TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Kepercayaan Mengenai Penyakit Mental dari Zaman ke Zaman

Banyak kepercayaan yang bahkan tidak masuk akal

pexels.com/Andrew Neel

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan lebih dari 264 juta orang di seluruh dunia menderita depresi, dan hampir 800.000 orang melakukan bunuh diri karena depresi setiap tahunnya. Banyak stigma bertebaran mengenai penyakit mental.

Menurut Aliansi Nasional Penyakit Mental, mereka yang hidup dengan salah satu dari sejumlah diagnosis penyakit mental, sering sekali mengalami intimidasi, rasa malu, dan penghinaan. Hal itu terjadi karena banyak masyarakat yang mempercayai beberapa mitos terkait penyakit mental.

Jika begitu, yuk, kita ulik lagi sejarahnya. Memilah beberapa kepercayaan yang sebenarnya tidak benar, dan apa latar belakang mengapa stigma itu tercipta. 

1. Dalam peradaban Yunani dan Romawi Kuno, halusinasi dan penyakit mental dianggap pesan dari Dewa

alteredfocus.net

NHS mengatakan bahwa manusia hari ini mengaitkan halusinasi dengan hal-hal seperti gangguan bipolar dan skizofrenia, kondisi medis seperti Parkinson, atau kondisi sementara seperti kelelahan.

William Harris, profesor di Universitas Kolombia penulis Mental Disorders in the Classical World, yang diungkapkan dalam New Republic, mengatakan bahwa orang-orang Yunani dan Romawi kuno meninggalkan catatan tentang halusinasi. Mereka mengaitkan halusinasi adalah pesan dari para dewa.

Baca Juga: 5 Mitos Hewan yang Dianggap Berhubungan dengan Dunia Orang Mati

2. PTSD pernah dianggap sebagai kondisi kardiak

health.am

Departemen Urusan Veteran AS mengatakan bahwa ada dokumentasi terkait PTSD (Post Traumatic Stress Disorder/Gangguan stres pascatrauma). Di Eropa abad ke-18, misalnya, penyakit mental dianggap sebagai nostalgia atau kerinduan yang kuat.

Dengan dimulainya Perang Sipil AS, sekelompok profesional medis baru menyadari gangguan mental tersebut. Mereka menyebutnya sindrom Da Costa, setelah dokter menyatakan bahwa gejala-gejalanya berkembang dari kondisi jantung.

Menurut Smithsonian, National Museum of Civil War Medicine mengatakan bahwa para peneliti, sejarawan, dan ahli kesehatan mental menemukan sejumlah dokumen memilukan dari orang yang menderita PSTD, yang didiagnosis sebagai penyakit fisik. Tercatat bahwa gejalanya berupa jantung berdebar-debar, gugup, susah bernafas, dan denyut nadi yang cepat.

3. Kepercayaan bahwa seseorang yang mengidap penyakit mental akan lebih mudah melakukan tindak kriminal

borgenproject.org

Penyakit mental sering dikaitkan dengan tindakan kekerasan. Joel Dvoskin, Ph.D. - seorang psikolog klinis mengungkapkan kepada American Psychological Association bahwa tindak kekerasan yang dikaitkan dengan orang yang sakit mental itu sangat tidak akurat dan kontraproduktif. 

Jika ada orang yang didiagnosis dengan penyakit mental dan melakukan kejahatan, persentasenya tergolong kecil secara statistik. Ada banyak faktor lain--seperti alkohol dan penyalahgunaan zat terlarang. Dvoskin bahkan mengatakan risiko seseorang dengan gangguan skizofrenia yang dapat membunuh orang asing, perbandingannya sekitar 1 banding 144.000.

4. Penyakit mental ada hubungannya dengan infeksi tubuh

theatlantic.com

Pada akhir abad ke-19, Bayard Holmes memiliki seorang putra yang didiagnosis dengan apa yang sekarang kita sebut skizofrenia (saat itu disebut demensia praecox). Discover mengatakan bahwa Holmes terobsesi untuk menemukan penyebab dan penyembuhannya, dan dia menyimpulkan bahwa penyakit mental berakar pada masalah fisik.

Dalam kasus putranya, ia percaya itu adalah penyumbatan usus yang menyebabkan tubuh menjadi terlalu sibuk dalam produksi histamin. Obatnya? Usus putranya dibedah dan dibersihkan. Tidak mengherankan, putranya meninggal karena perawatan.

Beberapa tahun kemudian Dr. Henry Cotton yang merupakan kepala Rumah Sakit Negara Trenton di New Jersey, mengungkapkan bahwa pasien yang sakit jiwa harus mencabut gigi dan mencabut hal-hal seperti usus besar, tiroid, kantong empedu, dan amandel.

Secara pribadi, dia telah melakukan 645 kolektomi (untuk hal-hal seperti manik-depresi) dan juga mencabut gigi istri dan anak-anaknya sebagai tindakan pencegahan.

Atlantic mengatakan dia mencabut lebih dari 11.000 gigi selama kariernya. Dia bahkan mencabut sebagian giginya sendiri karena menganggap bahwa dirinya menderita penyakit mental, dan dia akhirnya meninggal karena serangan jantung pada tahun 1933.

5. Bulan purnama menyebabkan gejala penyakit mental

farmersalmanac.com

Kamu pasti pernah mendengar kalau bulan purnama itu sering kali dikaitkan dengan banyak hal, dari mulai manusia serigala dan bahkan gejala penyakit mental, lho. Itu terjadi di Romawi kuno. Kepercayaan itu tercetus pada gagasan bahwa bulan purnama mengerahkan kekuatan tambahan pada manusia. 

Semua jenis penelitian dan data digabungkan ke dalam meta-analisis besar-besaran oleh beberapa universitas terkemuka pada tahun 1985, dan tidak menemukan apa pun yang menunjukkan bahwa bulan purnama memiliki dampak pada penyakit mental sama sekali. 

6. Kepercayaan bahwa penyakit mental bisa diatasi dengan memutus jaringan di bagian otak

wikipedia.org

Dilansir Motherboard, penulis Jack El-Hai menjelaskan bahwa lobotomi dipopulerkan oleh Walter Freeman, yang melakukan lebih dari 3.500 operasi dengan teknik yang ia ciptakan dengan bantuan anestesi kejut listrik dan pemecah es yang diambil dari dapurnya sendiri.

El-Hai, yang juga menulis biografi Freeman, mengatakan kalau Freeman percaya bahwa perilaku dan emosi yang tidak diinginkan dapat dihancurkan dengan memutuskan hubungan antara berbagai bagian otak. Dia bahkan melakukannya sebagai langkah pencegahan.

El-Hai menulis bahwa Freeman melakukan ini semua karena kepeduliannya terhadap pasiennya, mencoba untuk mengatasi masalah tersebut. Dia bahkan jauh lebih efisien daripada Antonio Egas Moniz, yang merupakan orang pertama yang melakukan teknik ini.

7. Penyakit mental bisa dihentikan dengan sterilisasi

medikabazaar.com

Pada awal abad ke-20, ada kepercayaan yang mengejutkan bahwa penyakit mental bisa disembuhkan dengan mensterilkan si penderita. Menurut LA Times, undang-undang eugenika Amerika Serikat telah mensterilkan sekitar 64.000 orang. Mahkamah Agung tahun 1927 melibatkan sterilisasi paksa karena alasan "perbaikan ras".

Sekitar setengah dari 20.000 lebih sterilisasi California dilakukan pada orang yang didiagnosis menderita skizofrenik atau manik-depresi. Alexandra Minna Stern, Ph.D., dari Pusat Sejarah Kedokteran di University of Michigan, mengatakan prosedur ini merupakan pilihan yang sah jika dianggap akan meningkatkan "kondisi fisik, mental, atau moral pasien."

Menurut Mad in America, tindakan tersebut dilakukan karena perdebatan tentang apakah penyakit mental itu sifat atau pengasuhan. Tapi sterilisasi paksa bukanlah cara untuk menghentikan penyebarannya. Itu ide yang dianggap buruk. 

Baca Juga: 7 Jenis Karakter Manusia yang Sebenarnya Termasuk Penyakit Mental

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya