Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pernahkah kamu mencoba menyuapi bayi dengan makanan baru seperti brokoli misalnya? Untuk meyakinkan bayi, kamu mungkin mencoba sedikit makanan itu dan seolah-olah menyukainya. Secara tak disadari, ternyata kamu sudah memberikan pelajaran langsung kepada bayi untuk mengungkapkan kalau brokoli itu enak.
Untuk pertama kalinya, ilmuwan saraf melihat apa yang terjadi di dalam otak bayi dan ibu saat mereka terlibat dalam pembelajaran sosial semacam ini. Temuan menunjukkan bahwa seberapa baik aktivitas saraf bayi disinkronkan dengan ibunya, memprediksi beberapa aspek pembelajaran sosial.
1. Penelitian ini menggunakan metode hyperscanning
Ilmuwan saraf Victoria Leong bersama rekan-rekannya di University of Cambridge menggunakan teknik yang disebut hyperscanning untuk mengamati otak ibu dan bayi. Hyperscanning dapat dilakukan dengan berbagai teknologi neuroimaging, tetapi penelitian ini menggunakan EEG (electroencephalography).
Hasilnya dilaporkan pada simposium mengenai neuroscience yang muncul dari hubungan sosial pada pertemuan tahunan Cognitive Neuroscience Society bulan lalu di San Francisco.
Baca Juga: 8 Buah yang Dipercaya Bisa Meningkatkan Kecerdasan Bayi
2. Ibu adalah peran yang penting dalam pembelajaran sosial kepada bayinya
Penelitian ini melibatkan bayi yang ditempatkan di kursi, setiap ibu diperintahkan untuk mengangkat satu mainan, tersenyum dan mengatakan sesuatu yang menyatakan ketertarikan pada mainan itu. Dan untuk mainan yang kedua, para ibu diminta untuk menunjukan sikap tidak suka seperti mengerutkan kening.
Lalu mainan tersebut diletakkan di depan bayi dan para peneliti mengamati mainan mana yang akan diambil oleh setiap bayi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran sosial itu memiliki peran yang kuat dan penting.
3. Semakin sinkron ibu dan bayinya, semakin besar bayi akan belajar
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Dalam penelitian baru ini, jika bayi memilih satu mainan berdasarkan emosi dari pada yang lainnya, berarti dia menganggap itu sebagai pembelajaran. Pembelajaran bisa diprediksi oleh tingkat sinkronisasi antara gelombang otak masing-masing pasangan. Semakin sinkron ibu dan bayinya, semakin besar kemungkinan bayi itu untuk belajar.
Seperempat bayi dengan konsisten memilih mainan yang ditunjukkan secara negatif oleh ibu mereka. Mereka mempelajari apa yang disukai ibu mereka, tetapi respons mereka malah memilih mainan yang lain. Para peneliti menyebut fenomena ini sebagai "valensi belajar," untuk mencerminkan arah pilihan emosional anak. Apakah bayi cenderung mengikuti petunjuk ibunya atau tidak.
4. Gelombang alpha untuk mengukur sinkron ibu dan bayi
Youtube.com/Musictherapy - Relaxing Music Satu-satunya cara untuk memaksimalkan pembelajaran adalah dengan menyinkronkan pola otak ibu dan bayi, yang disebut dengan "hubungan interpersonal antara ibu dan bayi." Studi ini mengukur gelombang alpha. Gelombang alpha merupakan kekuatan sinyal antara ibu dan bayi.
Peneliti berspekulasi bahwa penerimaan akan pembelajaran mungkin lebih tinggi di titik-titik tertentu dalam osilasi dan pembelajaran akan meningkat ketika siklus gelombang otak disinkronkan.
Baca Juga: Penelitian Buktikan Bahwa Kecerdasan Anak Diwariskan dari Gen Ibunya!