TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Anglo-Zanzibar, Perang Tersingkat dalam Sejarah

Hanya berlangsung 40 menit, tapi memakan banyak korban

ilustrasi istana sultan Zanzibar (tidingsmedia.org)

Jika mendengar kata perang, pasti kebanyakan orang membayangkan suatu pertempuran yang mengerikan. Memang, di dalam perang, ada banyak sekali orang yang dilibatkan, berbagai senjata, dan sering kali memakan banyak korban jiwa. 

Meskipun tampak mengerikan, kenyataannya perang adalah sesuatu yang biasa dilakukan berbagai negara pada zaman dahulu. Biasanya, perang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, mulai dari berhari-hari hingga tahunan.

Namun, ternyata ada juga perang yang hanya berlangsung selama beberapa menit saja. Perang ini dikenal sebagai Anglo-Zanzibar yang terjadi antara Inggris dan Zanzibar dan menjadi perang tersingkat dalam sejarah karena hanya berlangsung selama kurang lebih 40 menit.

Sekarang, kamu pasti bertanya-tanya, bagaimana bisa suatu peperangan hanya berlangsung selama 40 menit dan apa yang terjadi selama perang tersebut? Untuk tahu jawabannya, simak sampai tuntas penjelasan berikut ini yang dirangkum dari laman Britannica dan History Guild.

1. Zanzibar sebelum perang

ilustrasi Anglo-Zanzibar (tidingsmedia.org)

Sebelum Zanzibar berada di bawah kekuasaan Inggris, negara berbentuk pulau kecil di lepas pantai Tanzania ini dipimpin oleh Sultan Oman. Sultan Oman telah mengusir beberapa pemukim Portugis pada tahun 1698. Lalu, pada pertengahan 1800-an, Sultan Majid bin Said selaku pemimpin kala itu mendeklarasikan kemerdekaan Zanzibar. Kerajaan Inggris mengakui kemerdekaan ini dan menghormati kedaulatan kesultanannya.

Kepentingan Jerman yang meningkat di Afrika Timur menyebabkan Jerman dan Inggris bersaing untuk hak rute perdagangan dan wilayah. Kemudian, Sultan Khalifah memberikan Inggris hak tanah atas Kenya, sementara Jerman diberikan Tanganyika. Ketegangan mulai muncul saat para penguasa Arab marah dengan gangguan perdagangan akibat hak atas tanah. Keadaan semakin buruk saat Jerman menolak mengibarkan bendera Kesultanan Zanzibar. Penolakan Jerman ini menyebabkan bentrokan mematikan antara penduduk lokal dan otoritas Jerman.

Ketika Sultan Khalifah meninggal pada tahun 1890, kepempimpinan digantikan oleh Sultan Ali bin Said. Sultan Ali melarang penjualan budak dan menyatakan Zanzibar sebagai protektorat Inggris, yang memberi Inggris hak veto atas sultan masa depan. Pada tahun yang sama, Inggris dan Jerman menandatangani perjanjian Heligoland-Zanzibar, yang menetapkan wilayah-wilayah tertentu di Zanzibar. Jerman melepaskan semua hak mereka ke Inggris yang memberi Inggris lebih banyak pengaruh dan kendali atas negara itu.

Pada tahun 1893, posisi Sultan Ali digantikan oleh Hamad bin Thuwaini. Sikapnya yang pro-Inggris membuat banyak orang menyebutnya sebagai boneka kekaisaran. Banyak yang menyayangkan meningkatnya kontrol Inggris atas Zanzibar dan hilangnya perdagangan budak yang saat itu merupakan sesuatu yang berharga.

Baca Juga: 5 Fakta Pertempuran Palo Alto, Perang Besar Pertama Amerika Serikat

2. Timbulnya ketegangan

Khalid bin Bargash dari Zanzibar (tidingsmedia.org)

Selama berada di bawah pemerintahan Hamad bin Thuwaini, Zanzibar berada dalam kondisi yang relatif damai selama lebih dari 3 tahun. Hingga, pada 25 Agustus 1896, ia meninggal secara mendadak di istananya. Tidak pernah diketahui secara jelas penyebab kematian Hamad, tetapi diyakini bahwa sepupunya, yaitu Khalid bin Barghash telah meracuninya.

Keyakinan ini diperparah oleh fakta bahwa dalam beberapa jam setelah kematian Hamad, Khalid telah berada ke istana dan mengambil alih posisi Sultan, tanpa persetujuan Inggris. Peristiwa ini membuat diplomat lokal Inggris tidak senang, dan kepala diplomat dengan cepat menyatakan bahwa Khalid harus mundur. Khalid mengabaikan peringatan ini dan justru mulai mengumpulkan pasukannya di sekitar Istana.

Sebagai balasannya, Inggris mengumpulkan kekuatan mereka yang terdiri dari 900 Zanzibar Askaris, serta 150 pelaut dan marinir. Sebagian dari angkatan laut bertugas mengendalikan setiap kerusuhan di tengah warga sipil. Sedangkan, kelompok lain yang lebih kecil bertugas menjaga warga Inggris yang berkumpul di konsulat Inggris.

3. Pecahnya perang

ilustrasi istana sultan Zanzibar (tidingsmedia.org)

Khalid terus mengabaikan pesan peringatan dari otoritas Inggris dan justru menyatakan bahwa proklamasi resminya sebagai sultan akan dilangsungkan pada pukul 15.00. Kendati demikian, hanya 30 menit setelah Sultan Hamad dimakamkan, Khalid sudah diproklamasikan sebagai Sultan Zanzibar yang baru.

Meskipun tidak setuju dengan tindakan Khalid, tetapi otoritas Inggris tidak dapat bertindak tanpa persetujuan pemerintah. Yang bisa mereka lakukan hanyalah bersikeras bahwa semua bendera harus dikibarkan setengah tiang dan menginstruksikan para konsul untuk tidak mengakui Khalid sebagai Sultan.

Pada tanggal 26 Agustus, dua kapal Inggris tiba di pantai Zanzibar. Di dalamnya terdapat lebih banyak marinir dan tentara daripada yang disiapkan Inggris sebelumnya. Bersama bala bantuan ini, datang pula telegram berisi pernyataan bahwa otoritas Inggris diberi wewenang untuk menggunakan kekuatan dan cara apa pun yang diperlukan untuk menyingkirkan Khalid dari kekuasaan. Ini tentu saja merupakan kabar yang ditunggu-tunggu otoritas Inggris.

Sebelum menyerang, pihak berwenang masih berusaha untuk menegosiasikan satu ultimatum terakhir, yaitu Khalid harus menurunkan benderanya dan meninggalkan istana pada jam 9 pagi keesokan harinya, atau tentara Inggris akan melepaskan tembakan.

4. Perang 40 menit

ilustrasi perang Anglo-Zanzibar (historyofyesterday.com)

Satu jam sebelum batas waktu yang ditentukan, Khalid mengirim pesan balasan yang berisi keinginannya untuk berunding. Namun, para konsul menyatakan bahwa satu-satunya opsi adalah menyerah pada ketentuan ultimatum. Tentu saja, Khalid menyatakan bahwa dia tidak akan melakukannya dan menyebut bahwa ancaman otoritas Inggris hanyalah gertakan.

Tiba pukul 09.00, kapal-kapal Inggris diperintahkan untuk membombardir istana. Dua menit kemudian, dua kapal secara bersamaan menembaki istana. Pada saat peristiwa itu terjadi, ada sekitar 3.000 budak, pembela, dan pelayan yang berada di istana.

Penembakan berhenti sekitar pukul 09.40 yang membuat seluruh istana terbakar. Ada rumor yang mengatakan bahwa Khalid, bersama dengan beberapa pengikutnya, melarikan diri dari istana begitu tembakan pertama dilepaskan. Yang lain menyatakan bahwa dia tinggal di istana selama beberapa waktu sebelum melarikan diri.

Baca Juga: 7 Fakta Emu War, ketika Manusia Kalah Perang Lawan Burung

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya