TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Fakta Insiden Eulmi, Tragedi yang Menewaskan Ratu Dinasti Joseon

Salah satu insiden paling tragis dalam sejarah dinasti Korea

lukisan ilustrasi pembunuhan Permaisuri Myeongseong (newworldencyclopedia.org/Dan Davies)

Insiden Eulmi merupakan insiden yang terjadi di masa dinasti Joseon. Pada insiden tersebut, Ratu Min yang juga disebut Permaisuri Myeongseong tewas terbunuh.

Insiden ini kemudian dianggap sebagai salah satu tragedi yang paling menyedihkan dalam sejarah kerajaan Korea, karena musuh berhasil menyerbu dan mengepung istana, lalu membunuh permaisuri dalam istananya sendiri.

Tragedi bersejarah tersebut tidak lepas dari ambisi Jepang untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan Korea. Hal ini cukup menimbulkan trauma bagi masyarakat Korea terhadap bangsa asing, terutama Jepang, hingga memunculkan ketegangan dalam hubungan diplomatik antar kedua negara. Berikut lima fakta di balik tragisnya insiden tersebut.

1. Kerajaan Korea berpihak pada dua kubu yang bertentangan

potret Raja Heung Sun (commons.wikimedia.org/Amble)

Di masa terjadinya insiden Eulmi, Korea berada di bawah kepemimpinan Raja Gojong dan istrinya, Ratu Min. Raja Gojong merupakan raja ke-26 dinasti Joseon. Ia dan istrinya menjadi kaisar dan permaisuri pertama Korea pada saat itu.

Walau dipimpin oleh Kaisar Gojong, kaisar ada di bawah bayang-bayang Raja Heung Sun, ayahnya. Dapat dikatakan, Kaisar Gojong membiarkan Raja Heung Sun mengatur segalanya.

Kaisar selalu menyetujui apa pun yang disarankan dan dilakukan oleh Raja Heung Sun. Pada masa pemerintahan mereka, hubungan Korea dengan beberapa negara mengalami ketegangan, terutama di antara Korea, Jepang, dan Rusia.

Raja Heung Sun yang ambisius berusaha mencari dukungan Jepang. Di sisi lain, menantunya, Permaisuri Myeongseong yang aktif menjalankan pemerintahan, tidak mempercayai Jepang dan memilih untuk menjalin kerja sama dengan Rusia.

2. Ambisi Jepang menguasai Korea

potret Raja Gojong (commons.wikimedia.org/Asadal)

Jepang telah lama ingin memperluas wilayah kekuasannya ke Asia Timur. Mereka sangat senang karena Raja Heung Sun berpihak pada mereka, sehingga memudahkan mereka untuk mempengaruhi politik Korea pada saat itu. Jepang kemudian menempatkan diplomat-diplomat mereka di Korea. 

Ratu Min memiliki andil yang lebih besar dari suaminya dalam politik, karena suaminya lebih mematuhi ayahnya, Raja Heung Sun. Permaisuri yang tidak percaya pada Jepang akhinya memutuskan untuk meminta bantuan Rusia untuk menghilangkan pengaruh Jepang dari Korea dan memajukan pendidikan di negaranya. Ia mengundang pelajar-pelajar dan insinyur Rusia ke Korea dan membuat Rusia melihat adanya peningkatan andil Jepang di Korea dalam pemerintahan.

Jepang menyadari keberpihakan Ratu Min pada Rusia mempersulit mereka menjalankan ambisi menguasai Korea. Mereka akhirnya menganggap Permaisuri Myeongseong sebagai penghalang besar yang harus disingkirkan. 

Baca Juga: 8 Fakta Sado, Pangeran Dinasti Joseon dengan Gangguan Mental

3. Pembunuhan Permaisuri Myeongseong

potret Permaisuri Myeongseong (commons.wikimedia.org/寧安)

Pada dini hari tanggal 8 Otober 1895, Jepang menyerang istana Gyeongbokgung. Penyerangan tersebut diperintahkan oleh Menteri mereka yang saat itu ditempatkan di Korea sebagai diplomat.

Menteri bernama Goro Miura tersebut merupakan veteran tentara Jepang. Tentara, diplomat, dan warga Jepang yang ada di Korea menerobos istana dengan misi membunuh Permaisuri Myeongseong.

Begitu memasuki istana, pihak Jepang langsung menuju ruangan permaisuri dan menemukan tiga orang perempuan. Dilansir Sofrep, begitu berhasil mengenali permaisuri, mereka menusuknya dengan pedang hingga tewas, dan membunuh dua perempuan lain yang diduga merupakan dayang-dayangnya.

Melansir New World Encyclopedia. pihak Jepang menyeret ketiga perempuan tersebut ke halaman istana. Setelah mengenali target mereka, mereka membunuh sang ratu. Ratu Min akhirnya tewas di usia 43 tahun. Setelah ratu tewas, mereka menuangkan kerosin ke tubuhnya lalu membakar mayatnya.

4. Memicu pemberontakan terhadap Jepang

potret istana Gyeongbokgung (commons.wikimedia.org/Isageum)

Pembunuhan Permaisuri Myeongseong merupakan puncak dari insiden Eulmi. Namun, peristiwa tersebut pun memicu munculnya serangkaian peristiwa tragis lain antara Korea dan Jepang. Salah satu peristiwa yang terjadi setelah kematian permaisuri adalah larangan gaya rambut topknot.

Larangan memiliki rambut topknot diberlakukan Jepang terhadap laki-laki Korea. Gaya rambut topknot, yang dalam bahasa Korea disebut sangtu adalah gaya rambut laki-laki Korea, di mana mereka memanjangkan rambut dan mengikatnya ke atas kepala.

Sangtu melambangkan harga diri dan kehormatan, memotongnya merupakan suatu hal yang memalukan. Raja Gojong adalah salah satu korban pertama yang rambutnya dipotong paksa oleh Jepang.

Pembunuhan terhadap Ratu Min dan kewajiban memotong sangtu menimbulkan amarah rakyat Korea. Mereka kemudian membentuk kelompok-kelompok perlawanan dan mulai memberontak dan menolak kedatangan Jepang. Salah satu kelompok yang pertama kali terbentuk karena insiden Eulmi adalah Eulmi Righteous Army.

Sayangnya, tidak adanya pemimpin yang dengan keras menentang Jepang, sehingga mereka kekurangan dukungan. Selain itu, lemah dan kurangnya pengalaman kelompok pemberontak anti-Jepang, membuat usaha mereka tidak membuahkan hasil. Dinasti Joseon akhirnya berakhir an Korea jatuh ke dalam kekuasaan Jepang hingga akhir Perang Dunia II.

5. Pelaku penyerangan insiden Eulmi

potret Goro Miura (commons.wikimedia.org/MChew)

Pada awalnya, Jepang menyangkal keterlibatan mereka dalam insiden Eulmi. Namun, peristiwa tersebut disaksikan langsung oleh arsitek asal Rusia bernama Seredin-Sabatin yang saat itu bertugas di Korea, tepatnya di istana Gyeongbokgung. Ia bertugas sebagai pengawal anggota kerajaan ketika insiden tersebut terjadi.

Ia melihat dengan jelas bahwa orang Jepang yang justri melakukan penyerangan, dan ia pun kemudian melaporkannya. Pembunuhan yang dilakukan Jepang terhadap pemimpin negara lain memicu kemarahan dan kecaman internasional. Hal ini membuat Jepang memanggil pulang Goro Miura dan membawanya ke pengadilan untuk diadili atas tuduhan pembunuhan Ratu Min.

Secara keseluruhan, ada sekitar 56 orang yang dihadapkan ke pengadilan Hiroshima atas tuduhan tersebut. Dilansir New World Encyclopedia, beberapa di antara mereka adalah Goro Miura, Shigeaki Kunimoto, Kakitsu Ieiri, dan Kenjo Kikuchi. Sayangnya, tuduhan atas mereka dicabut karena kurangnya bukti.

Baca Juga: 5 Fakta Kematian Park Chung Hee, 'Tak Sengaja' Ditembak Sahabatnya

Verified Writer

MONICA GRACIA

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya