Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Reptil Dapat Mengecap Rasa pada Makanan?

bayi bunglon yang sedang menangkap serangga (commons.wikimedia.org/Mkrc85)
bayi bunglon yang sedang menangkap serangga (commons.wikimedia.org/Mkrc85)

Bagi manusia, cita rasa pada makanan jelas jadi sesuatu yang tak dapat dipisahkan. Mulai dari makanan dengan rasa asin, manis, pedas, gurih, asam, dan lain sebagainya selalu menemani lidah kita sepanjang hari. Tak hanya manusia, mamalia lain ternyata juga dapat mengecap dan memiliki rasa favorit masing-masing. Dilansir Tree Hugger, mamalia dapat mengecap rasa pada taraf tertentu berkat kehadiran kuncup pengecap.

Hanya saja, jumlah kuncup pengecap ini berbeda-beda pada masing-masing mamalia sehingga sensitivitasnya berbeda-beda. Hebatnya, beberapa spesies mamalia ternyata mengalahkan manusia soal jumlah kuncup pengecap. Kita "hanya" memiliki sekitar 10 ribu kuncup pengecap, sementara sapi dan babi secara berturut-turut memiliki 25 dan 14 ribu kuncup pengecap. Kalau dibandingkan, mamalia herbivor rata-rata punya kuncup pengecap lebih banyak ketimbang karnivor karena mamalia herbivor perlu mengidentifikasi—semisal soal keberadaan racun—tumbuhan yang dikunyah sebaik mungkin.

Nah, sekarang kita masuk ke pertanyaan utama. Kalau mamalia saja memiliki kuncup pengecap yang jadi tanda kalau kelompok hewan ini dapat mengecap rasa, lantas, apakah hal yang sama turut dimiliki reptil? Seperti yang kita ketahui, mayoritas spesies reptil itu makan dengan cara menelan atau menggigit bulat-bulat makanan mereka.

Tentunya menarik untuk mengetahui apakah reptil mampu merasakan makanan seperti kita atau tidak. Maka dari itu, kalau kamu penasaran juga, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini, ya!

1. Ternyata, reptil tetap bisa merasakan makanan!

ular yang sedang menelan mangsa secara bulat-bulat (commons.wikimedia.org/Mario Modesto Mata)
ular yang sedang menelan mangsa secara bulat-bulat (commons.wikimedia.org/Mario Modesto Mata)

Dalam jurnal karya Hannah M Rowland, dkk. yang berjudul, "Comparative Taste Biology with Special Focus on Birds and Reptiles", hewan memang punya sensasi pengecapan yang berasal dari sel-sel khusus. Nah, letak sel pengecap ini berbeda-beda, tergantung jenis hewannya. Pada mamalia, termasuk manusia, sel-sel pengecap berkumpul di area lidah dan langit-langit mulut. Sementara itu, ada pula keluarga hewan lain yang memiliki sel pengecap di rongga mulut.

Berdasarkan jurnal Hannah M  Rowland, indra pengecap rasa pada reptil itu sangat berbeda. Khusus pada ular, dipercaya kalau keberadaan indra ini sudah sangat kecil atau bahkan hilang sepenuhnya karena tidak adanya kuncup pengecap pada lidah dan mukosa rahang bawah mereka. Namun, bukan berarti reptil lain tidak memiliki indra pengecap. Reptil punya organ kecil semacam labu yang memiliki sel sensorik dengan fungsi sama seperti kuncup pengecap pada mamalia ataupun burung.

Bedanya, kuncup pengecap pada reptil itu tidak berpori-pori dan strukturnya berbeda-beda, tergantung jenis reptil apa yang dibahas. Perbedaan struktur indra pengecap pada reptil ini dipengaruhi pada evolusi konvergen pada sel pengecap yang dipengaruhi oleh lingkungan. Misalnya, struktur indra pengecap reptil yang hidup di darat akan berbeda jauh kalau dibandingkan dengan reptil akuatik.

Tak hanya bentuk atau struktur, lokasi kuncup pengecap pada masing-masing keluarga reptil pun bervariasi. Kebanyakan kuncup pengecap pada kadal berada di lidah serta langit-langit mulut, sama seperti kita. Beberapa spesies kura-kura hanya memiliki kuncup pengecap di area lidah. Sementara itu, buaya memiliki kuncup pengecap karena ada di lidah, langit-langit mulut, dan faring (tenggorokan). Uniknya, beberapa spesies penyu ternyata diduga tak punya kuncup pengecap, sama seperti ular.

Nah, kalau berbicara reptil dengan struktur indra pengecap paling mendekati mamalia, maka tuatara (genus Sphenodon) adalah jawabannya. Sebab, pola papila pengecap tuatara dewasa terbilang mirip dengan mamalia. Akan tetapi, jelas ada banyak perbedaan antara indra pengecap reptil dengan mamalia. Malahan, indra pengecap pada reptil itu terbilang sudah berkembang lebih lanjut sehingga dapat berfungsi untuk berbagai kepentingan mereka.

2. Apa saja rasa yang dapat dikecap oleh reptil?

kadal yang memakan buah apel (commons.wikimedia.org/Syrio)
kadal yang memakan buah apel (commons.wikimedia.org/Syrio)

Oke, kita sudah tahu kalau ternyata pada sebagian spesies reptil itu memiliki kuncup pengecap. Artinya, keberadaan indra pengecap pada keluarga hewan ini dapat dikonfirmasi. Pertanyaan selanjutnya, kira-kira rasa apa saja yang dapat dikecap oleh reptil dari makanan yang mereka konsumsi?

Sayangnya, penelitian soal subjek ini masih cukup sulit untuk ditemukan. Sebab, kebanyakan masih menduga kalau pengecapan itu tidak relevan dengan keluarga hewan ini sehingga lebih berfokus pada penelitian tentang sistem vomeronasal. Namun, bukan berarti tidak ada dugaan yang berdasarkan pada penelitian. Sejauh ini, reptil disebut-sebut dapat mengecap rasa manis, umami, dan pahit berdasarkan pengujian tertentu.

Dalam jurnal karya Ping Feng dan Shichu Liang yang berjudul, "Molecular evolution of umami/sweet taste receptor genes in reptiles", misalnya, menguji 19 spesies reptil berbeda untuk menentukan keberadaan gen Tas1r pada indra pengecap mereka. Sebagai informasi, Tas1r merupakan reseptor rasa yang bertanggung jawab untuk mendeteksi rasa manis, pahit, dan umami. Gen ini terbagi lagi atas 3 bagian berbeda, yakni Tas1r1, Tas1r2, dan Tas1r3. Khusus pada rasa pahit, gen Tas2r jadi yang bertanggung jawab untuk mendeteksinya.

Hasil penelitian menunjukkan kalau mayoritas reptil yang diteliti memang memiliki gen Tas1r pada indra pengecapan mereka. Hanya saja, bagian Tas1r yang dimiliki masing-masing spesies itu berbeda dan sesuai pembahasan di atas, gen tersebut tidak ditemukan pada ular. Hasil dari penelitian Ping Feng dan Shichu Liang ini menghasilkan hipotesis kalau rasa manis dan umami masih bisa dirasakan oleh keluarga kadal, buaya, dan kura-kura, tetapi absen pada keluarga ular. 

3. Fungsi indra pengecap pada reptil

buaya nil yang hendak memakan ikan harimau (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)
buaya nil yang hendak memakan ikan harimau (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Temuan soal kemampuan mengecap rasa pada reptil itu jelas sangat mengejutkan dan perlu berbagai penelitian lanjutan supaya kita dapat mengungkap fakta-fakta lain dibalik kemampuan tersebut. Akan tetapi, ada satu hal yang harus diluruskan terkait indra pengecapan pada reptil atau hewan pada umumnya. indra hewan yang satu ini tidak sama seperti indra pengecap manusia modern, dimana kita mengecap rasa untuk memperoleh sensasi enak dan nikmat dari makanan yang dikonsumsi.

Tree Hugger melansir kalau kemampuan pengecap pada hewan sangat erat kaitannya dengan kebutuhan untuk bertahan hidup di alam liar. Pada karnivor seperti kucing, misalnya, mereka tidak memerlukan mengecap rasa manis yang membuat si anabul tidak dapat merasakan rasa manis. Sementara hewan omnivor, semisal anjing, masih dapat mengecap rasa manis karena itu masih jadi bagian dari menu makanan mereka. 

Beberapa rasa, seperti pahit, berperan penting pada hewan dalam mendeteksi keberadaan racun dalam makanan. Semakin pahit makanan, maka hewan akan semakin menghindari makanan tersebut. Selain itu, rasa lain juga dapat memberi sinyal soal apa saja kandungan nutrisi yang ada dalam makanan tersebut, dilansir Woodland Park Zoo. Misalnya, rasa asin mewakili kehadiran elektrolit, rasa asam mewakili sesuatu yang bersifat asam, rasa manis mewakili sumber energi, dan rasa umami mewakili keberadaan asam amino.

Khusus bagi reptil, indra pengecap mereka sebenarnya sudah berkembang lebih jauh lagi. Dalam jurnal karya Hannah M Rowland, kebanyakan lidah reptil punya fungsi lain dari pada sekadar pengecap saja. Misalnya, ada spesies yang menjadikan lidah sebagai umpan yang menarik perhatian mangsa, memanfaatkannya untuk mendeteksi molekul kimia di udara sehingga dapat menghasilkan informasi tertentu, sampai mendeteksi keberadaan potensi makanan. Fungsi lidah dari reptil itu untuk memperoleh informasi mengenai keamanan makanan, bukan demi memperoleh sensasi nikmat seperti kita.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anjar Triananda Ramadhani
EditorAnjar Triananda Ramadhani
Follow Us