TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyakit FLUTD Kucing: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Kucing jantan berisiko lebih tinggi

ilustrasi kucing (pexels.com/FOX)

Kucing menunjukkan perubahan kebiasaan saat buang air kecil? Pawrents harus mulai waspada, nih. Sebab, tindakan anabul tersebut mungkin menandakan sebuah gangguan kesehatan FLUTD kucing. Sederhananya, FLUTD merupakan penyakit saluran kemih bawah. 

Penyebab FLUTD pada kucing tidak selalu karena adanya batu kemih. Berikut penjelasan pengertian, penyebab, gejala, hingga pengobatan yang diperlukan anabul jika mengalami masalah saat berkemih.

Apa yang dimaksud FLUTD?

FLUTD atau Feline Lower Urinary Tract Disease bukan sebuah nama sebuah penyakit, melainkan gambaran kondisi yang memengaruhi kemih dan uretra kucing, melansir American Veterinary Medical Association (AVMA). FLUTD juga kerap disebut sebagai FUS atau Feline Urological Syndrome.

Masalah kesehatan yang berkaitan dengan organ kencing ini menyerang sekitar 1-3 persen kucing setiap tahunnya, melansir iCatCare. Di luar itu, FLUTD pun dapat terjadi pada kucing usia berapa saja. Meski demikian, AVMA menyebutkan bahwa FLUTD lebih sering dijumpai pada kucing paruh baya, kelebihan berat badan, kucing full indoor, serta yang mengonsumsi makanan kering.

Baca Juga: 4 Perbedaan Kucing Siam dan Himalaya, Serupa tapi Tak Sama

Penyebab FLUTD kucing

ilustrasi kucing sakit (pexels.com/Sasha Kim)

Seperti disebutkan sebelumnya, FLUTD merupakan istilah yang mewakili sekelompok penyakit. Oleh karena itu, penyebab FLUTD kucing bisa berbeda tergantung subkelas kondisi yang dialami oleh anabul. Terdapat beberapa subkelas, tetapi penyebab FLUTD paling umum adalah berikut.

  • Urolitiasis (batu saluran kemih). Kondisi ini terjadi ketika terdapat penumpukan mineral di saluran kemih. Nah, yang paling umum adalah oksalat dan struvite. Faktor-faktor seperti stres emosional,lingkungan, hingga perubahan rutinitas dapat memicu FLUTD kucing.
  • Infeksi saluran kencing. Penyebabnya bisa bakteri, jamur, parasit, bahkan infeksi virus. Pada kucing muda, FLUTD akibat infeksi ini jarang terjadi karena kandungan asam dan konsentrasi dalam urine dapat mencegahnya. Namun, pada kucing yang berusia lebih dari 10 tahun, penyakit ginjal dan diabetes dapat mengubah tingkat keasaman urine sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran kencing.
  • Obstruksi uretra yang ditunjukkan dengan adanya penyumbatan sebagian atau seluruh uretra kucing. Alhasil, anabul kesulitan buang air kecil dan bahkan mengejan untuk mengeluarkan urine. Kondisi ini perlu mendapat perawatan medis segera karena dapat mengganggu fungsi ginjal dalam mengeluarkan racun.
  • Feline Idiopathic Cystitis (FIC) merupakan diagnosis ekslusi yang dibuat setelah semua penyakit yang mungkin menyebabkan gejala disingkirkan. Stres dan perubahan pola makan dapat meningkatkan risiko FIC.
  • Diabetes dan hipotiroidisme adalah dua di antara kondisi kesehatan yang dapat memengaruhi kesehatan kemih pada kucing. Penyebab penyakit FLUTD kucing lainnya termasuk tumor pada saluran kemih, kelainan bawaan, atau adanya cedera.

Risiko peningkatan FLUTD kucing juga kerap dikaitkan dengan perubahan anatomi, obesitas, pola makan, dan genetika, melansir PetMD. Stres karena faktor lingkungan yang disebabkan oleh aroma tertentu, kebisingan, bahkan perubahan letak furnitur pun dapat menjadi pemicu lainnya. 

Gejala FLUTD pada kucing

ilustrasi litter box kucing (unsplash.com/Litter Robot)

Meski penyebabnya berbeda-beda, penyakit FLUTD kucing kerap menunjukkan gejala klinis yang serupa. Dilansir Cornell Feline Health Center, tanda-tanda paling umum meliputi beberapa hal berikut:

  • Sulit buang air kecil, bahkan terasa menyakitkan. Kucing mungkin mengejan hingga menangis di kotak kotorannya
  • Peningkatan frekuensi buang air kecil
  • Volume air kencing yang sedikit atau tidak ada sama sekali meski kucing telah jongkok di kotak pasirnya
  • Adanya darah dalam urine
  • Buang air kecil di luar kotak kotoran
  • Terlalu sering menjilati daerah genital.

Bagaimana cara mendiagnosis FLUTD kucing?

Diagnosis FLUTD hanya bisa dilakukan oleh dokter hewan setelah melewati serangkaian pemeriksaan fisik, tes, dan mengecek riwayat anabul. Umumnya, dokter akan melakukan urinalisis untuk menyeleksi beberapa penyakit, misalnya infeksi saluran kemih. 

Dokter juga dapat mengambil sampel darah untuk mendeteksi infeksi sistemik, diabetes, dan penyakit ginjal lainnya. Jika dokter mencurigai adanya batu kemih, maka rontgen atau USG dapat dilakukan. Opsi tersebut mungkin dilanjutkan dengan MRI atau CT untuk mendapatkan pencitraan lebih lanjut.

Guna melihat riwayat anabul, dokter juga akan menanyakan bagaimana kebiasaan kucing di rumah. Termasuk bagaimana kucing makan, tidur, bermain, berinteraksi dengan keluarga, hingga makanan dan kebiasaan buang airnya.

Baca Juga: Kenapa Kucing Muntah Makanan, Apakah Pertanda Serius?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya