TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Siklus Karbon: Pengertian, Proses, Jenis, dan Manfaatnya bagi Bumi

Memiliki peran penting bagi kehidupan ekosistem di bumi

ilustrasi permukaan bumi dari ketinggian (pexels.com/Pok Rie)

Setiap detiknya, ada banyak aktivitas yang terjadi di bumi ini. Bahkan, ada pula aktivitas yang gak terlihat sekalipun, termasuk siklus karbon. Meski demikian, perputaran karbon di alam semesta ini memengaruhi setiap lini kehidupan, lho!

Dalam artikel ini, IDN Times membahas apa itu karbon, siklus karbon, serta efek dan manfaatnya bagi kehidupan. Jadi, scroll sampai akhir, ya!

Apa itu karbon?

Dikutip dari Live Science, karbon merupakan elemen utama kehidupan di bumi. Lebih jauh, karbon alias zat arang merupakan unsur yang disimbolkan dengan huruf C di tabel periodik. Unsur ini bisa berdiri sendiri maupun bercampur dengan unsur lain membentuk senyawa. 

Dikatakan elemen utama kehidupan di bumi, karena karbon ada di mana-mana. Makanan yang kita konsumsi, alat transportasi, dan pergerakan ekonomi, nyaris seluruhnya mengandung karbon. Unsur ini merupakan sumber dari sebagian besar energi yang dikonsumsi manusia.

Karbon merupakan elemen paling melimpah, keenam, yang ada di bumi. Karbon-12 yang terbentuk secara alami memenuhi nyaris 99 persen jumlah karbon di bumi. Sisanya ada karbon-13, sebanyak satu persen dan karbon-14 yang sangat sedikit, tetapi membantu arkeolog mengetahui usia benda-benda organik.

Lalu, dari mana karbon berasal? Swinburne Center for Astrophysics and Supercomputing menyebut, karbon terbentuk di perut bintang dalam reaksi yang disebut proses triple-alpha. Ini merupakan proses pembakaran nitrogen menyisakan helium, lalu dipanaskan dan melebur menjadi berilium. Akhirnya, membentuk atom enam proton dan enam neuron yang dinamakan karbon.

Baca Juga: Memahami Siklus Nitrogen dan Manfaatnya bagi Kehidupan

Siklus karbon

ilustrasi siklus karbon (wikimedia.org)

Karbon berada dalam keadaan konstan bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Unsur ini tersimpan dalam benda yang disebut reservoir. Bentuk reservoir pun beragam, mulai dari tumbuhan, hewan, manusia, dan benda mati; seperti bebatuan hingga air.

Karbon juga bergerak dari reservoir satu ke reservoir lainnya. Nah, inilah yang dinamakan dengan siklus karbon. Misalnya, dalam tumbuhan, karbon digunakan tumbuhan untuk membentuk batang dan daun. Ketika sudah bertumbuh, daun dimakan oleh hewan-hewan.

Dalam proses tersebut, terjadi perpindahan karbon dari berbeda reservoir. Contoh lain, di atmosfer juga terkandung karbon yang tersimpan dalam bentuk gas. Karbon dioksida yang juga dijumpai di dalam lautan, ditangkap organisme laut. Sebut saja kerang yang memanfaatkan karbon untuk membuat cangkang dan kerangka.

Faktanya, sebagian besar karbon di planet bumi terkandung di dalam batuan, mineral, dan sedimen lain. Mayoritas terkubur di bawah permukaan planet, melansir Education National Geographic. Meski terus berputar dalam siklus karbon, jumlah karbon di bumi gak pernah berkurang, lho!

Alasannya, karena bumi memiliki sistem tertutup, jadi karbonnya bergerak di dalam atmosfer saja. Walaupun begitu, jumlah karbon dalam satu reservoir bisa berubah tiap waktu. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan karbon seperti sebelumnya dijelaskan. 

Sederhananya, perputaran karbon terjadi dengan:

  1. Karbon yang ada di atmosfer diserap oleh tanaman untuk fotosintesis
  2. Lalu, tumbuhan dikonsumsi oleh hewan dan karbon pun berpindah reservoir
  3. Ketika hewan serta tumbuhan mati dan membusuk, karbon dilepaskan kembali ke atmosfer
  4. Beberapa karbon gak dilepaskan kembali ke atmosfer dan menjadi bahan bakar fosil
  5. Bahan bakar fosil yang terbentuk dalam waktu lama tersebut kemudian digunakan untuk aktivitas buatan manusia, misalnya transportasi, yang akhirnya memompa lebih banyak karbon kembali ke atmosfer.

Jenis siklus karbon

ilustrasi siklus karbon darat dan laut (flickr.com/Atmospheric Infrared Sounder)

Siklus karbon digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan pada durasi prosesnya. Lebih jelasnya dalam uraian berikut:

  • Siklus karbon jangka pendek, terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Biasanya hanya membutuhkan waktu berhari-hari, berbulan-bulan, atau hitungan tahun bagi karbon untuk mengalir melintasi berbagai reservoir karbon. Misalnya, proses penyerapan karbon untuk fotosintesis
  • Siklus karbon jangka panjang, dinyatakan panjang apabila siklus karbon membutuhkan waktu ribuan tahun dalam sekali proses. Misalnya, karbon dari fosil yang terpendam sejak zaman purba.

Siklus karbon juga melalui aliran yang berbeda. Dua bentuk aliran siklus karbon yakni siklus karbon di darat dan siklus karbon di air, melansir Byju's. Apa bedanya?

  • Siklus karbon di darat

Karbon di atmosfer berbentuk karbon dioksida. Senyawa ini memasuki atmosfer melalui proses alami seperti respirasi dan aplikasi industri, seperti pembakaran bahan bakar fosil. Proses fotosintesis melibatkan penyerapan CO2 oleh tanaman untuk menghasilkan karbohidrat. Persamaannya adalah sebagai berikut:

CO 2 + H 2 O + energi →  (CH 2 O) n  +O 2

Beberapa senyawa karbon dalam siklus karbon melewati rantai makanan dari produsen ke konsumen. Bentuknya karbon dioksida dan dikeluarkan melalui respirasi. Pada siklus karbon ini mengandalkan peran pengurai guna memakan organisme mati dan mengembalikan karbon dari tubuhnya kembali ke atmosfer. Persamaan untuk proses ini adalah:

(CH 2 O) n  +O 2 → CO 2 + H 2 O

  • Siklus karbon di lautan

Serupa dengan di darat, siklus karbon di laut berarti perpindahan karbon dari reservoir ke reservoir yang ada di lautan. Fakta ekologis, lautan menyerap lebih banyak karbon daripada yang dikeluarkan. 

Hewan laut mengubah karbon menjadi kalsium karbonat, senyawa ini diperlukan untuk membuat cangkang keras, mirip dengan yang ditemukan pada kerang dan tiram. Ketika organisme dengan cangkang kalsium karbonat mati, tinggallah cangkang keras karena tubuh telah membusuk. 

Cangkang-cangkang tersebut menumpuk di dasar laut, lalu dipecah oleh gelombang dan menjadi padat di bawah tekanan yang sangat besar, sebagai batu kapur. Batuan kapur yang terkena udara menjadi lapuk, kemudian karbon dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai karbon dioksida.

Baca Juga: 5 Dampak Pemanasan Global, Manusia pun Merasakan Efeknya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya