TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Matahari Bakal Meledak, tapi Kapan? Ini Prediksinya!

Benar-benar akhir zaman?

ilustrasi Matahari terbenam (unsplash.com/Melissa van Niekerk)

Menurut lagu band asal Indonesia, Noah, tak ada yang abadi. Pada akhirnya, segala makhluk — baik hidup atau mati — akan sirna dari dunia yang fana ini. Ternyata, prinsip ini berlaku juga untuk sumber cahaya dan pusat tata surya, Matahari.

Menurut berbagai model astronomi dan perhitungan matematika serta astrofisika, Matahari akan "mati" suatu saat nanti. Namun, kapan "suatu saat nanti" tersebut? Apakah kita harus siap sedia?

1. Masih lama banget, kok!

ilustrasi Matahari (quantamagazine.org)

Kematian Matahari masih amat lama, beberapa triliun tahun lagi. Jadi, kita masih bisa bernapas lega? Tunggu dulu!

Kita harus mempertimbangkan deret utama Matahari, fase di mana fusi nuklir hidrogen pada Matahari mengizinkan sang bintang untuk memancarkan energi dan memberi cukup tekanan agar Matahari tetap bisa menahan massanya. Kemungkinan besar, siklus deret utama ini akan berakhir 5—10 miliar tahun lagi.

"Matahari kita berusia hampir 5 miliar tahun, atau sudah separuh baya. Kemungkinan besar, Matahari akan mati sekitar 10 miliar tahun," kata Paolo Testa, pakar astrofisika di Center for Astrophysics, pada Live Science.

Baca Juga: 10 Bulan Paling Aneh di Tata Surya, Ada yang Mirip Bumi!

2. Matahari akan menjadi "raksasa" dulu

ilustrasi bintang raksasa merah (nineplanets.org)

Setelah Matahari membakar sebagian besar hidrogen dalam intinya, bintang ini akan berubah ke tahap "Raksasa merah". Menurut NASA, kemungkinan besar, fase ini akan terjadi 5 miliar tahun ke depan. Matahari akan berhenti memproduksi panas lewat fusi nuklir dan intinya menjadi tidak stabil dan berkontraksi.

Sementara itu, NASA melanjutkan bahwa bagian luar Matahari yang masih mengandung hidrogen akan mengembang dan memerah seiring memasuki pendinginan. Di fase ini, Matahari akan "menelan" dua planet pertama, Merkurius dan Venus, dan menghembuskan angin surya yang mengacaukan medan magnet Bumi dan merusak atmosfernya.

3. Akhir dari Bumi

ilustrasi Bumi yang terkena angin surya (express.co.uk)

Karena medan magnet dan atmosfer Bumi sudah tak bekerja lagi, sudah pasti makhluk Bumi juga binasa akibat akhir dari Matahari. Menurut prakiraan penelitian di AS pada 2014 yang dimuat dalam jurnal Geophysical Research Letters, sinar Matahari bisa menguapkan seluruh lautan Bumi dalam 1—1,5 miliar tahun.

Sebelumnya, sebuah riset gabungan antara Inggris dan Meksiko yang dimuat dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada 2008 juga memperingatkan akhir dari Bumi. Dalam beberapa juta tahun setelah membesarnya Matahari, sang bintang juga akan melahap seluruh permukaan Bumi.

4. Kematian Matahari

ilustrasi Matahari (newatlas.com)

Lalu, Matahari mulai meleburkan helium dari fusi hidrogen menjadi karbon dan oksigen. Setelahnya, barulah Matahari termakan oleh intinya sendiri.

Kabar baiknya, fenomena ini menghasilkan nebula pada lapisan luar Matahari seiring sang bintang mengecil dan memanas seukuran dengan Bumi. Dalam ukuran ini, Matahari berada di fase "Katai putih". Paolo memprakirakan nebula tersebut akan terlihat selama 10.000 tahun.

Setelah menjadi "Katai putih", Matahari dan segala sisanya akan menghabiskan waktu bertriliun-triliun tahun mendingin dan menjadi objek langit mati.

Baca Juga: Pergi ke Planet Jupiter? Ini 5 Alasan Kenapa Kamu Tak Mungkin Selamat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya