Sejarah Angpau Imlek, Ini Makna dan Aturan Memberikannya

Penuh makna mendalam

Imlek tidak lengkap tanpa adanya angpau, bukan? Saat Tahun Baru China tiba, orang-orang merayakannya dengan memberikan amplop berwarna merah kepada kerabat dan sanak saudara. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak baheula, lho!

Bukan hanya soal uang, sejarah angpau membuat warisan leluhur asal dataran China ini tetap eksis hingga kini. Pemberiannya pun tidak boleh sembarangan, ada aturan khusus yang perlu diperhatikan karena serat makna.

Sejarah angpau

Dilansir Singapore Infopedia, ada dua legenda yang dipercaya menjadi awal mula tradisi pemberian angpau saat Imlek. Kedua cerita tersebut masih dipercaya hingga kini.

Legenda pertama, diceritakan adanya delapan peri kiriman dewa yang mengubah diri mereka menjadi koin. Para peri tersebut melakukan transformasi untuk membantu orang tua yang memohon doa kepada dewa agar menyelamatkan putra mereka dari iblis bernama Sui.

Sui merupakan iblis jahat yang seluruh tubuhnya digambarkan berwarna hitam, kecuali tangannya yang tidak berwarna. Iblis ini diketahui muncul setiap malam Tahun Baru Imlek untuk menyentuh kepala anak tiga kali saat mereka sedang tidur. Sentuhan tersebut konon bisa membuat anak-anak jatuh sakit, bahkan mengakibatkan kematian, melansir Says

Pada malam Tahun Baru Imlek, delapan koin jelmaan peri ini dibungkus dengan kertas merah dan diletakkan di bawah bantal sang anak. Ketika orangtua tertidur dan Sui datang, muncul cahaya keemasan keluar dari kertas merah dan membuat Sui ketakutan.

Banyak orangtua yang kemudian meneladani legenda dengan memberikan uang kepada anak-anak mereka. Uang-uang tersebut lantas dibungkus kertas merah dan disebut ya sui qian (压岁钱). Artinya, uang yang bisa menghalau setan, sebagaimana disebutkan dalam buku A New Beginning : Customs of the Lunar New Year. Pada era sekarang, ya sui qian lebih dipahami sebagai 'uang yang diberikan orangtua kepada anak-anak mereka' 

Legenda kedua yang dianggap mengawali pemberian angpau dimulai oleh peristiwa kelahiran putra Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang. Kaisar pun memberikan koin emas dan perak kepada selirnya sebagai jimat untuk melindungi sang bayi. Dari sanalah para orangtua mulai mengadopsi tradisi dengan memberikan uang kepada anak-anak mereka sebagai hadiah

Tradisi memberikan angpau saat Imlek

Sejarah Angpau Imlek, Ini Makna dan Aturan Memberikannyailustrasi angpau (pexels.com/RODNAE Productions)

Kebiasaan memberikan angpau saat Imlek dimulai sejak zaman Dinasti Song, sekitar abad ke-12. Pada masa itu, memberikan uang atau li shi dalam bahasa Kanton, menjadi norma tersendiri.

Orangtua akan memberikan uang kepada anak-anak mereka. Selain itu, diberikan juga kepada para penyemarak yang datang serta penabuh genderang dan gong untuk menyambut setiap orang di tahun baru nan bahagia. Bukan hanya orangtua, para majikan juga memberikan uang kepada budak mereka sebagai tanda penghargaan.

Seiring waktu, orangtua maupun tetua mulai memberi anak mereka 100 koin yang melambangkan 100 tahun kehidupan. Wun Man Yun pada masa Dinasti Qing bahkan membuat puisi yang berkaitan dengan tradisi pemberian seratus koin tersebut. Pada malam Tahun Baru Imlek, koin-koin tersebut diberikan kepada anak-anak untuk dibelikan pakaian atau ditabung. 

Dulunya, angpau terbungkus sutera atau jenis kain lainnya. Menjelang akhir abad ke-19, orang-orang mulai menggunakan amplop berwarna merah yang disebut sebagai hóngbāo (紅包). Tradisi inilah yang masih bertahan hingga saat ini.

Tidak semua orang berkewajiban memberikan angpau. Pemberian angpau ini hanya dilakukan oleh mereka yang sudah menikah atau telah dianggap dewasa, sebagaimana keterangan Singapore Federation of Chinese Clan Associations yang termuat dalam The Straits Times edisi 23 Januari 1990.

Baca Juga: Festival Mooncake Masyarakat Tionghoa, Begini Sejarahnya

Aturan memberikan angpau saat Imlek

Sejarah Angpau Imlek, Ini Makna dan Aturan Memberikannyailustrasi memberikan angpau (pexels.com/RODNAE Productions)

Berikut ini beberapa aturan memberikan angpau saat Hari Raya Imlek. 

Aturan warna merah

Sesuai namanya hong yang berarti merah, maka amplop yang digunakan untuk memberikan angpau mestinya juga berwarna merah. Selain meneladani legenda, warna merah juga melambangkan energi, kebahagiaan, dan keberuntungan menurut budaya China, melansir China Highlights.

Amplop merah tradisional sering dihiasi dengan kaligrafi dan simbol China yang indah. Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa angpau bukan sekadar uang di dalamnya. Membungkus uang keberuntungan dalam amplop merah diharapkan dapat memberikan lebih banyak kebahagiaan dan berkah bagi penerimanya.

Pemberi dan penerima angpau

Sejarah angpau juga memuat beberapa aturan dalam memberikan dan menerimanya. Misalnya, hanya orang dewasa yang diharapkan untuk memberikan hongbao. Pemberi hongbao juga sembari mengucapkan 恭喜發財 atau Gōngxǐ fācái yang berarti harapan "semoga tahun barumu sejahtera". 

Adapun bagi penerima, tidak boleh menatap kerabat atau terlalu bersemangat menerima hongbao. Jika melakukannya, maka dianggap tidak sopan dan tidak mencerminkan pengasuhan yang baik, melansir China Highlights. Kamu juga tidak boleh membuka amplop merah di hadapan pemberi atau orang lain, ya. 

Jumlah uang

Uang yang dikemas dalam hongbao harus berjumlah genap. Pasalnya, genap dianggap sebagai angka keberuntungan yang menguntungkan. Hal yang sama berlaku juga saat memberikan lebih dari satu atau hongbao berpasangan, maka jumlahnya harus tetap genap.

Orang Kanton dan Hokkien memberikan hongbao berpasangan kepada anak-anak kerabat dekatnya. Tradisi ini mencerminkan bahwa hal-hal baik datang berpasangan.

Hari memberikan hongbao

Hongbao mulanya diberikan selama acara perayaan Tahun Baru Imlek saja. Namun, kini, hongbao juga oleh tamu undangan pernikahan maupun teman kepada pengantin baru.  untuk membiayai pernikahan mereka. 

Pada era modern, angpau tidak hanya berisi uang. Ada juga yang menyelipkan sentuhan kenangan, misalnya puisi penuh makna untuk orang-orang yang dicintainya.

Sejarah angpau yang panjang mencerminkan cinta leluhur terhadap keluarga, saudara, maupun kerabat dekat. Memberikan angpau pun tak hanya memeriahkan Imlek, tetapi juga meneladani nilai-nilai baik yang tetap dianut hingga kini. 

Baca Juga: Sejarah Lato-Lato yang Sedang Tren, Bukan dari Indonesia

Topik:

  • Laili Zain Damaika
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya