TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Fakta Florence Nightingale, Perawat Modern Pertama di Dunia

Hari lahirnya diangkat menjadi Hari Perawat Internasional 

ilustrasi Florence Nightingale (commons.wikimedia.org/ Wellcome Library no. 9982i)

Bisakah kamu membayangkan jika sebuah rumah sakit didirikan di atas selokan dan di dalamnya penuh tikus berseliweran? Membayangkannya saja bikin bergidik karena jijik!

Kondisi mengenaskan itulah yang terjadi di rumah sakit di era 1800-an. Situasi tersebut perlahan berubah setelah temuan dari Florence Nightingale, seorang perawat dari Inggris yang merevolusi tata cara merawat pasien dan menyajikan bukti ilmiah bahwa sanitasi adalah kunci mencegah penularan penyakit di rumah sakit.

Disebut sebagai perawat modern pertama di dunia, bagaimana perjalanan kisah hidup Florence Nightingale? Terobosan apa yang dihasilkannya dalam ilmu keperawatan? Yuk, kenalan lebih lanjut dengan sosok inspiratif ini.

1. Terlahir dari kalangan elit, Florence Nightingale giat menuntut ilmu dan berjiwa filantropi 

ilustrasi belajar (Pexels/ Lisa Fotios)

Florence Nightingale lahir pada 12 Mei 1820. Ia berasal dari kalangan aristokrat. Ayahnya, William Shore Nightingale, adalah tuan tanah yang memiliki lahan di berbagai belahan Inggris sementara sang ibu, Frances Nightingale, ialah pebisnis sukses.

Sejak kecil Florence diberi kebebasan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu. Sejumlah bahasa asing ia pelajari, di antaranya adalah bahasa Jerman, Itali, dan Perancis. Ia juga menimba ilmu matematika, sains dan seni.

Meski berasal dari kalangan elit, Florence aktif dalam berbagai kegiatan filantropi. Ia juga tidak gengsi untuk turun tangan membantu kaum miskin dan orang sakit yang ada di lingkungan sekitarnya.

2. Enggan mengikuti jejak perempuan era Victoria, Florence menolak untuk menikah

ilustrasi penolakan (Unsplash/ Danie Franco)

Bagi perempuan di era Victoria, pernikahan dipandang sebagai suatu hal yang harus dijalani demi mendapat masa depan yang aman secara finansial dan bahagia. Perempuan, apalagi dari kalangan elit, akan mendapat mahar yang tinggi dari keluarga pasangannya. 

Tawaran pernikahan biasanya muncul ketika perempuan beranjak remaja. Di usia 17, Florence Nightingale dilamar oleh Richard Monckton Milnes. Meski sudah beberapa tahun menjalin kedekatan, ia menolak lamaran pria yang merupakan penyair dan politisi ternama di Inggris ini.

Selain Richard Monckton Milnes, beberapa lamaran pria terpandang lainnya juga tidak diterima Florence Nightingale. Ia ingin fokus dengan diri sendiri dan impiannya.

3. Terpanggil untuk menjadi perawat meski ditentang keluarga 

ilustrasi perawat (Unsplash/ JESHOOTS.COM)

Memiliki latar ilmu sains dan pengalaman sebagai sukarelawan merawat orang-orang sakit, Florence terpanggil untuk menjadi perawat. Keinginannya tersebut ditentang oleh orangtuanya.

Saat itu profesi perawat bukanlah suatu pekerjaan yang terpandang. Terlebih sebagai perempuan aristokrat, ia diharapkan untuk menikah seperti perempuan pada umumnya.

Namun, Florence bersikukuh untuk menjadi perawat. Ia  kemudian hijrah ke Jerman untuk menimba ilmu di the Lutheran Hospital of Pastor Fliednerl, Kaiserwerth.

4. Saat jadi perawat di London, ia menyadari pentingnya sanitasi bagi keamanan pasien RS

ilustrasi sanitasi (Unsplash/ Mélissa Jeanty)

Setelah menimba ilmu keperawatan di Jerman, di tahun 1850-an, Florence Nightingale bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit di London. Atas profesionalisme dan jiwa kepemimpinannya, Florence ditunjuk sebagai pengawas.

Ketika bertugas, Florence Nightingale menghadapi membludaknya pasien akibat wabah kolera, penyakit yang dapat mematikan dalam hitungan jam jika tidak tertangani. Pada zaman tersebut, dokter hanya fokus menangani gejala penyakit pada pasien, bukan bagaimana cara penularan penyakit tersebut.

Jiwa saintifik Florence pun tergelitik. Ia kemudian menyadari bahwa kondisi rumah sakit yang kotor bisa menjadi jalan bagi penyebaran penyakit kolera di dalam rumah sakit. Hal tersebut adalah pemikiran yang baru dalam ilmu kesehatan dan sempat mendapat bantahan dari berbagai pihak.

Baca Juga: 12 Insiden Kerumunan Paling Mematikan dalam Sejarah Dunia

5. Terjun langsung menangani tentara yang terluka dan sakit di Perang Krimea 

ilustrasi perang (Pexels/ Pixabay)

Di akhir tahun 1854, Florence Nightingale ditunjuk oleh Menteri Urusan Perang, Sydney Herbert, untuk memimpin sebuah tim berisi 30-an perawat untuk bertugas di rumah sakit militer Inggis di Konstantinopel (kini Istanbul). Saat itu, Inggris, Kerajaan Sardinia, Kesultanan Utsmaniyah (kini Turki) bersama Perancis sedang terlibat melawan Russia dalam Perang Krimea yang sudah berlangsung sejak tahun Oktober 1853. 

Ketika tiba di rumah sakit militer yang disebut Scutari Hospital tersebut, Florence melihat kondisinya jauh dari kesan higienis. Air bersih dan peralatan medis berkekurangan. Kotoran manusia dan tikus juga ada di mana-mana. Akibatnya, lebih banyak tentara yang meninggal setelah terkena penyakit tipes, difteri, dan kolera daripada akibat luka perang.

6. Berhasil menurunkan angka kematian tentara Inggris secara drastis

ilustrasi dokter (Unsplash/ Sander Sammy)

Berkaca dari pengalamannya di London mengenai pentingnya menjaga sanitasi di rumah sakit, Florence Nightingale lalu melakukan perubahan besar-besaran di rumah sakit militer tersebut. Florence memerintahkan pasien tentara yang kondisinya cukup prima untuk membersihkan seluruh bangunan dari kotoran. Ia juga membuat dapur khusus untuk makanan special diet untuk memulihkan kesehatan pasien. Sprei dan pakaian bersih juga dipastikan selalu tersedia.

Hasilnya, penularan penyakit di dalam rumah sakit bisa dicegah. Tingkat kematian tentara yang dirawat di Scutari Hospital tersebut mampu turun dari 40 persen ke 2 persen saja. Fantastis, bukan?

7. Dedikasi melampaui batas untuk pasien, Florence dikenal sebagai the Lady with the Lamp 

ilustrasi Florence Nightingale saat mengunjungi pasiennya di malam hari (commons.wikimedia.org/ Internet Archive Book Images)

Florence Nightingale dikenal sebagai perawat yang berdedikasi tinggi dan penuh welas asih. Selain membantu penyembuhan pasien, Florence Nightingale juga seringkali menulis surat untuk mengabarkan kondisi tentara yang dirawatnya pada keluarga tentara tersebut di Inggris. Di malam hari, ia berkeliling untuk mengecek kondisi pasien dengan bantuan penerangan lampu minyak.

Oleh karenanya Florence mendapat julukan the Lady with the Lamp. Ia juga memiliki panggilan lain yakni Malaikat Krimea (the Angel of Crimea).

Baca Juga: 5 Tokoh-Tokoh Ilmu Kedokteran dalam Islam

Verified Writer

Laras Larasati

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya