TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta Sejarah Plastik, Penemuan Besar Penuh Polemik

Mulanya amat berguna, muncul berbagai masalah setelahnya

Botol plastik (https://www.istockphoto.com/artisteer)

Plastik telah menjadi bagian penting dalam masyarakat, baik dalam ranah sederhana maupun industri.  Barang-barang yang kita gunakan tidak lepas dari plastik.

Televisi, computer, mobil, perabotan rumah, kacamata, sisir, bahkan sedotan diproduksi dengan bahan utama plastik. Seiring dengan berkembangnya produksi plastik, ia menjadi musuh Bumi karena membutuhkan waktu puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun untuk dapat terurai, sedangkan plastik tidak ada hentinya diproduksi setiap hari.

Plastik yang muncul lebih banyak daripada plastik yang hilang. Plastik tiada henti memenuhi lingkungan ekosistem kita. Akhirnya menumpuk dan menyebakan berbagai masalah terutama lingkungan.

Limbah plastik yang tidak terdaur ulang dengan baik akan menjadi ancaman besar bagi lingkungan. Masih belum ada jawaban memuaskan tentang cara pengelolahan limbah plastik secara massal. Namun jauh sebelumnya, plastik mempunyai peranan sebagai solusi keterbatasan material yang ada.

Plastik juga mempermudah menciptakan penemuan baru lainnya. Penasaran bagaimana awal mula plastic muncul sebagai kawan yang kini menjadi lawan?

1. Berasal dari bahan yang disebut polimer 

Ilustrasi polimer (https://www.istockphoto.com/Irina Vodneva)

Polimer terbentuk dari rangkaian melokul berulang amat panjang terutama yang berasal dari atom karbon berlimpah dari minyak bumi dan bahan bakar fosil lainnya untuk pembuatannya. Panjang rantai ini, dan pola susunannya, yang membuat polimer lebih kuat, ringan, dan fleksibel.

Terdapat bentuk polimer alami salah satunya ialah Selulosa yang didapatkan dari dinding sel tumbuhan. Penemuan awal plastik diciptakan oleh Alexander Parkes yang mendemonstrasikannya secara terbuka di Pameran Internasional tahun 1862 di London.

Plastik tersebut disebut Parkesine, berasal dari bahan organik yang berasal dari selulosa yang telah dipanaskan, dan dapat dibentuk dan mempertahankan bentuknya saat didinginkan. Banyak contoh awal produk Parkesine seperti cetakan printer, gagang sendok garpu, kancing, sisir yang dipajang di Museum Sains London seperti yang dikutip BBC.

Baca Juga: 11 Pembunuhan Ini Mampu Mengubah Jalan Sejarah

2. Plastik sintetis pertama 

John Wesley Hyatt (https://www.gettyimages.com/Pictorial Parade)

Selama satu setengah abad terakhir, manusia belajar bagaimana membuat polimer sintetis. Dilansir Science History, awal perjalanan penemuan polimer sintetis pertama dimulai pada tahun 1869 oleh John Wesley Hyatt, yang terinspirasi oleh tawaran perusahaan New York sebesar US$10 ribu untuk siapa saja yang dapat menyediakan pengganti gading. Semakin populernya olahraga biliar telah membebani pasokan gading alami karena menjadi bahan utama pembuatan bolanya.

Gading yang digunakan diperoleh melalui penyembelihan gajah liar. Dengan mengolah selulosa, yang berasal dari serat kapas, dipadukkan dengan kapur barus, Hyatt menemukan plastik yang dapat dibuat menjadi berbagai bentuk. Akhirnya, plastik dibuat untuk meniru bahan alami seperti kulit penyu, tanduk, linen, dan gading.

Selanjutnya tahun 1907, Leo Baekeland yang lahir di Belgia menemukan bahan yang disebut Bakelite (sesuai dengan namanya), plastik sintetis penuh pertama yang tidak mengandung molekul yang ditemukan di alam. Bakelite menggabungkan dua bahan kimia yakni formaldehida dan fenol (asam yang berasal dari batubara).

Baekeland telah mencari pengganti sintetis untuk isolator listrik dalam pemenuhan kebutuhan listrik AS. Bakelite tidak hanya sebagai isolator yang baik, keunggulan lainnya ialah ringam, tahan lama, mudah dibentuk menjadi bentuk-bentuk tertentu, tidak seperti plastik dengan bahan selulosa. Plastik jenis Bakelite cocok untuk produksi massal alat-alat mekanis.

3. Penemuan berbagai jenis plastik 

polyvinyl chloride untuk pipa (https://www.istockphoto.com/sndrk)

Penemuan plastik sintetis utama membuat pintu gerbang dalam penemuan dan pembuatan alat-alat yang lebih besar dan lebih kompleks. Pembuatan plastik yang tidak memakan waktu lama menyebabkan mudahnya diproduksi secara massal. Bahkan bahan bakunya pun tersedia dalam jumlah besar dan murah. Berbagai jenis plastik pun berangsur ditermukan hingga kian beragam dengan karakter tertentu.

Melansir BBC, penemuan Bakelite membuka pintu untuk jenis plastik sintetis yang sekarang dikenal polystyrene pada tahun 1929, polyester pada tahun 1930, polyvinyl chloride (PVC), akrilik pada tahun 1933, nilon pada tahun 1939. PVC digunakan untuk pipa ledeng serta peralatan wadah listrik, sementara akrilik adalah pilihan alternatif bagi kaca dan tahan pecah, dan nilon untuk stoking dan perlengkapan perang. Bahan-bahan baru ini dianggap sangat glamor pada masanya.

4. Diproduksi secara massal 

Plastik jenis polyethylene (https://www.istockphoto.com/photo/Ninel Roshchina)

Science Museum melansir pada periode pasca perang, plastik mulai menggantikan bahan kertas, kaca dan logam yang lebih maha untuk digunakan dalam barang-barang sekali pakai, seperti produk kemasan konsumen. Bahan polyethylene semakin dinikmati untuk tas belanja, wadah makanan hingga botol minuman. Keunggulan berbentuk tipis dan memiliki bobot yang sangat ringan menjadikan polyethylene tidak mempunyai alasan untuk tidak diproduksi secara massal.

Sejak 1941 polyethylene terephthalate (PET) dikembangkan khusus untuk untuk menampung minuman berkarbonasi. Penggunaan PET untuk wadah makanan dan minuman semakin pesat penggunaannya di sepanjang abad ini.

Keekonomisan produk plastik PET yang murah hingga diproduksi secara massal, membentuk budaya sekali pakai di lingkungan masyarakat. Bahkan saat ini sekitar 500 miliar produk dari PET seperti kantong, kotak makanan dan botol terjual setiap tahun. Diperkirakan angka ini terus meningkat, dan sebagian besar botol ini berakhir di lautan kita.

Baca Juga: Memahami Peristiwa Sejarah dengan Konsep Berpikir Diakronik

Verified Writer

Dina Stevany

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya