Kota Abad Pertengahan yang Memesona di Portugal

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya