TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Fakta Lucid Dream, Fenomena Mimpi yang Bisa Dikendalikan

Manfaat, cara, dan fakta-fakta menarik seputar lucid dream 

ilustrasi memejamkan mata (unsplash.com/Diane Picchiottino)

Lucid dream adalah fenomena ketika seseorang sadar bahwa mereka sedang bermimpi, tetapi tidak meninggalkan keadaan mimpi. Dalam beberapa kasus, si pemimpi dapat mengendalikan lingkungan mimpi.

Lucid dream terjadi selama siklus tidur REM (rapid eye movement), yaitu periode tidur yang sangat dalam yang ditandai dengan gerakan mata, pernapasan lebih cepat, dan aktivitas otak yang lebih tinggi. Berikut adalah enam fakta menarik tentang lucid dream yang mungkin belum kamu ketahui.

1. Lucid dream dapat dilatih dan diinduksi

ilustrasi sorot mata (unsplash.com/Diane Picchiottino)

Ada beberapa teknik yang dapat membantu kamu mengalami lucid dream, seperti MILD (mnemonic induction of lucid dreams), WILD (wake-induced lucid dreams), dan reality testing. Teknik-teknik ini melibatkan penggunaan ingatan, kesadaran, dan niat untuk memasuki keadaan lucid dream.

Teknik MILD dikembangkan oleh Stephen LaBerge, seorang peneliti lucid dream dari Stanford University. Teknik ini mengharuskan kamu mengulang pernyataan seperti “Saya akan sadar bahwa saya sedang bermimpi” sebelum tidur dan mengingat mimpi terakhir kamu.

Teknik WILD memanfaatkan transisi antara terjaga dan tertidur untuk memasuki lucid dream secara langsung. Teknik ini membutuhkan kamu untuk tetap sadar saat tubuh kamu menjadi rileks dan mengalami halusinasi hipnagogik.

Teknik reality testing melibatkan melakukan pemeriksaan saat terjaga dan tertidur untuk menentukan apakah kamu sedang bermimpi atau tidak. Misalnya, kamu mungkin mencoba menekan jari kamu ke dinding untuk melihat apakah kamu sedang bermimpi. Jika tidak, dinding yang kokoh akan menghentikan jari kamu.

Dalam mimpi, bagaimanapun, jari kamu mungkin hanya melewati dinding. Kamu juga dapat meningkatkan kemungkinan lucid dream dengan meningkatkan kualitas tidur kamu, menghindari gangguan sebelum tidur, dan menjaga buku harian mimpi.

2. Lucid dream memiliki berbagai manfaat

ilustrasi sorot mata (unsplash.com/Diane Picchiottino)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lucid dream dapat membantu kamu mengurangi kecemasan, meningkatkan keterampilan motorik, memecahkan masalah yang membutuhkan kreativitas, dan meningkatkan kreativitas kamu. Lucid dream juga dapat berfungsi sebagai terapi untuk orang-orang yang mengalami mimpi buruk, karena mereka dapat mengubah cerita dan akhir dari mimpi mereka.

Sebuah studi oleh Ursula Voss dan rekan-rekannya menemukan bahwa orang-orang yang dilatih untuk mengalami lucid dream melaporkan penurunan frekuensi mimpi buruk dan peningkatan kesejahteraan psikologis.

Sebuah studi lain oleh Daniel Erlacher dan Michael Schredl menemukan bahwa orang-orang yang berlatih gerakan sederhana seperti mengetuk jari-jari mereka lebih cepat dalam lucid dream menunjukkan peningkatan kinerja saat bangun.

Sebuah studi oleh Patrick Bourke dan Hannah Shaw menemukan bahwa orang-orang yang mengalami lucid dream lebih baik dalam memecahkan masalah yang melibatkan kreativitas daripada orang-orang yang tidak. Banyak orang yang menggunakan lucid dream sebagai cara untuk mengeksplorasi ide-ide baru atau mendapatkan wawasan dari karakter-karakter dalam mimpi mereka.

Baca Juga: Lucid Dream: Definisi, Proses, Manfaat hingga Dampaknya!

3. Lucid dream berhubungan dengan metakognisi

ilustrasi sorot mata (unsplash.com/Diane Picchiottino)

Metakognisi adalah kemampuan untuk menyadari dan memahami proses pikir kamu sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa lucid dream dan fungsi metakognitif berbagi sistem saraf yang serupa. Ini berarti bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi untuk memantau pikiran mereka sendiri mungkin lebih cenderung mengalami lucid dream.

Selain itu, ukuran bagian depan otak, yaitu korteks prefrontal, yang bertanggung jawab atas tugas-tugas tingkat tinggi seperti membuat keputusan dan mengingat memori, lebih besar pada orang-orang yang mengalami lucid dream. Sebuah studi oleh Elisa Filevich dan rekan-rekannya menggunakan MRI (magnetic resonance imaging) untuk mengukur volume korteks prefrontal pada orang yang sering mengalami lucid dream dan orang yang jarang atau tidak pernah mengalami lucid dream.

Mereka menemukan bahwa korteks prefrontal lebih besar pada kelompok pertama. Studi ini juga menunjukkan bahwa aktivitas di korteks prefrontal lebih tinggi pada orang-orang yang mengalami lucid dream saat mereka menyelesaikan tes metakognitif saat terjaga. Studi ini menunjukkan adanya hubungan antara lucid dream dan metakognisi, khususnya dalam hal pemantauan pikiran.

4. Lucid dream dapat terjadi di luar siklus tidur REM

ilustrasi sorot mata (unsplash.com/Diane Picchiottino)

Meskipun lucid dream paling sering terjadi selama tidur REM, ada bukti bahwa lucid dream juga dapat terjadi di luar fase tidur ini. Beberapa peneliti percaya bahwa lucid dream mungkin merupakan semacam “keadaan antara” di mana kamu tidak sepenuhnya terbangun tetapi tidak sepenuhnya tertidur juga.

Hal ini mungkin terkait dengan fenomena hypnagogia dan hypnopompia, yaitu pengalaman sensori aneh yang dapat terjadi saat kamu mulai tertidur atau bangun. Sebuah studi oleh Ursula Voss dan rekan-rekannya menggunakan EEG (electroencephalography) untuk mengukur aktivitas listrik otak pada 27 orang yang dilatih untuk mengalami lucid dream dan orang yang tidak. Mereka menemukan bahwa lucid dream terjadi pada tahap tidur yang berbeda-beda, mulai dari tahap 1 hingga tahap REM.

Mereka juga menemukan bahwa lucid dream ditandai oleh peningkatan aktivitas gamma (frekuensi tinggi) di korteks frontal dan temporal, yang menunjukkan kesadaran diri dan kontrol volisional. Studi ini menunjukkan adanya variasi dalam waktu dan karakteristik dari lucid dream.

5. Lucid dream dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal

ilustrasi sorot mata (unsplash.com/Diane Picchiottino)

Lucid dream dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemunculan dan isi dari lucid dream kamu, seperti suhu ruangan, cahaya, suara, obat-obatan, dan makanan. Misalnya, suhu ruangan yang dingin dapat meningkatkan frekuensi mimpi buruk, sedangkan cahaya merah dapat meningkatkan kesadaran dalam mimpi. Beberapa obat-obatan dan makanan juga dapat mempengaruhi intensitas dan durasi dari mimpi kamu.

Sebuah studi oleh Tadas Stumbrys dan rekan-rekannya meneliti pengaruh suhu ruangan terhadap kualitas mimpi pada 50 orang dewasa sehat. Mereka menemukan bahwa suhu ruangan yang dingin (16°C) dikaitkan dengan peningkatan jumlah mimpi buruk dibandingkan dengan suhu ruangan yang hangat (24°C).

Sebuah studi lain oleh Daniel Erlacher dan rekan-rekannya meneliti pengaruh cahaya merah terhadap kemampuan bermimpi lucid pada 22 orang yang dilatih untuk mengalami lucid dream dengan menggunakan topeng tidur yang memancarkan cahaya merah. Mereka menemukan bahwa cahaya merah dapat meningkatkan frekuensi dan durasi dari lucid dream dibandingkan dengan cahaya hijau atau tidak ada cahaya.

Beberapa obat-obatan, seperti galantamine dan donepezil, yang meningkatkan kadar asetilkolin di otak, juga dapat meningkatkan kemungkinan lucid dream jika dikonsumsi sebelum tidur. Selain itu, beberapa makanan yang mengandung asetilkolin atau prekursornya, seperti keju, telur, dan kacang-kacangan, juga dapat berpengaruh pada mimpi kamu.

Baca Juga: 5 Dampak Lucid Dream bagi Kesehatan, Bisa Membahayakan

Verified Writer

Muhamad Aldifa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya