TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menengok Kesiagaan Penduduk Banyuwangi terhadap Risiko Bencana Tsunami

Relawan ini secara spontan berkunjung dari pintu ke pintu

IDN Times/Nena Zakiah

Banyuwangi, IDN Times - Sebagai negara yang rawan akan bencana tsunami, Indonesia wajib melakukan upaya preventif untuk menghindari jatuhnya banyak korban jiwa. Menjawab tantangan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun mengadakan Ekspedisi Destana Tsunami 2019.

Sebelum opening ceremony dimulai, para relawan ditugaskan untuk berkeliling dari satu desa ke desa lain di Kabupaten Banyuwangi pada Jum'at pagi (12/7). Seperti apa detail acaranya?

1. Disebar ke 24 desa untuk mendata sekaligus melakukan sosialisasi

IDN Times/Nena Zakiah

Sebanyak 35 orang yang dibagi dalam 9 tim disebar ke 24 desa di Kabupaten Banyuwangi. IDN Times berkesempatan bergabung dalam salah satu armada yang mendatangi 3 desa. Desa itu adalah Wongsorejo, Sumberkencono dan Alasrejo. Seluruh relawan berangkat ke desa masing-masing menggunakan mobil sekitar pukul 09:30 waktu setempat.

Para relawan akan mendatangi setiap desa dengan spontan untuk melakukan pendataan sekaligus memberi sosialisasi kepada warga setempat. Data yang dicari berkaitan dengan kesiagaan desa-desa tersebut terhadap bencana. Misalnya, mendata ada atau tidaknya jalur evakuasi, alarm tsunami dan sejenisnya.

Baca Juga: Ini 6 Strategi Bangunan Agar Bisa Tahan Tsunami, dari Para Ahli Dunia!

2. Desa Wongsorejo dinilai cenderung lebih aman dibanding desa-desa lainnya

IDN Times/Nena Zakiah

Tujuan pertama armada tim kami adalah desa Wongsorejo. Desa ini merupakan bagian dari Kecamatan Wongsorejo, kecamatan yang terletak di ujung utara Kabupaten Banyuwangi. Karena letak geografisnya ini, desa Wongsorejo termasuk wilayah yang lebih aman dibanding desa-desa lain di pesisir selatan.

IDN Times/Nena Zakiah

Kedatangan kami disambut oleh Abdul Aziz, sekretaris desa Wongsorejo. Ia menjelaskan bahwa Wongsorejo jauh lebih aman dari desa-desa lain di Kabupaten Banyuwangi dari segi bencana tsunami. Meski begitu, ia menjelaskan bahwa desa Wongsorejo rentan terhadap angin lesus (puting beliung) yang kerap melanda saat musim pancaroba.

Ditanya mengenai kesiagaan desa Wongsorejo dalam menghadapi bencana, khususnya tsunami, Abdul Aziz menjelaskan bahwa desanya belum memiliki jalur evakuasi, papan penanda jalur evakuasi maupun alarm tanda bahaya. Data ini dicatat oleh tim untuk dilaporkan ke BPBD setempat.

3. Melakukan sosialisasi di desa Sumberkencono, desa tempat budidaya rumput laut

IDN Times/Nena Zakiah

Setelah usai memperoleh data di desa Wongsorejo, tim melanjutkan perjalanan di desa Sumberkencono. Desa ini hanya memiliki dua dusun, yaitu dusun Krajan dan dusun Andelan. Kedatangan ke kantor desa Sumberkencono disambut dengan hangat oleh Lukman Hakim, staff bidang kesejahteraan masyarakat di kantor desa tersebut.

IDN Times/Nena Zakiah

Keunikan desa Sumberkencono ini adalah mata pencaharian yang ditekuni oleh sebagian warga desanya, yakni budidaya rumput laut di dusun Krajan RW 02 serta memiliki tambak udang. Namun, di sisi lain, dusun Krajan dan dusun Andelan ini berbatasan langsung dengan laut lepas, sehingga risikonya untuk terkena bencana tsunami akan lebih tinggi.

IDN Times/Nena Zakiah

Karena bersifat spontan dan tak direncanakan, tim melakukan sosialisasi mendadak kepada pembudidaya rumput laut di dusun Krajan, desa Sumberkencono. Sosialisasi dipimpin oleh Muhammad Irfan Nurdiansyah, dari LMI Zakat, kepada 36 orang yang sedang bekerja pada Jumat (12/7) siang. Irfan menjelaskan ciri-ciri terjadinya tsunami pada warga.

"Salah satu faktor penyebab tsunami adalah gempa, spesifiknya gempa di atas 6,9 SR," terang Irfan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ketika ada gempa, warga harus segera lari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi atau yang jauh dari bibir pantai.

IDN Times/Nena Zakiah

Irfan mencontohkan kesalahan yang umum terjadi ketika tsunami terjadi. Air yang surut mendadak justru membuat warga berbondong-bondong ke pantai untuk menangkap ikan. Padahal, itu justru akan membahayakan nyawa mereka.

"Karena disebabkan oleh gempa tektonik, maka tsunami bisa menyebabkan retakan dan membuat air surut seketika. Itulah tanda-tanda awal dari tsunami," jelas Irfan. Namun, air surut tidak selalu menjadi penanda tsunami.

"Contohnya, tsunami banten yang disebabkan oleh letusan Gunung Anak Krakatau, air lautnya tidak surut," terangnya lagi.

IDN Times/Nena Zakiah

Di desa Sumberkencono, tim juga melakukan sosialisasi di masjid Baiturrahman, sesaat setelah ibadah salat Jumat usai. Sama seperti sosialisasi sebelumnya, materi yang dipaparkan oleh Muhammad Irfan Nurdianysah dari LMI Zakat masih sama. Yakni tentang cara mendeteksi tsunami dan bagaimana cara menyelamatkan diri dengan baik apabila bencana terjadi.

Baca Juga: Ekspedisi Destana 2019: Siagakan Penduduk Pesisir dari Bahaya Tsunami

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya