Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?

Konon memiliki kemiripan yang tinggi dengan manusia!

Penelitian atau riset terkadang melibatkan hewan. Dikenal sebagai animal testing, tujuannya untuk memastikan bahwa itu aman dan efektif sebelum diujicobakan ke manusia.

Hewan yang paling sering digunakan untuk percobaan adalah tikus. Mengapa harus tikus? Dan apa keuntungan menggunakan tikus dalam eksperimen? Let's find out!

1. Secara genetik sangat mirip dengan manusia

Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?ilustrasi tikus dan manusia (ebi.ac.uk/Spencer Phillips)

Mengapa tikus digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan penyakit maupun obat-obatan yang sejatinya untuk manusia? Menurut Foundation for Biomedical Research (FBR), tikus dan mencit sangat mirip dengan manusia secara genetik.

Peneliti dari Washington University di St. Louis menemukan bahwa manusia berbagi seperempat genom dengan tikus dan mencit. Kira-kira sekitar 700 megabase DNA yang dimiliki oleh ketiga spesies tersebut, mengutip Science Daily.

"Tikus dan mencit adalah mamalia yang berbagi banyak proses dengan manusia dan cocok digunakan untuk menjawab banyak pertanyaan penelitian," ujar Jenny Haliski dari Kantor Kesejahteraan Hewan Laboratorium National Institutes of Health (NIH).

2. Ukurannya kecil, murah, dan cepat bereproduksi

Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?ilustrasi tikus dan anak-anaknya (clearh2o.com)

Dilansir Live Science, tikus disukai oleh ilmuwan karena ukurannya kecil, mudah ditempatkan dan dipelihara, serta bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan baru. Harganya relatif murah sehingga tidak membebani budget penelitian.

Selain itu, sifatnya cenderung jinak dan mudah ditangani, walau ada sebagian yang agresif dan suka menggigit. Perkembangbiakannya juga sangat cepat dan melahirkan banyak anak dalam satu waktu.

Mengutip MSD Veterinary Manual, tikus mencapai kematangan seksual pada usia 6-8 minggu. Waktu kehamilan rata-rata adalah 19-21 hari. Jumlah anak yang dilahirkan sekitar 3-14 ekor dan bisa hamil hingga 5-10 kali dalam setahun.

3. Tikus itu dibiakkan khusus untuk penelitian

Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?ilustrasi tikus laboratorium (biostat.wisc.edu/ David Threadgill)

Rupanya, tikus yang digunakan tidak sembarangan. FBR mengatakan dalam laman ABC 10 bahwa sekitar 95 persen dari semua hewan laboratorium adalah tikus yang dibiakkan khusus untuk penelitian.

Tikus yang dipakai dalam uji coba medis adalah inbrida yang hampir identik secara genetik. Tujuannya supaya hasil uji coba lebih seragam. Selain itu, karakteristik genetik, biologis, dan perilakunya sangat mirip dengan manusia.

4. Yang paling banyak digunakan adalah tikus Wistar dan Sprague Dawley

Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?ilustrasi tikus wistar (envigo.com)

Saat ini, ada dua jenis tikus yang paling banyak digunakan dalam penelitian, yaitu Wistar dan Sprague Dawley. Jenis yang pertama dikembangkan di Wistar Institute pada tahun 1906 untuk penelitian biologi dan medis. Ciri-cirinya adalah memiliki kepala lebar, telinga panjang, dan ekor yang lebih pendek dari tubuhnya.

Sementara, Sprague Dawley memiliki ekor yang lebih panjang, sifat yang lebih tenang, dan mudah di-handling. Tikus ini pertama kali dikembangkan di peternakan Sprague-Dawley di Madison, Wisconsin, pada tahun 1925.

Baca Juga: Kenali 7 Fakta Xenotransplantasi, Pencangkokan Organ Hewan ke Manusia

5. Apa penyakit manusia yang bisa diteliti lewat tikus?

Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?ilustrasi tikus normal dan obesitas (hormonesmatter.com)

Apa saja penyakit yang bisa diteliti lewat tikus dan mencit? Dilansir Live Science, berikut ini beberapa di antaranya:

  • Hipertensi
  • Diabetes
  • Obesitas
  • Penyakit jantung
  • Kanker
  • Distrofi otot
  • Masalah pernapasan
  • Katarak
  • Ketulian
  • Kejang
  • Cedera tulang belakang
  • Fibrosis kistik
  • Penyakit Parkinson
  • Penyakit Alzheimer
  • HIV dan AIDS

On the other side, tikus juga dimanfaatkan dalam studi perilaku, nutrisi, sensorik, genetik, dan penuaan (aging). Selain itu, juga digunakan dalam pengujian obat anti-craving yang berpotensi mengakhiri kecanduan narkoba.

Beberapa tikus mengalami severe combined immune deficiency (SCID) yang membuat mereka lahir tanpa sistem kekebalan. Tikus ini dijadikan model untuk penelitian jaringan manusia normal dan ganas.

6. Bagaimana dengan penggunaan hewan lain dalam penelitian?

Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?ilustrasi babi (cognibrain.com)

Selain tikus, hewan lain yang kerap digunakan dalam penelitian adalah babi dan primata. Mengutip CogniBrain, babi lebih cocok untuk studi penyembuhan luka (wound healing). Mengapa?

Ini karena banyaknya kesamaan antara babi dan manusia, seperti kulit yang relatif tidak berbulu serta kemiripan dari segi ketebalan epidermis, pola aliran darah, dan sifat jaringan subkutan. Fisiologi pencernaan keduanya pun mirip.

Namun, babi juga memiliki kekurangan. Seperti membutuhkan tempat yang lebih luas, tubuhnya besar dan berat, lebih mahal (dari segi biaya), serta memerlukan fasilitas khusus untuk pencitraan (imaging), operasi (surgery), dan pembedahan mayat (necropsy), dilansir ResearchGate.

Bagaimana dengan primata? Hewan ini umumnya digunakan dalam studi penyakit otak, penyakit menular, dan pengembangan vaksin. Minusnya, primata cenderung agresif, bahkan bisa menggigit atau mencakar. Seramnya lagi, primata mungkin membawa parasit dan penyakit zoonosis yang berbahaya bagi manusia.

7. Apakah mungkin melakukan penelitian tanpa melibatkan hewan?

Kenapa Tikus Menjadi Hewan Percobaan Lab Paling Populer?ilustrasi protes menolak animal testing (dailybruin.com/Owen Emerson)

Tak sedikit orang yang menentang penggunaan hewan dalam penelitian. Bahkan, ramai-ramai protes, membuat petisi, hingga turun ke jalan. Meski begitu, FBR menyatakan bahwa tidak ada pengganti yang komprehensif untuk pengujian dan penelitian hewan, tuturnya dalam ABC 10.

Alternatifnya adalah menggunakan metode lain seperti model komputer dan kultur sel. Namun sejatinya tidak bisa menggantikan pengujian hewan karena teknologi saat ini belum bisa menduplikasi sistem kehidupan seutuhnya.

Baca Juga: 7 Alasan Jangan Memaksa Hewan Peliharaanmu Menjadi Vegan

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya