TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mumifikasi: Cara Mengawetkan Mayat agar Tidak Membusuk

Ternyata, tidak dibiarkan begitu saja

ilustrasi mumi (Wikimedia Commons/metmuseum.org)

Kasus kematian satu keluarga di Kalideres masih menjadi teka-teki. Pasalnya, polisi mengungkapkan bahwa mayat telah mengalami proses mumifikasi. Terungkap pada awal November (2022), beberapa mayat diduga telah meninggal sejak Mei 2022. 

Mendengar istilah mumifikasi mengingatkan pada mumi yang ada di Mesir. Namun, apakah keduanya melewati proses yang sama?

Apa itu mumifikasi?

Mumifikasi merupakan sebutan pada sebuah proses pembuatan mumi. Faktanya, ada tahapan khusus hingga akhirnya mayat bisa menjadi mumi.

Pada kasus kematian di Kalideres, kejadian mumifikasi berlangsung secara alami. Jenazah dibiarkan terpapar suhu panas dan kering setelah beberapa waktu.  

Jenazah pun mengalami penguapan dan terjadi proses pembusukan di dalam tubuh. Dengan begitu, tubuh mayat menjadi kering, warnanya berubah gelap, keriput, dan tidak sepenuhnya hancur maupun membusuk. 

Adapun mumifikasi secara sengaja pada mayat melewati beberapa step khusus. Pada setiap tahapannya dilakukan prosedur sehingga nantinya mayat benar-benar tidak berbau. 

Tahapan proses mumifikasi

Apakah mumifikasi sama dengan embalming alias pengawetan? Sebenarnya, pengawetan merupakan salah satu tahap yang ada pada proses membuat mumi. Nah, secara tradisional, mumifikasi melewati lima tahap penting. Dilansir dari History, berikut langkah-langkah tersebut. 

1. Menyiapkan tubuh

ilustrasi mumi (pexels.com/Anna Shvets)

Menyiapkan tubuh artinya mengeluarkan seluruh organ yang mengalami proses pengawetan. Organ tubuh yang dikeluarkan termasuk otak, usus, lambung, kecuali hati. Mereka meninggalkan hati karena dianggap sebagai sumber pemikiran dan keberadaan seseorang, melansir Now supported by Northrop Gumman.

Organ tubuh pada badan dikeluarkan melalui tindakan bedah tradisional. Ahli akan membuat sayatan di samping tubuh atau perut untuk mengangkat organ. Selanjutnya, bagian dalam tersebut diletakkan dalam wadah khusus bernama stoples kanopi. 

Lalu, bagaimana dengan otak? Salah satu alat populer dalam peradaban mumifikasi disebut sebagai ‘pengait otak’. Alat tersebut menyerupai jarum rajutan dan digunakan untuk menarik otak keluar melalui hidung. 

Selanjutnya, tubuh disiram dengan anggur sebagai antiseptik untuk membunuh bakteri. Selain itu, peneliti modern juga menemukan penggunaan minyak wijen, ekstrak tanaman atau akar jenis balsam, permen karet nabati, dan resin pohon konifer. Kemungkinan besar, ada pula resin pinus untuk membantu mencegah pembusukan.

Baca Juga: Sejarah Tari Gandrung Nusa Penida, Pengusir Wabah

2. Mengeringkan mayat

Langkah selanjutnya yakni pengeringan yang menjadi tahap penting mumifikasi. Proses ini dilakukan guna menghilangkan sisa kelembapan pada jenazah.

Pada prosesnya, pembalsam menggunakan bahan kimia bernama natron. Scientific American menyebutkan bahwa bahan tersebut merupakan garam alami dengan sifat pengeringan yang sangat baik.

Mayat akan ditaburi natron hingga tertutup seluruhnya, lalu dibiarkan selama 40 hari di meja pembalsaman. Nantinya, tubuh jenazah akan menghitam dan keriput yang siap untuk fase mumifikasi berikutnya.

3. Mengembalikan tubuh

Nah, setelah mengering, tubuh mayat akan ‘dikembalikan’ agar tampak lembap atau seperti hidup. Setelah tubuh benar-benar kering, pembalsem memijat kulit agar kenyal.

Selain itu, ahli akan mengharumkan tubuh dan mengisi bantalan di bawah kulit agar tampak lebih berdaging dan realistis. Pada tampilan luar, pembalsem memberi sedikit riasan dengan mengoleskan perona pipi dan cat lainnya, hingga mata palsu.

4. Membungkus tubuh

ilustrasi penemuan mumi (twitter.com/Reuters)

Selanjutnya, ahli mumifikasi akan melapisi jenazah dengan resin hangat. Selanjutnya, tubuh mayat akan dibungkus dengan potongan kain memanjang, mirip seperti kostum Halloween masa kini. 

Untuk satu jenazah diperlukan setidaknya kain sepanjang 100 yard atau sekitar 91,44 meter. Para ahli secara hati-hati membungkus setiap bagian tubuh dengan beberapa lapis kain linen. Ada juga yang menutupi wajah jenazah di bawah perban. 

5. Menyimpan mumi

Setelah jenazah telah menjadi mumi, pemuka agama akan melakukan upacara keagamaan di makam tersebut. Tradisi ini termasuk ritual yang disebut ‘membuka mulut’.

Dinamakan demikian karena pendeta akan menyentuh bagian mumi dengan alat khusus untuk membuka bagian mulutnya. Tujuannya, agar si mumi bisa menikmati akhirat. 

Menurut Scientific American, orang Mesir percaya bahwa ketika seorang pendeta menyentuhkan alat itu ke mulut mumi, mayat akan bisa berbicara dan makan saat di akhirat nanti. Terakhir, peletakan mumi di peti mati dan menutup pintu masuk ke ruang pemakaman.

Baca Juga: Sejarah Angklung, Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mendunia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya