TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Kerajaan yang Dibubarkan setelah Perang Dunia I Berakhir

Kebanyakan berasal dari Blok Sentral

Kaizer Wilhelm II melakukan inspeksi terhadap pasukannya di Stasiun Vilnius pada Agustus 1915. (commons.wikimedia.org/Imperial War Museum London)

Perang Dunia I yang terjadi pada 1914—1918 merupakan salah satu tragedi kunci yang membentuk dunia abad ke-20, bahkan hingga abad ke-21. Lewat perang ini, kita melihat begitu banyak transisi kekuasaan antara negara-negara besar yang ada saat itu, khususnya di Eropa. Ada negara yang bangkit menjadi lebih kuat dan ada pula yang runtuh akibat perang ini.

Usai Perang Dunia I, dunia menyaksikan bagaimana Amerika Serikat berhasil masuk dalam jajaran negara terkuat dunia; Jepang mulai menunjukkan tajinya di Asia; hingga unjuk kekuatan militer dari dua negara besar Eropa, yaitu Britania Raya dan Prancis. Perang Dunia I juga membawa perubahan signifikan pada beberapa kerajaan yang bergabung dalam perang. Sayangnya, kebanyakan kerajaan yang terjun dalam perang ini tidak memperoleh hasil manis, melainkan harus menerima fakta pahit usai berakhirnya perang.

Sebelum meletusnya Perang Dunia I, sistem kerajaan atau kekaisaran absolut masih merupakan hal yang wajar dan banyak dianut di Eropa. Akan tetapi, karena mayoritas negara-negara kerajaan yang bergabung dalam Perang Dunia I berasal dari Blok Sentral, mereka harus mengalami hukuman paling pahit ketika kalah dalam Perang Dunia I, yaitu pembubaran. Akibatnya, peta wilayah negara-negara di Eropa pasca-Perang Dunia I mengalami perubahan yang sangat signifikan.

Paling tidak ada empat kerajaan besar yang terpaksa harus membubarkan diri pasca-Perang Dunia I. Penasaran kerajaan mana saja yang terpaksa bubar karena perang besar itu? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini, ya!

1. Kekaisaran Rusia

Tsar Nicholas II berada di depan pasukan Kekaisaran Rusia. (commons.wikimedia.org/Ras67)

Kekaisaran Rusia adalah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Tsar yang telah berdiri sejak tahun 1721 di bawah kepemimpinan Peter the Great. Dalam Perang Dunia I, Kekaisaran Rusia sebenarnya bergabung dengan Blok Sekutu bersama Britania Raya, Prancis, dan Amerika Serikat. Akan tetapi, mereka justru jadi kerajaan pertama yang runtuh akibat Perang Dunia I.

Dilansir Britannica, Kekaisaran Rusia yang terjun dalam Perang Dunia I dipimpin oleh Tsar Nicholas II yang merupakan keturunan Dinasti Romanov. Nicholas II dikenal sebagai pimpinan yang inkonsisten, tidak karismatik, dan tidak membawa perubahan signifikan pada Kekaisaran Rusia. Oleh karena itu, ia harus menerima fakta bahwa rakyat Kekaisaran Rusia tidak menerima dengan baik keterlibatan Kekaisaran Rusia dalam Perang Dunia I.

Bahkan, selama berjalannya Perang Dunia I, timbul perpecahan internal di Kekaisaran Rusia. Kubu yang pro terhadap kerajaan harus melawan kubu sosialis yang tumbuh subur di tanah Rusia. Akibatnya, kondisi dalam negeri menjadi tak stabil. Pasukan Kekaisaran Rusia yang ada di garis depan pertempuran terus terdorong oleh kekuatan pasukan Kekaisaran Jerman.

Pada akhirnya, Nicholas II harus menerima kenyataan kalau dirinya dipaksa turun takhta oleh kubu sosialis dan orang-orang terdekatnya pada 15 Maret 1917. Dalam momen tersebut, Dinasti Romanov yang sudah berdiri selama beratus-ratus tahun runtuh bersama dengan Kekaisaran Rusia. Revolusi yang dilakukan oleh kubu sosialis ini kemudian menjadi cikal bakal perubahan dari Kekaisaran Rusia menjadi Uni Soviet.

 

Baca Juga: Sejarah Perdagangan Bulu Hewan di Amerika Utara

2. Kekaisaran Austria-Hungaria

Franz Joseph (raja) dan Franz Ferdinand (pewaris takhta) dari Kekaisaran Austria-Hungaria melakukan kunjungan ke rakyat. (commons.wikimedia.org/Underwood & Underwood)

Kekaisaran Austria-Hungaria dipimpin oleh Dinasti Habsburg yang berdiri di Eropa Tengah dengan berbagai etnis yang berbeda. Sebenarnya, situasi dalam negeri Kekaisaran Austria-Hungaria begitu tidak stabil karena banyak etnis minoritas yang merasa diperlakukan tidak adil oleh monarki yang memimpin Austria-Hungaria. Akibatnya, kerajaan ini memiliki begitu banyak kubu yang membenci keluarga kerajaan.

Puncaknya terjadi ketika pewaris takhta Kekaisaran Austria-Hungaria, Franz Ferdinand, terbunuh oleh kelompok nasionalis Serbia. Pemerintahan Kekaisaran Austria-Hungaria yang tak terima dengan pembunuhan tersebut menuding kalau Serbia adalah dalang di balik pembunuhan itu. Akhirnya, tensi kedua negara semakin memanas, sekutu-sekutu keduanya terlibat, dan pada akhirnya Perang Dunia I meletus.

Selama berjalannya perang, Kekaisaran Austria-Hungaria tidak menunjukkan performa yang brilian seperti yang ditunjukkan sekutunya, Kekaisaran Jerman. Seluruh teater perang menempatkan Kekaisaran Austria-Hungaria pada situasi buntu. Situasi tersebut justru merugikan bagi Blok Sentral. Sebab, Blok Sekutu bisa dengan mudah memblokade jalur suplai Blok Sentral karena mereka menguasai wilayah lautan.

Pada akhirnya, Blok Sentral kolaps di tangan Blok Sekutu. Kekaisaran Austria-Hungaria juga harus menghadapi revolusi yang diinisiasi oleh etnis Ceko, Hungaria, dan Yugoslavia, mengutip Britannica. Hasilnya, Kekaisaran Austria-Hungaria harus bubar pada 3 November 1918 dan ada begitu banyak negara baru yang berdiri di atas wilayah yang sebelumnya dimiliki oleh kekaisaran tersebut.

3. Kesultanan Utsmaniyah

August von Mackensen melakukan inspeksi kepada pasukan Kesultanan Utsmaniyah di sebuah stasiun. (commons.wikimedia.org/The Democratic Banner)

Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman Empire), yang merupakan kerajaan tertua dalam daftar ini, turut runtuh setelah berakhirnya Perang Dunia I. Berbeda dengan tiga kerajaan lain yang ada dalam daftar ini, Kesultanan Utsmaniyah sebenarnya tidak terlibat pada fase awal Perang Dunia I dan baru bergabung ke Blok Sentral beberapa bulan setelah berlangsungnya perang. Sebelum bergabung dalam perang, ada perbedaan pendapat dalam internal pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah soal kubu mana yang harus mereka ikuti pada Perang Dunia I.

Menurut History, sebenarnya sebelum memasuki panggung Perang Dunia I, Kesultanan Utsmaniyah memang sudah mulai kehilangan tajinya di panggung global. Sejak tahun 1600-an, kerajaan ini perlahan mengalami kemunduran dalam hal ekonomi dan militer dari negara-negara Eropa. Puncaknya terjadi pada Perang Dunia I. Kesultanan Utsmaniyah tidak bisa berbicara banyak ketika bergabung dengan Blok Sentral.

Akan tetapi, berbeda dengan kerajaan lain dalam daftar ini, Kesultanan Utsmaniyah baru benar-benar pecah pada 1922. Ada sejumlah revolusi dan perjanjian dengan negara pemenang Perang Dunia I sehingga memaksakan kerajaan Islam paling kuat ini harus bubar. Wilayah yang dulunya merupakan milik Kesultanan Utsmaniyah dibagi-bagi antara Britania Raya, Prancis, Yunani, dan Rusia.

Setelah terjadi rangkaian revolusi yang terjadi di dalam negeri, akhirnya Kesultanan Utsmaniyah berubah bentuk menjadi negara republik yang diberi nama Turki. Wilayahnya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan wilayah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Mustafa Kemal Atatürk adalah pionir dari sejumlah perubahan besar pada negara yang dahulu dikuasai Kesultanan Utsmaniyah tersebut.

Baca Juga: 9 Peristiwa Unik Selama Demam Emas di Amerika

Verified Writer

Anjar Triananda Ramadhani

Animal Lovers and Smartphone Enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya