Pada 25 Juni 2022, WHO bersama International Health Regulations (IHR) Emergency Committee awalnya menyatakan bahwa cacar monyet tidak perlu dijadikan darurat kesehatan global. Namun, kurang dari sebulan setelahnya, WHO dan IHR Emergency Committee mengumumkan cacar monyet menjadi darurat kesehatan global.
Selain lebih dari 16.000 kasus saat ini, Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menjelaskan bahwa ada lima faktor yang memengaruhi keputusan WHO menjadikan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global, yaitu:
- Informasi dan data dari negara terdampak: Penyebaran cacar monyet begitu masif.
- Memenuhi tiga standar penetapan darurat kesehatan global dari IHR:
- Kejadian luar biasa.
- Memicu risiko kesehatan masyarakat ke negara bagian lain melalui penyebaran penyakit skala internasional.
- Membutuhkan respons internasional yang terkoordinasi.
- Saran dari IHR: Belum mencapai kesepakatan.
- Bukti ilmiah: Minim dan membuat dunia tidak siap.
- Risiko terhadap kesehatan manusia, penyebaran ke seluruh dunia, dan mengganggu kegiatan internasional.
"Untuk seluruh alasan ini, saya menyatakan wabah global cacar monyet sebagai darurat kesehatan internasional," tulis Dr. Tedros lewat Twitter pada 23 Juli 2022.
ilustrasi cacar monyet (who.int/Nigeria Centre for Disease Control)
Membicarakan wabah tersebut pada Rabu (20/7/2022), Dr. Tedros mengatakan bahwa cacar monyet sebagian besar terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Hal serupa digaungkan oleh Dr. Tedros pada 23 Juli, dan peringatan juga ditujukan kepada orang-orang yang memiliki pasangan lebih dari satu.
"Ini berarti cacar monyet adalah wabah yang bisa dihentikan dengan strategi yang tepat kepada kelompok yang tepat juga," ujar Dr. Tedros.
IHR sendiri terpecah mengenai status cacar monyet. Sementara beberapa mendukung status tersebut, tetapi beberapa khawatir status ini akan menimbulkan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki dan kepanikan hingga meningkatkan permintaan vaksin yang tidak perlu.
Menjawab kekhawatiran IHR, Dr. Tedros menegaskan bahwa stigma dan diskriminasi "sama bahayanya dengan virus". Oleh karena itu, WHO meminta bantuan organisasi masyarakat dunia (terutama yang berpengalaman menangani HIV/AIDS) untuk membantu memerangi stigma dan diskriminasi negatif tersebut.
"Dengan sarana yang kita miliki saat ini, kita bisa menghentikan penularan dan mengendalikan wabah ini," papar Dr. Tedros.
Itu dia sejarah singkat cacar monyet yang telah dirangkum oleh IDN Times, semoga bermanfaat.