TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Angpau Imlek, Ini Makna dan Aturan Memberikannya

Penuh makna mendalam

ilustrasi angpau (pexels.com/Angela Roma)

Imlek tidak lengkap tanpa adanya angpau, bukan? Saat Tahun Baru China tiba, orang-orang merayakannya dengan memberikan amplop berwarna merah kepada kerabat dan sanak saudara. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak baheula, lho!

Bukan hanya soal uang, sejarah angpau membuat warisan leluhur asal dataran China ini tetap eksis hingga kini. Pemberiannya pun tidak boleh sembarangan, ada aturan khusus yang perlu diperhatikan karena serat makna.

Sejarah angpau

Dilansir Singapore Infopedia, ada dua legenda yang dipercaya menjadi awal mula tradisi pemberian angpau saat Imlek. Kedua cerita tersebut masih dipercaya hingga kini.

Legenda pertama, diceritakan adanya delapan peri kiriman dewa yang mengubah diri mereka menjadi koin. Para peri tersebut melakukan transformasi untuk membantu orang tua yang memohon doa kepada dewa agar menyelamatkan putra mereka dari iblis bernama Sui.

Sui merupakan iblis jahat yang seluruh tubuhnya digambarkan berwarna hitam, kecuali tangannya yang tidak berwarna. Iblis ini diketahui muncul setiap malam Tahun Baru Imlek untuk menyentuh kepala anak tiga kali saat mereka sedang tidur. Sentuhan tersebut konon bisa membuat anak-anak jatuh sakit, bahkan mengakibatkan kematian, melansir Says

Pada malam Tahun Baru Imlek, delapan koin jelmaan peri ini dibungkus dengan kertas merah dan diletakkan di bawah bantal sang anak. Ketika orangtua tertidur dan Sui datang, muncul cahaya keemasan keluar dari kertas merah dan membuat Sui ketakutan.

Banyak orangtua yang kemudian meneladani legenda dengan memberikan uang kepada anak-anak mereka. Uang-uang tersebut lantas dibungkus kertas merah dan disebut ya sui qian (压岁钱). Artinya, uang yang bisa menghalau setan, sebagaimana disebutkan dalam buku A New Beginning : Customs of the Lunar New Year. Pada era sekarang, ya sui qian lebih dipahami sebagai 'uang yang diberikan orangtua kepada anak-anak mereka' 

Legenda kedua yang dianggap mengawali pemberian angpau dimulai oleh peristiwa kelahiran putra Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang. Kaisar pun memberikan koin emas dan perak kepada selirnya sebagai jimat untuk melindungi sang bayi. Dari sanalah para orangtua mulai mengadopsi tradisi dengan memberikan uang kepada anak-anak mereka sebagai hadiah

Tradisi memberikan angpau saat Imlek

ilustrasi angpau (pexels.com/RODNAE Productions)

Kebiasaan memberikan angpau saat Imlek dimulai sejak zaman Dinasti Song, sekitar abad ke-12. Pada masa itu, memberikan uang atau li shi dalam bahasa Kanton, menjadi norma tersendiri.

Orangtua akan memberikan uang kepada anak-anak mereka. Selain itu, diberikan juga kepada para penyemarak yang datang serta penabuh genderang dan gong untuk menyambut setiap orang di tahun baru nan bahagia. Bukan hanya orangtua, para majikan juga memberikan uang kepada budak mereka sebagai tanda penghargaan.

Seiring waktu, orangtua maupun tetua mulai memberi anak mereka 100 koin yang melambangkan 100 tahun kehidupan. Wun Man Yun pada masa Dinasti Qing bahkan membuat puisi yang berkaitan dengan tradisi pemberian seratus koin tersebut. Pada malam Tahun Baru Imlek, koin-koin tersebut diberikan kepada anak-anak untuk dibelikan pakaian atau ditabung. 

Dulunya, angpau terbungkus sutera atau jenis kain lainnya. Menjelang akhir abad ke-19, orang-orang mulai menggunakan amplop berwarna merah yang disebut sebagai hóngbāo (紅包). Tradisi inilah yang masih bertahan hingga saat ini.

Tidak semua orang berkewajiban memberikan angpau. Pemberian angpau ini hanya dilakukan oleh mereka yang sudah menikah atau telah dianggap dewasa, sebagaimana keterangan Singapore Federation of Chinese Clan Associations yang termuat dalam The Straits Times edisi 23 Januari 1990.

Baca Juga: Festival Mooncake Masyarakat Tionghoa, Begini Sejarahnya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya