TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Itu Embun Upas? Fenomena Mirip Salju di Dataran Tinggi Dieng

Suhu juga minus, lho~

Dok. Aryadi Darwanto

Tertarik melihat fenomena alam mirip salju tanpa perlu jauh-jauh ke negara empat musim? Coba berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng. Pada waktu tertentu, nyaris seluruh permukaan di daerah Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, ini berwarna putih seperti salju. Fenomena tahunan yang gak bisa diprediksi ini sering disebut sebagai embun upas.

Apa itu embun upas? Lalu, bagaimana proses dan kapan fenomena mirip salju di Dieng ini berlangsung? Baca terus untuk tahu lebih banyak, ya!  

Apa itu embun upas?

Sering dibilang salju, embun upas adalah lapisan embun beku yang menyelimuti permukaan daerah Dataran Tinggi Dieng. Nama 'upas' sendiri berarti racun. Julukan ini diberikan oleh warga setempat, karena embun ini dianggap beracun bagi tanaman perkebunan. Walaupun begitu, embun ini gak benar-benar mengandung racun, ya.  

Suhu dingin yang membungkus permukaan tumbuhan yang menjadi alasan mengapa tanaman mati. Begitu terkena sinar matahari, tumbuhan akan berubah hitam layaknya terkena racun. 

Namun, gak perlu khawatir, embun upas sama sekali ta berbahaya bagi manusia. Jadi buat kamu yang penasaran, tetap bisa bermain-main di tengah rerumputan yang tertutup salju ala Dieng ini.

Baca Juga: Apa Itu Rotasi Bumi dan Dampaknya? Ini Penjelasannya

Mengapa embun di Dieng dapat terbentuk?

ilustrasi permukaan benda tertutup embun es (flickr.com/dordrecht holland)

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie Prayoedie mengungkapkan, peristiwa ini terjadi akibat adanya dua pusat tekanan rendah (LPA) di bagian bumi utara. Pusat tersebut yakni pusat tekanan rendah 04W di Laut China Selatan sebelah barat Filipina dan pusat tekanan rendah 98W di timur laut Filipina.

Kondisi ini diperkuat dengan kuatnya angin Monsoon Australia atau angin timur yang membawa udara kering. Angin tersebut menyebabkan curah hujan di Pulau Jawa berkurang. Selain itu, faktor gerak semu matahari, intrusi suhu dingin, dan laju penurunan suhu terhadap ketinggian menyebabkan perubahan suhu ekstrem yang disebut bedhidhing dalam bahasa Jawa.

Kondisi ini merupakan tanda awal musim kemarau. Panas matahari yang lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa menyebabkan suhu udara melonjak, hingga panas menyengat saat siang hari. Lalu, menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi. 

Selain itu, kandungan air di dalam tanah yang makin sedikit, dapat mengakibatkan uap air di udara ikut menipis, sehingga kelembapan udara pun menurun. Pada dataran tinggi seperti Dieng, tentu berpeluang mengalami penurunan suhu hingga titik beku (nol derajat Celcius). Uap air akan mengalami kondensasi dan mengembun yang dingin bahkan beku. Suhu di bawah titik beku itulah yang memproses embun menjadi seperti es dinamakan ‘embun upas’.

Kapan embun upas terjadi?

Peristiwa suhu dingin ini merupakan fenomena alam yang umum terjadi di bulan-bulan ketika kemarau mencapai puncaknya. Dilansir laman BMKG, proses alam tersebut biasanya berlangsung pada Juli-September. Adapun durasi embun upas sendiri berlangsung sekitar 1 dasarian atau 10 hari saja.

Pada 2022 ini, embun upas mulai muncul 30 Juni lalu. Suhu di Dataran Tinggi Dieng mencapai minus 1 derajat Celcius saat pukul 04.00-05.00 WIB. Sesuai konsep dasarian, kondisi tersebut diperkirakan akan bertahan 1-10 Juli 2022 mendatang. 

Setelahnya, suhu udara akan kembali basah. Hal ini dikarenakan pengaruh suhu permukaan air laut sekitar pulau Jawa yang hangat. Selain itu, disebabkan pula adanya anomali La Nina dengan intensitas lemah dan probabilitas sekitar 66 persen saat Juli-Agustus 2022.

Baca Juga: Mengenal Boötids, Fenomena Hujan Meteor 27 Juni 2022 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya