TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Teori seputar Berakhirnya Alam Semesta Menurut Sains

Tenang, peristiwa ini gak akan terjadi dalam waktu dekat

ilustrasi alam semesta (pexels.com/Alex Andrews)

Alam semesta memang sesuatu yang rumit dan penuh dengan misteri. Ada banyak sekali materi yang ada di alam semesta dan masing-masing saling membetuk harmoni. Karenanya, segala sesuatu tentang alam semesta selalu menarik untuk dibahas.

Mulai dari awal mula terbentuknya alam semesta dan setiap materi yang menyusun alam semesta terus dipelajari oleh para astronom dan ilmuwan. Namun, bagaimana dengan akhir dari alam semesta? Seperti apa akhir dari alam semesta masih menjadi misteri ilahi.

Para ilmuwan telah lama mencari teori-teori seputar bagaimana alam semesta akan berakhir. Meskipun semuanya masih berupa prediksi, tapi tentu saja setiap teori ini memiliki dasar ilmiah yang logis.

Terdapat beberapa teori seputar akhir dari alam semesta. Berikut ini ulasan lima teori berakhirnya alam semesta menurut sains yang telah dirangkum dari laman Astronomy dan Futurism.

1. Alpha dan Omega

ilustrasi alam semesta (pexels.com/Felix Mittermeier)

Sekitar satu abad yang lalu, para astronom mengira bahwa Galaksi Bima Sakti merupakan seluruh alam semesta. Kosmos tampak statis dan akan selalu sama. Lalu, saat Albert Einstein menemukan teori relativitasnya, dia melihat tanda-tanda yang aneh. Persamaan teori relativitas menyiratkan bahwa alam semesta bergerak, baik mengembang atau menyusut.

Tidak butuh waktu lama bagi para astronom lain untuk memahami dan menyetujui pernyataan Einstein. Lalu, saat Edwin Hubble dengan cermat mengukur gerakan galaksi-galaksi di sekitar Bima Sakti, dia menunjukkan bahwa galaksi-galaksi ini memang bergerak menjauh.

Akhirnya, umat ​​manusia telah menemukan bahwa alam semesta mengembang. Melihat fakta tentang ekspansi itu akhirnya mengungkapkan bahwa seluruh alam semesta mungkin akan berakhir karena kolaps dengan sendirinya, atau bisa terus mengembang selamanya.

Baca Juga: 10 Fakta Sains Black Hole, Lubang Hitam yang Ditakuti di Alam Semesta

2. Big Crunch

ilustrasi alam semesta (pexels.com/Frank Cone)

Pada tahun 1922, fisikawan dan matematikawan Rusia, Alexander Friedmann membuat satu set persamaan yang diberi nama persamaan Friedmann. Perhitungan ini menunjukkan bahwa takdir alam semesta ditentukan oleh kerapatannya. Alam semesta bisa mengembang atau menyusut; alih-alih dalam keadaan tetap. Dengan materi yang cukup, gravitasi pada akhirnya akan menghentikan ekspansi kosmos.

Pada 1960-an dan 1970-an, saat para astronom menjumlahkan semua materi di alam semesta yang diketahui, mereka menghitung ada cukup massa sehingga kosmos pada akhirnya akan kolaps dan semua materi tertarik ke keadaan super padat, atau mungkin menjadi singularitas seperti lubang hitam. Teori ini dikenal sebagai teori Big Crunch.

3. Big Rip

ilustrasi alam semesta (pexels.com/Alex Andrews)

Alam semesta berkembang dikarenakan adanya bentuk energi misterius yang dikenal sebagai dark energy. Setiap tahun, dark energy ini menyebabkan laju ekspansi meningkat. Ekspansi ini diperkirakan akan berlanjut tanpa batas waktu hingga galaksi, bintang, planet, dan materi tidak dapat lagi menyatukan diri. Pada titik tertentu semua materi ini akan berpisah.

Teori ini disebut Big Rip. Apakah teori ini akan benar-benar terjadi tergantung pada kepadatan kritis, yaitu nilai batas antara model terbuka yang berkembang selamanya dan model tertutup yang kolaps kembali ke bentuk awal.

Menurut Robert Caldwell, seorang fisikawan teoretis dari Dartmouth College, jika Big Rip benar-benar terjadi, peristiwa itu akan terjadi sekitar 22 miliar tahun mendatang. Pada saat itu, matahari telah bertransisi dari bintang raksasa merah menjadi berwarna putih.

4. Big Freeze

ilustrasi alam semesta (pexels.com/Faik Akmd)

Skenario populer lainnya tentang akhir dari alam semesta adalah Big Freeze. Dalam teori ini, alam semesta terus mengembang dengan kecepatan yang terus meningkat. Ketika ini terjadi, panas tersebar ke seluruh ruang dan membuat galaksi, bintang, dan planet menjadi semakin jauh satu sama lain. Semuanya akan menjadi sangat jauh sehingga cahaya dari bintang dan galaksi yang jauh tidak akan pernah bisa mencapainya.

Akhirnya, planet, bintang, dan galaksi akan ditarik begitu jauh sehingga bintang-bintang akan kehilangan akses ke bahan mentah yang dibutuhkan untuk pembentukan bintang, yang membuat cahaya bintang akan padam untuk selamanya. Lalu, suhu alam semesta akan menjadi semakin dingin dari waktu ke waktu sampai suhu di seluruh alam semesta mencapai nol mutlak. Pada nol mutlak, semua gerakan berhenti. Karena tidak ada energi maka tidak ada yang bisa eksis di tempat seperti itu sama sekali.

Ini merupakan titik di mana alam semesta mencapai keadaan entropi maksimum. Jika teori ini yang benar terjadi, alam semesta akan menjadi peti mati yang diisi dengan sisa-sisa bintang mati.

Baca Juga: Sejauh Mana Manusia Dapat Menjelajah Alam Semesta? Ini 5 Jawaban Sains

Verified Writer

Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya