TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Perkembangan Akuntansi Indonesia dari Masa ke Masa

Siapa suka akuntansi?

ilustrasi akuntansi (pexels.com/Mikhail Nilov)

Belajar ekonomi tentu tidak lengkap tanpa akuntansi. Sebelum mempelajari materi ini lebih lanjut, akan makin seru jika kamu mengetahui terlebih dahulu seluk beluknya.

Lantas, seperti apa dan bagaimana sejarah perkembangan akuntansi Indonesia hingga digunakan secara luas seperti saat ini? Untuk tahu uraiannya, simak dalam ulasan ini. Sedikit info, ilmu akuntansi yang dulu tidak sepenuhnya sama dengan yang diterapkan saat ini, lho!

Baca Juga: Sejarah Angpau Imlek: Makna dan Aturan Memberikannya 

Sejarah perkembangan akuntansi Indonesia

Akuntansi pertama kali diperkenalkan dalam buku Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita oleh Luca Pacioli. Pada buku tersebut, akuntansi dijelaskan sebagai sistem buku pencatatan berpasangan yang kini akrab disebut sebagai debit dan kredit.

Luca Pacioli awalnya memperkenalkan metode tersebut hanya di Italia. Namun, karena fungsinya mempermudah perdagangan, sistem akuntansi dasar tersebut pun berkembang hingga ke negara lain, termasuk Indonesia.

Melalui perdagangan internasional, sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia diyakini telah berlangsung sejak 1642. Pada masa tersebut, pencatatan berlangsung sederhana dan hanya digunakan untuk memperhitungkan laba rugi perdagangan. Kebiasaan ini diyakini dibawa masuk oleh Belanda dan Portugis.

Meski demikian, bukti tertulis sejarah akuntansi di Indonesia tertua yang ditemukan berasal tahun 1747. Pembukuan tersebut merupakan pencatatan keuangan perusahaan bernama Amphioen Societeit di Jakarta.

Saat itu, pembukuan yang dilakukan masih menggunakan metode tradisional. Barulah pada tahun 1957, berdiri Ikatan Akuntansi Indonesia yang menjadi wadah untuk mengembangkan ilmu akuntan di Indonesia.

Sejak saat itu, akuntansi di Indonesia mulai dikembangkan. Tak hanya untuk pembukuan bisnis, tetapi juga sebagai ilmu pengetahuan yang diperkenalkan pada jenjang pendidikan.

Pada sistem akuntansi anglo saxon  ada pencatatan berbagai transaksi yang dialami dalam perdagangan. Hal ini dianggap memudahkan penggunanya karena dianggap tidak perlu melakukan pemisahan terhadap pembukuan dan sistem akuntansi.

Perkembangan sistem akuntansi di Indonesia

ilustrasi neraca dalam dunia keuangan (pexels.com/Pixabay)

Setiap negara memiliki sistem akuntansi masing-masing. Misalnya, Amerika Serikat menerapkan sistem Anglo Saxon, sedangkan Belanda menganut sistem kontinental. 

Awalnya, Indonesia menganut sistem kontinental. Alasannya jelas, karena Indonesia pernah menjadi bagian dari jajahan Belanda. Namun, sistem akuntansi ini terus dikembangkan hingga akhirnya terbentuk sistem baku yang diterapkan di seluruh Indonesia. Begini perjalanannya.

Tahun 1747 - pembukuan Amphioen Societeit

Amphioen Societeit merupakan bukti sejarah pembukuan akuntansi di Indonesia tertua yang ditemukan. Catatan perdagangan tersebut menggunakan metode pembukuan double entry sebagaimana ketentuan semasa pendudukan Belanda.

Sistem pencatatan double entry merupakan ilmu yang diperkenalkan oleh Pacioli. Pembukuan ini menggunakan sisi debit kredit dengan menyusun neraca dan laporan laba rugi. Pencatatan ini membantu perusahaan yang memilik arus hutang piutang.

Dasar sistem ini adalah anggapan bahwa total aset merupakan jumlah keseluruhan dari kewajiban yang dijumlah dengan modal pemilik. Pencatatan transaksi menggunakan sistem double entry akan mengakibatkan dua efek, yakni pengeluaran dan imbalan. Meski sedikit rumit, metode ini mampu mendeteksi ketimpangan dana keluar dan masuk.

Walau pada tahun tersebut sudah ditemukan buku, akuntansi belum berkembang pesat di Indonesia. Setelah undang-undang tanam paksa dihapus pada 1870, investor Belanda berbondong-bondong menanamkan modal dan membangun bisnis di Indonesia. Baru kemudian sistem akuntansi Indonesia bergerak maju.

Tahun 1907 - sejarah auditing Indonesia

ilustrasi audit (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Lama setelah investor datang, Indonesia mulai mengenal sistem auditing atau pemeriksaan laporan keuangan. Pada tahun 1907, sistem ini berfungsi sebagai sarana untuk pengontrolan kas perusahaan. 

Babak baru akuntansi Indonesia ini diperkenalkan oleh Van Schagen yang merupakan seorang anggota NIVA. Schagen juga yang mendasari didirikannya jawatan akuntan negara pada tahun 1915.

Setelah itu, berdirilah kantor akuntan publik pertama kali. Kantor tersebut diprakarsai oleh Frese & Hogeweg pada 1918. Pada masa itu Belanda masih berkuasa. Makanya, perusahaan akuntan publik tersebut masih diperuntukkan bagi perusahaan Belanda.

Meski sudah ada kantor akuntan publik dan sistem auditing, Indonesia belum sepenuhnya menerapkan akuntansi. Pasalnya, belum banyak perusahaan lokal yang melakukannya. Di sisi lain, sistem kontinental yang digunakan oleh Belanda tidak termasuk ke dalam akuntansi, melainkan hanya pencatatan saja.

Baca Juga: Sejarah Lampion, Lentera yang Semarakkan Perayaan Imlek

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya