TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengapa Ukuran Hewan Semakin Mengecil? Ini Jawabannya!

Disebut punya keterkaitan dengan perubahan iklim

ilustrasi burung kecil (pexels.com/Joyston Judah)

Hewan yang hidup puluhan hingga ratusan juta tahun yang lalu cenderung memiliki tubuh yang sangat besar, seperti dinosaurus. Salah satu yang terbesar ialah Patagotitan mayorum yang panjangnya 37 meter dengan bobot 76 ton.

Tetapi, hewan terbesar yang hidup di bumi saat ini adalah paus biru (Balaenoptera musculus) yang panjangnya 30 meter dengan berat 200 ton. Dan sekarang tidak ada lagi hewan sebesar dinosaurus yang berjalan di muka bumi.

Mengapa ukuran hewan cenderung mengecil? Apakah ini bagian dari adaptasi? Dari sisi sains, ini penjelasannya!

1. Diduga karena perubahan iklim

ilustrasi perubahan iklim (pixabay.com/TheDigitalArtist)

Perubahan iklim adalah permasalahan real yang kita hadapi saat ini. Sejak tahun 1900, suhu permukaan bumi telah meningkat sekitar 1 derajat celsius. Selain itu, permukaan air laut juga naik setinggi 16-21 cm.

Mungkin sekilas sulit dipercaya, tetapi ada korelasi antara perubahan iklim dengan penyusutan ukuran tubuh hewan. Ini berdasarkan bukti yang dikumpulkan oleh peneliti dari University of Cape Town dari tahun 1976-1999.

2. Terlihat adanya perubahan berat pada spesies burung tertentu

ilustrasi burung wagtail gunung (ebird.org)

Diketahui bahwa selama periode pemanasan global, hewan laut dan darat menjadi lebih kecil. Untuk membuktikannya, profesor muda Res Altwegg dan Dr. Birgit Erni dari Departemen Ilmu Statistik beserta rekan-rekannya meneliti perubahan berat burung wagtail gunung (Motacilla clara) di sepanjang sungai Palmiet, Westville, Afrika Selatan.

Mereka mengamati sekelompok burung wagtail gunung yang hidup di wilayah tersebut. Hasilnya, ketika suhu di sepanjang sungai Palmiet meningkat, burung wagtail gunung yang tinggal di sana menjadi lebih ringan, mengutip Phys.org.

Selain itu, burung yang lebih ringan bertahan lebih baik di lingkungan bersuhu tinggi. Ini merupakan bukti bahwa tekanan evolusioner membuat burung menjadi lebih ringan dan lebih mampu survive. FYI, berdasarkan data dari stasiun cuaca lokal, suhu di sekitar sungai Palmiet naik 0,18 derajat celsius.

Baca Juga: 7 Dampak Kebakaran Hutan pada Hewan Liar, Miris Banget

3. Penelitian di Chicago menunjukkan hal yang serupa

Burung mati koleksi Field Museum, Chicago. (fieldmuseum.org/Ben Marks)

Sejak musim gugur tahun 1978, David Willard, seorang ornithologist (ahli burung) mengumpulkan burung-burung yang mati akibat menabrak McCormick Place. Lalu, ia mengukurnya dan menyimpannya sebagai koleksi Field Museum.

Empat dekade kemudian, ia berhasil mengumpulkan lebih dari 100.000 burung yang mati akibat menabrak jendela di Chicago, AS. Dilansir Vox, koleksi ini membuktikan bahwa ukuran burung-burung telah menyusut dan kenaikan suhu global disinyalir adalah penyebabnya.

Tahun 2019 lalu para peneliti memeriksa lebih dari 70.000 spesimen burung koleksi Field Museum. Ditemukan bahwa individu dari 52 spesies burung menyusut 2,6 persen antara tahun 1978-2016. Tarsus (bagian kaki burung) juga mengecil.

4. Ukuran ikan pun mengecil hingga 15 persen

ilustrasi ikan menhaden (vims.edu)

Bukan hanya burung yang ukurannya mengecil, tetapi juga ikan. Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal GEO: Geography and Environment di tahun 2017, ukuran tubuh menhaden (ikan perak kecil yang biasanya dijadikan umpan atau pakan ternak) menyusut sekitar 15 persen selama 65 tahun terakhir, kemungkinan karena pemanasan global.

"Saat atmosfer bumi dan lautan terus menghangat, masa depan (ikan) menhaden tampaknya akan semakin kecil," ungkap R. Eugene Turner, profesor di Louisiana State University.

Yang menarik, ikan merupakan hewan ektotermik (tidak menghasilkan panas mereka sendiri). Sehingga, memiliki tubuh yang lebih kecil tidak membantu ikan untuk tetap dingin. Penyusutan ini mungkin memiliki tujuan lain.

5. Sebaliknya, hewan yang berukuran besar lebih mentolerir suhu dingin

ilustrasi beruang kutub (pexels.com/Dick Hoskins)

On the other side, hewan yang berukuran besar lebih bisa bertahan pada suhu dingin. Salah satunya adalah beruang kutub (Ursus maritimus) yang panjangnya 2,4-3 meter dengan berat 150-250 kilogram. Beruang kutub bisa hidup pada suhu -45 derajat celsius hingga 10 derajat celsius.

"Semuanya sama, hewan yang lebih besar dapat mentolerir kondisi dingin lebih baik daripada hewan yang lebih kecil. Sehingga iklim yang memanas relatif lebih menguntungkan bagi hewan yang lebih kecil," jelas Prof. Res Altwegg.

Dalam ekologi, prinsip yang disebut "Bergmann's rule" menunjukkan bahwa hewan berdarah panas seperti burung atau mamalia berukuran lebih besar di iklim yang lebih dingin dan lebih kecil di iklim yang lebih hangat.

Penjelasannya sederhana: hewan yang lebih besar mudah menyimpan panas saat cuaca dingin dan hewan yang lebih kecil mudah mendinginkan tubuh saat cuaca panas. Mengutip Vox, ini ada kaitannya dengan rasio ukuran tubuh hewan dengan luas permukaannya.

Baca Juga: Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya